SOLOPOS.COM - Tingkat stres ibu naik selama pandemi ini. (ilustrasi/freepik)

Solopos.com, SOLO-Berdasarkan hasil studi pada November tahun lalu diketahui tingkat stres ibu di Indonesia meningkat 95 persen selama masa pandemi Covid-19. Akibatnya ibu menjadi sering marah-marah.

Di masa pandemi Covid-19 tingkat stres ibu naik lantaran tugas ibu terbilang cukup berat karena memikul peran ganda. Hal ini terjadi ketika semua orang bekerja, belajar, dan melakukan berbagai kegiatan dari rumah saja.

Promosi Kisah Inspiratif Ibru, Desa BRILian Paling Inovatif dan Digitalisasi Terbaik

Psikolog Anak dan Keluarga Samanta Elsener, dalam acara Rahasia Kebahagiaan Ibu & Anak Di Tengah Pandemi, Selasa (21/9/2021), memaparkan bahwa seorang ibu menghadapi cukup banyak tekanan di masa pandemi ini sehingga tingkat stres naik.

“Salah satunya tidak efektif dalam menjalin kedekatan dengan anak. Tadinya bisa quality time secara utuh, sekarang kayaknya semua terbengkalai. Bukannya punya waktu yang optimal, justru ibu malah sering marah-marah sama anak,” jelas Samanta seperti dikutip dari suara.com, Selasa (21/9/2021).

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Kenali Dampak Overthinking Seperti Dialami Prilly Latuconsina

Bukan hanya tingkat stres ibu naik, melainkan juga rasa kesepian. Samanta juga memberi contoh hasil survei pada bulan Mei lalu, di mana rasa kesepian disebut meningkat selama pandemi.

“Ternyata dari 5.200 partisipan yang ikut survei, 92 persen mengalami kesepian di masa pandemi. Jadi kebayang dong, ibu-ibu yang di rumah yang mengurus multi peran. Jadi rasanya serba campur aduk,” ungkap Samantha.

Selain itu, Samantha melanjutkan bahwa situasi ini membuat para ibu mengalami kondisi yang tertekan. Sehingga bukannya meningkatkan kebahagiaan bersama anak, justru malah sebaliknya.

“Peran ibu itu seperti tiang penyangga. Kalau penyangganya roboh, semuanya akan kena,” tambahnya.

Sementara itu, di situasi yang serba tidak pasti ini, Samanta menyarankan jangan sampai galau berkepanjangan. Sebab ini akan mengurangi kadar kebahagiaan ibu di rumah.

Baca Juga: Awas! Penggunaan Gadget Berlebihan Picu Penuaan Dini Kulit

“Setiap ibu pasti punya tantangannya tersendiri. Tapi kesimpulannya gini, mau sampai kapan sih begini terus, contoh kayak khawatir dan takut. Jadi ya nggak udah-udah, padahal banyak momen yang bisa meningkatkan kebahagiaan di rumah,” pungkasnya.

Bukan hanya pada ibu, pandemi Covid-19 juga berdampak terhadap anak. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mencatat sejumlah dampak buruk terhadap pelajar akibat pandemi Covid-19 yang sudah berjalan satu setengah tahun lebih.

Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah (Paud Dikdasmen) Kemendikbudristek, Jumeri mengatakan angka anak putus sekolah naik 10 kali lipat akibat pandemi Covid-19.

“Tingkat putus sekolah itu sekitar 1,12 persen, biasanya kita itu 0,1-0,2 persen, ini naik 10 kali lipat untuk tingkat putus sekolah SD pada 2019 dibandingkan dengan sekarang,” kata Jumeri dalam diskusi virtual, Selasa (21/9/2021).

Baca Juga:  Lalisa Lisa Blackpink Debut di Billboard Hot 100 Jadi Trending Topic

Selain itu terjadi juga penurunan 0,44-0,47 standar deviasi atau setara dengan tertinggal 5-6 bulan pembelajaran per tahun.

Analisa Bank Dunia bahkan menyebut terjadi 0,8-1,3 tahun ketinggalan pembelajaran yang mengakibatkan gap antara siswa mikin dan kaya meningkat 10 persen.

“Penurunan 0,8 – 1,3 poin per tahun untuk angka PISA (Programme for International Student Assessment) kita, dan kemarin PISA kita berada 4 dari bawah, sekarang mungkin lebih bawah lagi,” ucapnya.

Angka putus sekolah ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti anak yang terpaksa bekerja membantu keluarganya yang juga terpuruk secara ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya