SOLOPOS.COM - Penjual tahu tempe, Elis di Pasar Sunggingan Boyolali, Kamis (29/9/2022). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, BOYOLALI Harga kedelai mentah merangkak naik sebagai dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Kondisi itu membuat bakul tempe dan tahu kelimpungan karena biaya produksi turut membengkak. Kenaikan harga kedelai membuat bakul tahu tempe terpaksa mengecilkan ukuran barang dagangan mereka.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal itu dikatakan oleh bakul tahu tempe di Pasar Sunggingan Boyolali, Elis pada Kamis (29/9/2022). Pilihan itu, kata Elis, dianggap lebih baik dibandingkan harus menaikkan harga jual tahu tempe.

“Harga nya kalau pelanggan kan tidak mau naik, jadi solusi nya ya diperkecil. Biasanya yang ini [tahu putih] diiris 9×10 cm, dari situ nanti satu klat [cetakan tahu] bisa jadi 90 potongan modalnya Rp50.000, sekarang gimana jumlah potongannya bisa balik modal Rp50.000,” ucap dia.

Elis mesti membuat sejumlah potongan agar satu cetakan tahu nya itu bisa tetap balik modal 50.000. Untuk ukuran satu klat nya sendiri, Elis mengatakan sekitar 60×60 cm.

Baca juga: Kedelai Tembus Rp13.000/Kg, Pengrajin Tahu-Tempe Bakal Kerek Harga

Harga satu kilogram kedelai mentah, kata Elis, sudah hampir mencapai Rp13.000 dan kemungkinan besar masih akan naik. Satuan pedagang yang sama-sama jualan tahu saling bertukar informasi soal perkembangan harga kedelai, kata dia.

Dengan perubahan ukuran saja, penjualan tahu dan tempe, menurut Elis mulai menurun.

“Saya buka pukul 08.00 WIB, biasanya pukul segini sudah habis [12.00 WIB], pukul 11.00 WIB sudah pulang kemarin, tapi sekarang sampai sore, habis Ashar saja kadang belum habis trus dibawa pulang,” ucap dia.

Dari kenaikan itu, Elis menjual tahunya dari Rp200 menjadi Rp250 per biji, jadi dengan uang Rp5.000 konsumen bisa mendapat 20 biji tahu kuning.

Elis salah satu pengusaha tahu tempe di Boyolali yang menjual tahu tempe setiap harinya mencapai tiga kuintal. Satu kuintalnya ia jual ecer di pasar Sunggingan. Kemudian dua kuintalnya ia setorkan ke pelanggan tetapnya.

Baca juga: Ini Kata Dosen UNS Soal Kedelai Mahal dan Ketersediaan Pangan Indonesia

Namun, Ia mengaku ada penurunan jumlah produksi selama kenaikan harga kedelai tersebut. Harga kedelai naik secara bertahap dirasakannya sejak pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).

“Sebelumnya harga BBM, dulu kan masih 11.500, sesudah harga BBM naik, naiknya tiap hari naik Rp1.00, sekarang mau stok uangnya kan buat jalan terus, bayar tenaga juga,” ucap dia.

Punya lima tenaga bantu dirumah, Elis merasa kesulitan karena kebutuhan yang terus naik.

Elis mengimbuhkan, kenaikan harga BBM membuat semua harga serba naik. “Habis kenaikan BBM, semua bahan produksi naik, kedelai, kayu bakar, solar, semua naik,” ucap dia.

Baca juga: China Borong 100 Juta Ton Kedelai Pangkal Harga Kedelai Dunia Naik

Terpisah, harga kedelai naik juga diakui penjual kedelai di Pasar Sunggingan, Boyadi.

Boyadi mengakui kenaikan harga kedelai berdampak pada penjualannya yang menjadi sepi. Dari yang sebelumnya ia bisa menjual kedelai sampai hitungan karung kepada bakul-bakul tahu tempe. Kini, kedelai nya hanya dijual ecer kepada tukang sayur keliling.

“Ke tukang sayur sekarang paling belinya Rp2.000, tidak terasa berdampak jadinya [penjualan kedelai],” ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya