SOLOPOS.COM - Seorang petani di Kecamatan Manisrenggo, Klaten tengah memetik daun tembakau di ladangnya, Sabtu (6/10/2012). Para petani kecewa karena harga tembakau pada musim panen ini anjlok lebih dari 50 persen dibandingkan tahun lalu. (Arief Setiadi/JIBI/SOLOPOS)

Seorang petani di Kecamatan Manisrenggo, Klaten  memetik daun tembakau di ladangnya, Sabtu (6/10/2012). Para petani kecewa karena harga tembakau pada musim panen ini anjlok lebih dari 50 persen dibandingkan tahun lalu. (Arief Setiadi/JIBI/SOLOPOS)

KLATEN–Para petani tembakau di wilayah Manisrenggo mengaku kecewa, pasalnya pada musim panen tembakau kali ini harga tembakau anjlok.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Anjloknya harga tembakau tersebut lebih dari 50 persen dibandingkan musim tembakau pada tahun lalu.

Salah seorang petani di Desa Borangan, Kecamatan Manisrenggo, Salip, 50, mengatakan tembakau basah dari tingkat petani hanya dihargai oleh pengepul Rp3.500-Rp5.000 per kilogram. Padahal pada tahun lalu harga tembakau bisa mencapai Rp15.000 setiap kilogramnya.

Salip juga mengatakan, dirinya tidak mengetahui mengapa harga tembakau kali ini turun secara drastis, padahal secara kualitas, tembakau yang dia tanam juga sama dengan tahun lalu. Apalagi tahun ini tembakau miliknya  tidak mendapatkan ganggguan baik dari ulat maupun dari hujan.

“Kita pasrah saja, mau dijual dengan harga tinggi juga tidak bisa,” ujarnya saat ditemui Solopos.com, di ladang miliknya, Sabtu (6/9/2012).

Permainan Pabrik

Petani lain, Dari Desa Solodiran, Manisrenggo, Sunar,  48, mengaku kaget ketika musim panen tembakau kali ini harga tembakau tidak seperti tahun lalu. Padahal dirinya sudah menyewa lahan seluas dua  hektare untuk ditanami tembakau.

Sementara itu, salah seorang  pengepul tembakau, Sardi Siswo Harjono, mengatakan turunnya harga tembakau itu disebabkan karena permainan tingkat pabrik. Menurutnya, saat ini pihak pabrik tidak mau membeli tembakau dengan harga tinggi dengan alasan yang tidak jelas.  Untuk tembakau rajangan kering siap produksi dengan kualitas terbaik, Sardi, hanya bisa menjual Rp60.000 per kilogram.

“Tembakau terbaik Kelas E, biasanya laku Rp150.000-200.000, tetapi sekarang hanya laku segitu, saya itu justru kasihan pada para petani yang sudah susah-susah menanam tembakau, tetapi hasilnya tidak menguntungkan,” ungkap Sardi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya