SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi Telur Ayam JIBI/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat

Solopos.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan memutuskan tidak mengambil kebijakan intervensi lebih jauh dalam menghadapi perkembangan harga jagung pakan dan komoditas peternakan unggas.

Harga yang merangkak naik pada pengujung tahun dinilai sebagai momentum bagi petani dan peternak menikmati harga yang lebih baik

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kemendag Isy Karim menjelaskan kebijakan penyediaan stok jagung sejauh ini ditempuh dengan penugasan kepada Perum Bulog untuk menyerap 30.000 ton jagung lokal yang nantinya dijual seharga Rp4.500 per kg untuk peternak ayam layer.

Dia tidak memungkiri pasokan jagung murah tersebut tidak banyak berdampak pada harga di pasaran yang kini telah menyentuh Rp5.849 per kg. Namun diharapkan bisa mengoptimasi keuntungan peternak.

Baca Juga: Alhamdulillah, 750 Keluarga Kurang Mampu di Jateng dapat Aliran Listrik

“Dampak 30.000 ton itu ke pasar memang tidak ada karena sifatnya lebih untuk meringkankan beban peternak yang beberapa bulan lalu produk telurnya tidak terserap selama pembatasan, padahal biaya produksi sudah tinggi,” kata Isy, Senin (27/12/2021) seperti dilansir Bisnis.com.

Isy mengatakan serapan jagung lokal oleh Perum Bulog telah melampaui 90 persen dan telah didistribusikan ke kelompok peternak di sejumlah daerah. Pasokan jagung ini diharapkan bisa menjaga margin keuntungan peternak setelah mengalami kerugian hampir sepanjang tahun akibat rendahnya permintaan.

“Untuk momen Natal dan Tahun Baru ini kami biarkan dulu karena peternak sudah lama menderita kerugian. Setelah Nataru akan kami tata kembali,” lanjutnya.

Menghadapi risiko pasokan jagung pakan yang terbatas sebelum masa panen raya, Isy mengatakan pemerintah belum membahas rencana impor karena mempertimbangkan stok di dalam negeri. Keputusan impor sendiri harus dibahas dalam rapat koordinasi lintas kementerian dan lembaga dan tetap memperhatikan kondisi harga internasional.

Baca Juga: Okupansi Hotel Mulai Penuh, Gubernur Ganjar Optimistis Pariwisata 2022

“Harga biji-bijian internasional mulai melandai, meski di jagung ada kecenderungan harga tetap tinggi sampai Maret 2022 karena kondisi panen di negara produsen. Namun impor sendiri belum dibahas karena banyak pertimbangan,” tambahnya.

Menurut Isy, stok jagung masih tersedia, tetapi tersebar di pengepul dan pedagang. Adapun harga jagung lokal yang telah berada di atas harga acuan dinilainya turut dipengaruhi oleh harga internasional.

Harga jagung lokal telah berada di level Rp5.788 per kg pada Agustus 2021 dan sempat turun menjadi Rp5.700 per kg pada Oktober. Namun harga kembali naik menjadi Rp5.849 per kg pada November 2021.

“Pedagang ini mulai melihat harga internasional sebagai acuan. Mana kala belum turun, mereka akan tetap ikuti. Kalau kita paksa turun, dampaknya justru ke petani juga yang sedang menikmati harga yang bagus,” kata Isy.

Lebih lanjut, upaya pengawasan harga jagung dan telur di pasaran bakal ditempuh dengan memastikan margin harga antara produsen dan konsumen tidak terlalu besar. Dalam hal ini, Isy mengatakan Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Terib Niaga Kemendag turut mengawasi tidak ada aksi ambil untung besar di rantai pasok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya