SOLOPOS.COM - ilustrasi (istimewa)

Solopos.com, JEPARA — Penderita kusta kerap mendapat stigma buruk dari masyarakat, mulai dari penyakit keturunan, kutukan, hingga azab yang tak bisa disembuhkan. Stigma buruk di masyarakat ini membuat tenaga kesehatan atau nakes yang menangani pasien kusta harus bekerja ekstra keras, seperti yang dilakukan para nakes di Rumah Sakit Kusta Donorojo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng).

Menurut Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan dan Perawatan Khusus RS Kusta Donorojo, Joko Winarno, penyakit kusta kerap dianggap kurang eksotis. Alhasil, penanganan penyakit ini kerap tidak masuk program prioritas layaknya penurunan angka kematian ibu/bayi (AKI/AKB) maupun stunting.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya melihat, barangkali ini juga kelemahan program [aturan]. Kenapa? Kusta itu bukan program yang posisinya prioritas. Karena kalau sudah prioritas, pasti ada pemerhati dan fungsi kontrol dari pemerintah maupun swasta,” kata Joko saat ditemui Solopos.com di RS Kusta Donorojo, Kamis (26/1/2023).

Ekspedisi Mudik 2024

Oleh sebab itu, Joko pun berharap peringatan Hari Kusta Sedunia atau World Leprosy Day yang diperingati setiap Minggu terakhir bulan Januari ini menjadi momen bagi pemangku kebijakan untuk kembali fokus dalam penanganan penyakit kusta di wilayahnya. Apalagi, Hari Kusta Sedunia tahun 2023 ini mengusung tema Act Now: End Leprosy, yang berarti menjadi pengingat bagi sesama akan kepedulian terhadap penyakit kusta dan mewujudkan daerah yang bebas kusta.

“Meningkatkan kepedulian, akan penyakit kusta yang masih terabaikan. Maka dari itu, semboyang kami di kesehatan, boleh kusta, tapi jangan ada cacat. Artinya begitu ada temuan, segera obati, agar sembuh dan tidak telat deteksi dini. Maka jangan takut, malu, atau lainya. Masyarakat juga jangan gampang memberi label buruk,” pintanya.

Diagnosis Dini

Joko pun menegaskan, penyakit kusta bukan penyakit yang tidak bisa disebuhkan atau membahayakan. Penyakit tersebut tetap bisa disembuhkan, asalkan tak terlambat dalam diagnosis dini.

“Kusta ini tidak menimbulkan kematian secara langsung. Tapi rata-rata kematian karena penyakit lain. Tapi paling ditakuti orang dari penyakit kusta ini, adalah kecatatan. Begitu kusta, identik cacat. Maka dari itu, ayo masyarakat lebih peduli, segera lakukan pemeriksaan bila ada tanda-tanda, dan segera laporkan bila ada yang mengalami tanda-tanda,” pungkasnya.

Tanda-tanda tersebut, imbuh Joko, seperti bercak putih di kulit hingga munculnya bentolan pada kulit. Menurutnya, bila mendapati tanda-tanda itu, ada baiknya segera melakukan diagnosis dini di Pukesmas terdekat, untuk memastikan apakah benar-benar positif kusta.

“Permasalahanya, karena butuh waktu lama dan butuh waktu juga untuk mengerti. Kadang petugas kita sudah curiga ada warga yang terkena kusta, tapi karena belum reaksi, enggak percaya, menghindari, malu, dan malah enggak segera memeriksakan diri ke Puskesmas. Padahal, reaksi kusta sendiri bisa tiga sampai 10 tahun. Kalau sudah bertahun-tahun, itu sudah telat diagnosa dan kebanyakan sudah cacat,” imbuhnya.

Hari Kusta Sedunia tahun 2023 akan jatuh pada Minggu (29/1/2023). Dalam memperingati Hari Kusta Sedunia itu, RS Kusta Donorojo tak akan menggelar seremoni secara besar-besaran. Pihak rumah sakit hanya ingin mengingatkan kembali kepeduliaan kepada teman-teman nakes melalui program pelatihan deteksi dini kusta.

“Pada Hari Kusta Sedunia nanti, kami hanya akan melakukan pelatihan selama lima hari, termasuk praktik di sini [RS Kusta Donorojo]. Akan ada 30 peserta dari Pukesmas di masing-masing kabupaten/kota di Jateng. Puncaknya, nanti kita juga akan hadirkan Kadinkes (Kepala Dinas Kesehatan Jateng),” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya