SOLOPOS.COM - Ilustrasi produksi tahu (Solopos-Candra Mantovani)

Solopos.com, SOLO -- Kenaikan harga kedelai, bahan baku membuat tahu, menyulitkan para produsen tahu di Solo. Bak sudah jatuh tertimpa tangga. Mereka terbebani dua hal sekaligus.

Kenaikan harga kedelai yang menembus hampir Rp10.000, ditambah tidak bisa menaikan harga jual karena takut ditinggalkan konsumen.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pada masa pandemi Covid-19, konsumen memang sensitif terhadap perubahan harga. Harga bergerak naik sedikit saja langsung membuat konsumen berpikir ulang untuk belanja.

Sejumlah Pemerintah Desa di Sukoharjo Tak Berani Bubarkan Hajatan yang Tak Indahkan Aturan

Demi tetap berproduksi dan mencukupi kebutuhan hidup, produsen tahu di Solo memilih mengurangi ukuran tahu yang mereka jual. Hal ini seperti yang dituturkan produsen tahu di RT 001 RW 002 Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, Senin (28/12/2020).

Seorang produsen tahu, Slamet Suripto, 69, mengaku mengurangi produksi dari 130 kilogram kedelai per hari, menjadi hanya 100 kilogram. Omzet usahanya turun. “Kami ini kerja bakti saja. Yang penting bisa jalan. Bisa bertahan dulu. Saya punya satu tenaga kerja,” kata dia, Senin.

Pengrajin tahu di Solo yang merintis usaha sejak 1973 tersebut membeli bahan baku ke Koperasi Sumber Agung Krajan senilai Rp9.100 per kilogram tiga hari lalu.

Daryono Pimpin PKS Solo 5 Tahun ke Depan Gantikan Abdul Ghofar

Harga Kedelai Terus Naik

Sebelumnya, dia biasa menyetok bahan baku setiap satu bulan sekali. Namun, kini tidak berani menyetok bahan baku selama satu bulan karena takut rugi bila harga turun. “Berharap harga turun tapi malah naik terus,” paparnya.

Slamet mengaku tidak bisa mengurangi biaya produksi seperti biaya listrik, limbah kayu, dan biaya transportasi. Di sisi lain, produsen tahu di Solo itu tidak berani menaikkan harga jual tahu karena kenaikan harga jual dapat membuat pelanggannya beralih ke produsen lain.

Akhirnya, dia mengurangi ukuran tahu. Setiap 100 kilogram kedelai yang dia produksi biasanya untuk 40 cetakan tahu, kini untuk 45 cetakan.

Menteri Pemberdayaan Perempuan Tegaskan untuk Ingat Pesan Ibu

Dia sudah mempertimbangkan jika harga kedelai sampai Rp10.000, dia akan berhenti produksi. “Naik turunnya harga bahan biasa tapi kali ini beda. Dulu naikkan harga jual masih laku. Kalau harga bahan baku sampai Rp10.000 per kilogram kami enggak jalan,” ujar dia.

Kondisi lebih sulit dialami empat pengrajin tahu di Solo yang menyewa ruang atau tungku milik Slamet di Mojosongo.

Para pengrajin tersebut memiliki biaya produksi lebih tinggi karena masih harus membayar Rp7.000 sekali masak satu ember adonan dan menyerahkan ampas tahu kepada Slamet. Total nilainya setara Rp17.000 untuk sekali mengolah satu ember adonan kedelai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya