SOLOPOS.COM - Aksi Simpatik melukis aksara Jawa di kain sepanjang lima meter yang dilakukan oleh seniman Gunungkidul di titik nol km Wonosari, Gunungkidul, Kamis (8/9/2016). (Mayang Nova Lestari/JIBI/Harian Jogja)

Hari Aksara Nasional menjadi momentum Pemerintah Desa Tegaltirto, Berbah, Sleman untuk meresmikan Gerakan Aksara Jawa

Harianjogja.com, SLEMAN– Menyikapi kemajuan zaman yang tidak bisa dibendung namun dengan meninggalkan kebudayaan menggunakan aksara Jawa ternyata menimbulkan keresahan tersendiri bagi Pemerintah Desa Tegaltirto, Berbah, Sleman.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Jangankan aksara, kini menggunakan bahasa Jawa yang notabene ada bahasa daerah sendiri pun nyatanya enggan dilakukan oleh masyarakat.

“Seperti pepatah ‘wong jowo ilang jawane’ [orang jawa hilang jawanya] seperti itulah saat ini terjadi. Masyarakat lebih senang menggunakan bahasa jawa,” ujar Kepala Desa Tegaltirto Susilo Nugroho, dalam kegiatan program Gerakan Bangga Aksara Jawa (Gerbang Raja) di Balai Desa Tegaltirto, Kamis (8/9/2016).

Dikatakannya berdasarkan rasa keprihatinan itulah kemudian muncul gagasan untuk membuat progam Gerbang Raja yang berkerja sama dengan Lembaga Cahaya Nusantara (Yantra). Selain penandatanganan MOU kerjasama, kegiatan yang digagas oleh pemerintah desa tersebut juga memberikan kursus untuk menulis aksara jawa.

“Rangkaian program ini sebagai pembelajaran dalam menulis dan menggunakan aksara jawa. Kegiatan akan dilaksanakan secara kontinyu,” kata dia.

Susilo menambahkan, nantinya hasil dari pembelajaran tersebut akan bisa diterapkan secara langsung dalam kehidupan bermasyarakat di desa. Seperti penulisan nama lokasi-lokasi kantor pemerintah desa dengan aksara jawa, atau juga dalam kemasan produk hasil UMKM juga akan dikemas dengan tulisan aksara jawa.

“Implementasinya nanti akan seperti itu. Dengan tulisan aksara jawa diharapkan dapat menjadikan daya tarik tersendiri bagi produk UMKM, itu semacam re-branding,” ujarnya.

Sementara itu Kordinator Program dari Yantra Jogja, Pamuji Raharjo mengatakan program yang bertepatan dengan Hari Aksara Internasional ini sebagai salah satu langkah dalam melawan kemunduran tentang penggunaan aksara jawa pada era modern.

“Dengan program ini, generasi muda dan seluruh elemen masyarakat akan mengingat dan mempelajari kembali penggunaan aksara jawa. Kita boleh mengikuti tresn modern tapi jangan juga terus meninggalkan dan mulupakan aksara dan bahasa jawa yang merupakan identitas kita sebagai masyarakat jawa,” tegas dia.

Dikatakannya, MOU yang telah ditandatangani tersebut merupakan sebuah ikatan. Sehingga kegiatan tersebut tidak hanya berhenti secara ceremonial saja namun akan dilaksanakan secara berkelanjutan.

“Harapannya mengenakan bahasa dan aksara dengan metode yang mudah akan memberikan gairah baru. Dengan demikian aksara dan bahasa jawa akan tetap ada ditengah era zaman yang semakin modern,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya