SOLOPOS.COM - Ilustrasi petani tembakau. (Solopos/Dok)

Ilustrasi Petani merawat tanaman tembakau (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Petani merawat tanaman tembakau (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Klaten kesulitan mengumpulkan petani tembakau. Pasalnya, saat ini banyak petani yang masih sibuk mengurus tembakau yang mereka tanam.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Upaya pengumpulan petani itu ditempuh APTI setelah melihat harga tembakau di Klaten yang anjlok pada musim tanam ini.

“Kami mencoba bertemu dengan kelompok tani tembakau, tapi masih sangat sulit, terutama yang jenis rajangan” jelas Ketua APTI Klaten, Kadarwati, saat ditemui wartawan di gedung DPRD Klaten, Kamis (3/10/2013).

Hingga saat ini, harga tembakau jenis rajangan mengalami penurunan drastis, yakni hingga mencapai 50%. Menurutnya, harga tembakau memang menjadi hak sepenuhnya dari pabrik atau pembeli. “Harga tembakau memang yang menentukan adalah pembeli karena sistemnya semi monopoli,” tegasnya.

Dia menegaskan pabrik tidak mau tahu jika saat ini biaya operasional tembakau membengkak di tingkat petani. Padahal, tahun ini petani mengeluarkan biaya yang sangat banyak untuk perawatan tembakau seperti bahan bakar, pupuk hingga tenaga. Kondisi itu diperparah dengan anomali cuaca yang tidak mendukung tanaman tembakau.

Kendati demikian, menurutnya, kualitas tembakau di Klaten saat ini tidak kalah dengan tahun lalu. “Sebab, pada saat akan dipanen tidak diguyur hujan dan pengeringannya pun mendapatkan sinar matahari yang cukup,” katanya.

Berdasarkan informasi yang dia peroleh, di Jawa Tengah sudah ada dua pabrik rokok besar yang telah bersedia membeli tembakau dari petani. Kuota tembakau yang disediakan oleh dua pabrik itu pun cukup besar. Lebih lanjut, Kadarwati mengatakan salah satu dari pabrik itu hanya mau membeli tembakau dari petani yang menjadi mitranya. “Jika ada kuota sisa, pabrik biasanya membeli tembakau dari petani yang bukan dikontraknya,” kata Kadarwati.

Selain itu, dia juga menyesalkan rendahnya daya beli dari pabrik. Pasalnya, hal itu sangat merugikan petani yang terlanjur menanam tembakau pada musim ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya