SOLOPOS.COM - Ilustrasi peternakan ayam potong. (Solopos/dok).

Solopos.com, BOYOLALI — Harga telur ayam ras di tingkat peternak masih dinilai rendah, sementara harga pakan ternak cenderung meningkat. Jika kondisi tersebut terjadi hingga Oktober 2021, ada kemungkinan banyak peternak gulung tikar, termasuk di Kabupaten Boyolali.

Salah satu peternak ayam petelur di Kecamatan Musuk, Boyolali, Kahono, mengatakan kondisi naiknya harga pakan ayam mulai terjadi sebelum Lebaran lalu tepatnya bersamaan dengan naiknya harga kedelai. Kemudian, akhir-akhir ini harga telur di tingkat peternak juga menurun.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kondisinya seperti itu. HPP [harga pokok produksi] tidak sesuai harga jual. Saya tidak tahu kondisi seperti ini mau sampai kapan,” kata dia, Rabu (15/9/2021). Dia mengatakan kenaikan harga pakan sekitar Rp300/kg sekali naik. Dalam sebulan, harga pakan bisa naik dua kali.

Baca juga: Kabar Baik! Uang Ganti Rugi Lahan Tol Solo-Jogja di Guwokajen Boyolali Segera Dibayarkan

Ekspedisi Mudik 2024

Dia mengatakan saat ini harga pakan sudah mencapai Rp6.500-Rp6.850/kg, naik dari harga sebelumnya yakni sekitar Rp5.300-Rp5.500/kg.

“Kalau harga di bawah Rp6.000/kg, peternak masih bisa bertahan. Namun ketika harga pakan sudah di atas Rp6.500/kg, setiap hari pasti rugi. Sebab sifatnya ayam, berapa pun harga telur, dia makannya tetap,” lanjut dia.

Mengurangi Populasi Ternak

Dia berharap kondisi tersebut bisa segera teratasi. Sebab jika hal itu terus dibiarkan, bukan tidak mungkin para peternak tidak bisa bertahan.

“Kalau sampai Oktober saja, kemungkinan banyak teman-teman tidak mampu menyelesaikan,” kata dia.

Baca juga: Inspiratif! Lintas Komunitas di Boyolali Bedah Rumah Janda Penjual Cilok

Dia menyebutkan harga telur di tingkat peternak, saat ini sekitar Rp14.000-Rp15.000/kg, sedangkan HPP sekitar Rp19.500-Rp20.000/kg. Artinya, ada selisih sekitar Rp5.000/kg.

“Tinggal dikalikan berapa kilogram produksi dalam sehari. Semakin besar populasinya semakin besar kerugian, kecuali modalnya kuat,” jelas Kahono.

Secara pribadi, dia pun sudah tidak memiliki upaya lain selain mengurangi populasi ternak. Sebab tidak mungkin peternak mengurangi pakan.

“Kalau mengurangi pakan, akan memengaruhi produksi. Sebab untuk bisa bertelur, ada standar pakan yang harus dipenuhi ayam. Jadi mengurangi populasi untuk memenuhi pakan. Lama-lama ayam habis. Mau beli baru untuk peremajaan juga tidak mampu karena tidak ada profit [keuntungan],” lanjut dia.

Baca juga: Kasus Covid-19 Menurun, Wong Boyolali Jangan Abaikan Protokol Kesehatan!

Dia berharap ada langkah dari pemerintah pusat untuk mengatasi kondisi itu, terutama dalam melindungi harga pakan agar terjangkau peternak. Selain itu , pihakna juga berharap pemerintah bisa melindungi pasar peternak rakyat dan tidak berbenturan dengan perusahaan besar atau integrator.

Hal sama juga disampaikan oleh salah satu pengelola peternakan ayam petelur di wilayah Teras, Boyolali, Krishandrika Immanuel Raharjo.

“Intinya ini semakin berat jika kondisinya tidak berubah,” kata dia. Dia mengatakan saat ini masih ada selisih HPP dan harga telur yang merugikan peternak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya