SOLOPOS.COM - Radiyem melayani pembeli, Jumat (6/1/2023). Penjual nasi liwet di sebelah pintu belakang terminal Tirtonadi Solo itu mengaku tidak berani naikkan harga jual dagangannya walaupun komoditas naik. (Solopos/Maymunah Nasution)

Solopos.com, SOLO — Sejumlah pedagang kaki lima yang menjajakan menu sarapan di Solo tidak berani menaikkan harga jual dagangannya meski harga sejumlah komoditas pokok naik Jumat (6/1/2023).

Radiyem, penjual nasi liwet di dekat pintu belakang Terminal Tirtonadi, Solo, mengaku tetap menjual masakannya dengan harga yang sama seperti sebelumnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Saya nggak berani naikin harga, takut dirasa kemahalan dan malah nggak laku. Uang bisa berputar di masa ekonomi sulit seperti ini saja rasanya sudah Alhamdulillah,” ujarnya kepada Solopos.com Jumat (6/1/2023).

Ditanya tentang harga komoditas pokok yang terus naik, Radiyem mengeluhkan harga yang terlalu mahal.

“Harga mahal tapi saya tidak menaikkan harga jual nasi liwet, paling hanya sedikit mengurangi porsi. Saya takut kehilangan pelanggan.”

Radiyem biasa kulakan bahan makanan di Pasar Legi Solo. Namun, pembelian bahan makanan tersebut terpaksa dia kurangi karena harga yang terus-terusan naik.

“Saya nggak berani belanja dalam jumlah besar juga, kemahalan! Lebih baik secukupnya saja, tapi memang porsi jadinya dikurangi sedikit agar semua bahan saya cukup untuk berjualan dalam satu hari,” ujar wanita itu.

 Menu khas masakan Padang yang disajikan warung tenda di kawasan Pasar Kliwon, Solo, Jumat (6/1/2023) pagi.(Solopos.com/Maymunah Nasution)

Menu khas masakan Padang yang disajikan warung tenda di kawasan Pasar Kliwon, Solo, Jumat (6/1/2023) pagi.(Solopos.com/Maymunah Nasution)

Kondisi yang sama juga disebutkan oleh Desi, penjual masakan Padang warung tenda di kawasan Pasar Kliwon, Solo. Dia mematok harga Rp10.000 per porsi untuk menu masakan Padang di warungnya. Desi yang baru berjualan 3 bulan mengeluhkan harga bahan pangan yang dirasa  terlalu mahal.

“Semua sekarang mahal, saat tahun baru saya terpaksa tidak menjual menu ayam karena tidak mampu membelinya,” paparnya kepada Solopos.com.

Usaha Desi membutuhkan bahan baku cabai terutama cabai hijau. Wanita itu menyiasati harga mahal dengan mengurangi takaran belanjanya.

“Saya beli bahannya sedikit-sedikit saja, nggak berani beli pasokan banyak. Misal cabai hijau saya paling belinya Rp10.000 untuk berjualan sehari,” ujarnya sambil tertawa pelan.

Desi terpaksa mengurangi porsi menu yang dijualnya agar tetap mempertahankan jualannya di harga Rp10.000 seporsi. “Sambal saya kurangi, daging rendang saya potong ukuran lebih kecil, seperti itulah,” jawab wanita itu.

Naiknya harga komoditas juga memberatkan warga lain. Ela, seorang ibu rumah tangga, mengeluh harga yang semakin mahal membuatnya mengurangi belanjaan sehari-hari.

“Kalau saya masih bisa beli, nggak apa-apa. Bisa saya sesuaikan kebutuhan saya dengan pembeliannya. Kekhawatiran saya malah kepada masyarakat menengah ke bawah. Oleh sebab itu saya selalu membantu rewang [asisten rumah tangga] yang bekerja kepada saya, itung-itung membantu lah,” ujarnya Jumat (6/1/2023) kepada Solopos.com.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya