SOLOPOS.COM - 21 September diperingati sebagai Hari Alzheimer Sedunia. (Ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, SOLO-Setiap tanggal 21 September diperingati sebagai Hari Alzheimer Sedunia. Hal ini untuk meningkatkan kepedulian dan melawan stigma tentang masalah demensia.

Mengutip laman Alzint.org pada Selasa (21/9/2021), Hari Alzheimer Sedunia adalah kampanye internasional untuk meningkatkan kesadaran dan menyoroti masalah yang dihadapi oleh orang-orang yang terkena demensia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Perayaan  Hari Alzheimer Sedunia 2021 mengusung tema Kenali Alzheimer: Pentingnya Deteksi Dini. Kampanye tahun ini akan menyoroti tanda-tanda peringatan demensia, mendorong orang untuk mencari informasi, saran dan dukungan, serta pentingnya diagnosis tepat waktu.

Baca Juga: Wuih Keren! BTS Kembali Tampil di Markas PBB

Ekspedisi Mudik 2024

Selagi Hari Alzheimer Sedunia, kenali sejumlah fakta unik tentang penyakit ini seperti dikutip dari Suara.com pada Selasa (21/9/2021):

1. Bisa muncul karena kebisingan lalu lintas

Para ilmuwan telah menganalsisi catatan kesehatan 2 juta orang usia di atas 60 tahun di Denmark antara 2004 hingga 2017. Mereka mengidentifikasi 103.500 kasus demensia sebagai salah satu bentuk Alzheimer.

Seorang juru bicara dari tim Denmark mengatakan tinggal di lingkungan dengan lalu lintas jalan yang bising suara kereta api berkaitan dengan peningkatan risiko semua penyebab demensia atau Alzheimer.

“Pada penyakit Alzheimer, kami mengamati hubungannya dengan lalu lintas jalan dan kebisingan kereta api. Sedangkan pada demensia vaskular, kami hanya mengamati hubungannya dengan kebisingan lalu lintas jalan,” kata juru bicara tersebut dikutip dari Express.

Baca Juga:  Awas! Penggunaan Gadget Berlebihan Picu Penuaan Dini Kulit

Para ahli memperkirakan bahwa dari 8.475 kasus demensia yang terdaftar di Denmark pada tahun 2017, sebanyak 1.216 kasus berkaitan dengan paparan kebisingan.

2. Pikun bukan hal normal

Anggapan pikun sebagai sebagai hal wajar kelompok usia tua juga terungkap dalam studi di Yogyakarta menunjukkan kurangnya pengetahuan masyarakat umum tentang gejala-gejala demensia.

“Bahkan ditemukan bahwa tenaga kesehatan merasa kurang terbekali dengan pengetahuan dan kompetensi terkait manajemen demensia, karena kurangnya pembahasan topik ini dalam kurikulum saat mereka menjalani pendidikan,” tulis Alzheimer’s Indonesia, melalui keterangannya, belum lama ini.

Hal ini dibenarkan Spesialis Saraf, sekaligus penulis Stop Pikun di Usia Muda, Yuda Turana. Ia mengatakan bahwa demensia adalah penyakit yang juga bisa menyerang usia muda, meski lebih banyak terjadi di usia tua.

Baca Juga: Lalisa Lisa Blackpink Debut di Billboard Hot 100 Jadi Trending Topic

“Tak sedikit kita yang melihat dan mendengar seseorang yang usianya lebih muda justru lebih pikun dibanding seorang lansia. Oleh sebab itu, umur bukanlah satu-satunya faktor utama yang emmbuat seseorang menjadi pikun lebih cepat,” terang Yuda melalui bukunya.

3. Bisa dipicu stres kronis

Melansir dari Medical Xpress, stres psikososial kronis yang melibatkan jalur yang disebut sumbu hipotalamus hipofisis-adrenal (sumbu HPA) mungkin berkontribusi pada pengembangan penyakit Alzheimer.

Tinjauan baru ini telah diterbitkan dalam ulasan biologis yang menggambarkan bagaimana faktor lingkungan dan genetik dapat memengaruhi sumbu HPA individu, dan pada akhirnya risiko penyakit Alzheimer.

“Apa yang kita ketahui adalah bahwa tekanan kronis memengaruhi banyak jalur biologis di dalam tubuh kita. Ada intrat intrat antara paparan tekanan kronis dan jalur yang mempengaruhi reaksi tubuh terhadap stres seperti itu,” kata penulis senior David Groth, Ph.D., dari Universitas Curtin, di Australia.

4. Lebih cepat berkembang pada perempuan

Penelitian menunjukkan bahwa protein Tau dan beta-amyloid adalah dua protein yang diketahui berkumpul dan menumpuk di otak pada pasien penderita Alzheimer.

Baca Juga: Kenali Dampak Overthinking Seperti Dialami Prilly Latuconsina

Disfungsi memori muncul kemudian saat Tau mulai menumpuk. Dalam hal ini, perempuan lebih cepat mengakumulasikan Tau daripada pria, sehingga meningkatkan pertumbuhan penyakit Alzheimer lebih cepat.

“Tingkat akumulasi Tau sangat bervariasi antara individu dengan jenis kelamin yang sama, tetapi di lobus temporal yang dipengaruhi oleh penyakit Alzheimer kami menemukan tingkat akumulasi 75 persen lebih tinggi pada perempuan sebagai kelompok dibandingkan dengan pria,” jelas Ruben Smith, penulis pertama penelitian.

5. Cegah dengan pola makan mediterania

Pola makan yang kaya sayuran, buah-buahan, minyak zaitun, dan ikan (pola makan mediterania) bisa melindungi otak. Hal ini disebabkan karena pola makan tersebut melindugi otak dari penumpukan dan penyusutan plak.

Melansir dari Medicinenet, para peneliti di Jerman melihat hubungan antara pola makan dan protein amiloid dan tau, protein yang ditemukan di otak orang demensia dan Alzheimer. Penelitian tersebut dipublikasikan secara online 5 Mei di jurnal Neurology.



“Hasil ini berkontribusi pada bukti yang menghubungkan kebiasaan makan dengan kesehatan otak dan kinerja kognitif di usia tua,” kata pemimpin peneliti yang juga peneliti postdoctoral dari Pusat Jerman untuk Penyakit Neurodegeneratif di Bonn, Tommaso Ballarini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya