SOLOPOS.COM - Ilustrasi tumpukan sampah. (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Pangan rumah tangga menjadi penyumbang sampah terbanyak di Kota Solo. Hal itu berdasarkan riset yang dilakukan Yayasan Gita Pertiwi Solo mengenai Plastik dalam Rantai Pangan yang dilakukan pada Oktober-November 2021.

Proses tabulasi riset tersebut dilakukan pada Desember 2021 lalu. Hasilnya, sampah pangan rumah tangga menjadi penyumbang terbanyak. Riset dilakukan kepada 165 rumah tangga, enam pasar dan tiga rumah makan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sampel tersebar di Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Jebres dan Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo. Direktur Gita Pertiwi Solo, Titik Eka Sasanti, mengatakan sejauh ini jumlah sampah pangan rumah tangga per keluarga mencapai 0,73kg.

Baca Juga: Program Paksa Pilah Sampah di Banjarsari Solo Dimulai, Begini Alurnya

Sedangkan potensi sampah pangan 772 orang mencapai 95,33 ton/hari. “Sampah terbanyak [dari hasil riset] adalah sampah pangan. Itu per KK per hari sebanyak 0,73 kg. Jika diproyeksikan, mencapai 95,33 ton/hari,” kata Titik.

Sampah pangan yang menjadi penyumbang terbanyak meliputi sampah sisa makanan dan sisa bahan dapur. Sementara itu, sampah pangan dari pasar sebanyak 574,9 kg dan hasil rumah makan sebanyak 7,2 kg.

Situasi pandemi meningkatkan timbunan sampah pangan rumah tangga di Kota Solo per keluarga dari 0,49 kg/hari pada 2018 menjadi 0,73kg/hari. Hal tersebut disebabkan semakin banyaknya aktivitas work from home.

Baca Juga: Papi Sarimah Solo, Warga Bingung Mau Salurkan Sampah Nonorganik ke Mana

Meski begitu, Titik menambahkan sampah plastik sekali pakai jumlahnya jauh lebih sedikit jika dibandingkan sampah pangan. Riset Gita Pertiwi mencatat sampah Plastik Sekali Pakai (PSP) yang meliputi kantong belanja, tiap keluarga menimbulkan timbunan 0,14 kg/hari.

Pilah Sampah

Hal tersebut melahirkan rekomendasi yang disampaikan Yayasan Gita Pertiwi. Salah satu cara mengurangi timbunan sampah yaitu dengan konsep pilah sampah. Seluruh elemen masyarakat, pemerintah, dan lembaga berwajib harus melakukan usaha pengurangan jumlah sampah.

Namun menurut Titik, pilah sampah tak cukup sampai proses pemilahan dan pengelolaan. Pasca pemilahan sampah, masyarakat harus bisa mengelolanya menjadi produk yang bernilai ekonomis dan kegunaan. Tak hanya itu, agar melahirkan rantai pengelolaan sampah yang utuh dan berkelanjutan, masyarakat harus bisa memanfaatkan hasil pengelolaan tersebut.

Baca Juga: 2 Tahun Lagi, Semua TPS Sampah di Kota Solo akan Hilang

“Limbah sampah akan bisa dikurangi dari pusatnya, dari rumah tangga. Tidak hanya pilah dan kelola saja. Namun hingga ke pemanfaatannya. Kalau tidak sampai situ, itu hanya menjadi satu rantai yang terputus,” imbuh Titik.

Sementara itu, Kasi Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solo, Arthaty Mulatsih, menambahkan persoalan sampah menjadi tanggung jawab bersama. Ia berharap siapa pun yang menghasilkan sampah, harus bisa bertanggung jawab.

“Memang sampah menjadi tanggung jawab kami bersama. Kami berharap memang siapa saja yang menghasilian sampah bisa bertanggung jawab. Kami akan kawal dari sisi kebijakan,” terang Arthaty, Senin (24/1/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya