SOLOPOS.COM - Daun tembakau di Sidorejo, Kemalang, Klaten tampak mengering dan membusuk lantaran tidak segera dipanen oleh pemiliknya, akhir pekan kemarin. Petani memilih tidak memetik daun tembakau yang sudah siap dipanen karena harga jual menurun drastis akibat anomali cuaca. (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

 Daun tembakau di Sidorejo, Kemalang, Klaten tampak mengering dan membusuk lantaran tidak segera dipanen oleh pemiliknya, akhir pekan kemarin. Petani memilih tidak memetik daun tembakau yang sudah siap dipanen karena harga jual menurun drastis akibat anomali cuaca. (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)


Daun tembakau di Sidorejo, Kemalang, Klaten tampak mengering dan membusuk lantaran tidak segera dipanen oleh pemiliknya, akhir pekan kemarin. Petani memilih tidak memetik daun tembakau yang sudah siap dipanen karena harga jual menurun drastis akibat anomali cuaca. (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Harga jual daun tembakau di Kemalang, Klaten merosot tajam akibat anomali cuaca yang terjadi beberapa bulan terakhir. Akibatnya, petani enggan memetik daun tembakau yang siap panen dan membiarkannya membusuk di tanaman.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan pantauan Solopos.com, di Sidorejo, Kemalang, akhir pekan kemarin hampir semua tanaman tembakau di Kemalang sudah bisa dipanen. Tanaman tembakau pun sudah memiliki ukuran yang cukup tinggi, yakni sekitar 1 meter lebih. Meski demikian, daun tembakau pada bagian terbawah banyak yang sudah mengering dan membusuk lantaran tidak segera dipanen.

Ekspedisi Mudik 2024

Kondisi itu diperparah dengan turunnya hujan abu yang terjadi pada Senin (22/7/2013) lalu yang terjadi di sekitar kawasan itu. Salah satu petani tembakau asal Ngemplak, Sidorejo, Kemalang, Noto Suwito, 70. mengaku tidak mau memetik daun tembakaunya karena kecewa harganya anjlok.

“Harga daun tembakau hanya Rp2.500/ Kilogram (Kg), tahun wingi padahal sekitar Rp3.600/Kg,” keluhnya kepada Solopos.com, akhir pekan kemarin.
50 Hektare

Selain itu, hingga Juli ini belum ada tengkulak yang datang untuk membeli daun tembakau milik petani di Kemalang. “Daun tembakau ora payu mungkin gara-gara cuaca itu [anomali cuaca]. Pengepul nggih mboten purun tumbas,” jelasnya.

Oleh sebab itu, dia enggan untuk memetik tembakau miliknya karena untungnya tidak seberapa. Padahal, usia tanaman tembakau miliknya sudah lebih dari empat  bulan, sehingga sudah cukup banyak daun yang telah mengering dan membusuk lantaran tidak dipetik. Sementara, Kepala Desa (Kades) Sidorejo, Kemalang, Jemakir, membenarkan kondisi tembakau yang harganya anjlog di wilayahnya. “Kendalanya memang karena hujan lebat dan tiba-tiba panas, makanya tembakau kualitasnya jadi jelek,” ungkapnya saat ditemui Solopos.com.

Di Sidorejo, sambungya, ada sekitar 50 hektare tanaman tembakau jenis gomleng yang biasa tumbuh di dataran tinggi. Dia mengungkapkan dalam cuaca normal, kualitas tembakau jenis gomleng di Sidorejo tidak kalah dengan tembakau yang tumbuh di daerah Prambanan maupun Manisrenggo. Namun, anomali cuaca menyebabkan tanaman tembakau di Kemalang mengandung air yang terlalu banyak, sehingga kualitasnya tidak maksimal.

Jemakir mengungkapkan kondisi itu menyebabkan petani tembakau resah. “Petani tembakau mengalami kerugian total karena untuk mengembalikan modal saja tidak cukup. Total kerugian petani tembakau di Sidorejo mencapai lebih dari Rp100 juta,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya