SOLOPOS.COM - Warga berjalan-jalan Jl Slamet Riyadi Solo saat mulai ditutup pada Jumat (9/7/2021) sore. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Kepala Bidang Penetapan Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Solo, Wulan Tendra Dewayani, menilai wajar jika ada yang menjual tanah di Jl Slamet Riyadi dengan harga Rp65 juta/meter persegi (m2).

Menurutnya, Jl Slamet Riyadi merupakan jalan protokol yang menjadi pusat keramaian lalu lintas sehingga harga tanah di kawasan tersebut mahal. Harga tersebut juga terbilang tinggi dibandingkan daerah lainnya di Solo.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Di Jl Slamet Riyadi itu benar dan wajar bila mencapai Rp65 juta per meter persegi. Karena itu jalan protokol,” jelas Tendra saat ditemui Solopos.com di kantornya, Rabu (6/7/2022).

Menurutnya, harga tanah di Solo pasti akan naik. Setidaknya tiap tahun terjadi kenaikan harga tanah sekiar 6-7 persen. “Harga pasaran tanah enggak mungkin turun pasti naik. [Per tahun] Ada kenaikan sekitar 6 hingga 7 persen, itu pasti,” jelasnya.

Sebelumnya diinformasikan, situs jual beli properti online menyebut harga tanah di Solo mencapai Rp65 juta per meter persegi. Lokasi tersebut berada di pusat kota, yakni Jl Slamet Riyadi.

Baca Juga: Data REI Soloraya, Harga Tanah Termahal Di Kota Solo Rp30 Juta/M2

Tanah tersebut memiliki luas 2.751 meter persegi sehingga total nilai dari tanah tersebut mencapai Rp178,8 miliar. Harga tanah Rp65 juta per meter persegi itu diduga berlokasi di Jl Slamet Riyadi bagian tengah atau sekitar Loji Gandrung hingga kawasan Ngarsopuro.

Lokasi tersebut merupakan central business district (CBD). Harga tersebut akan berbeda dengan Jl Slamet Riyadi kawasan Purwosari ataupun dekat Gladak. “Mungkin harga segitu bisa aja terjadi di antara Loji [Gandrung] sampai Ngarsopuro itu. Kan CBD itu,” jelansya.

Harga tanah di sisi selatan Jl Slamet Riyadi Solo bisa jadi lebih murah dibanding sisi utara. Pertama, area parkir lebih banyak ditemukan di sisi utara jalan sehingga pengguna kendaraan akan lebih banyak mampir ke pertokoan utara jalan.

“Utara itu lebih mahal. Secara untuk bisnis lebih prospektif. Untuk jualan ada parkiran, parkir mudah,” jelasnya.

Baca Juga: Horok Luarangee! Harga Tanah Solo Rp65 Juta/Meter, Ini Lokasinya

Pusat Bisnis Dan Komersial

Kedua, sisi utara Jl Slamet Riyadi lebih banyak ditemui pusat bisnis dan komersial. Misalnya di Jl Slamet Riyadi sisi utara ada toko buku, hotel, bank, sekolah, penyedia fast food, dan lembaga peradilan.

“Kalau sebelah selatan bisa diamati, banyak toko tutup. Karena untuk parkirnya agak susah orang jadi berpikir parkir di utara nanti ke toko nyeberang. Parkir di city walk juga enggak boleh,” imbuh Tendra.

Harga tanah di kawasan Mojosongo, Solo, juga mulai merangkak. Salah satunya karena Solo utara menjadi wilayah pengembangan. Penataan kawasan Solo utara sendiri sudah ada sejak masa pemerintahan FX Hadi Rudyatmo.

Saat itu penataan rencananya akan direalisasi di Solo utara, khususnya di koridor Jl Adi Sumarmo dan kawasan ring road utara. Saat ini mulai muncul hunian baru seperti rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Putri Cempo, Mojosongo, bahkan apartemen baru di Mojosongo.

Baca Juga: Harga Tanah di Solo Capai Rp65 Juta/M2, di Mana Lokasinya?

“Mojosongo kisaran paling murah Rp1,5 juta. Itu saja bukan daerah Jl Jayawijaya yang ramai, Jl Sumpah Pemuda enggak boleh [harga] segitu. Rp1,5 juta itu yang masuk kampung dengan akses jalan mungkin enggak begitu [luas dan mudah],” ujarnya.

Sebelumnya, berdasarkan data Real Estate Indonesia (REI) Soloraya, harga tanah di Kota Solo tidak ada yang mencapai Rp65 juta/m2. Bahkan di Jl Slamet Riyadi sekali pun. Harga tanah di Jl Slamet Riyadi paling mahal Rp30 juta/m2.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya