SOLOPOS.COM - Kepala Pusat Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pertanian, Suryadi Abdul Munir (tengah), bersama seorang perwakilan dari Kedutaan Jepang, Toru Semba (dua dari kiri), memanen gandum di Desa Ngadiwono, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Rabu (9/11/2011). Pengembangan budi daya tanaman gandum lewat propgram kerja sama Counterpart Fund (CF) dengan Second Kennedy Round (SKR) di wilayah Kecamatan Tosari seluas 100 hektare sekitar 60% produksinya disiapkan sebagai sumber benih gandum nasional. (Antara/Musyawir)

Solopos.com, JAKARTA–Melejitnya harga gandum di pasaran, mendorong Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA), yakni Perum Bulog dan Holding Pangan ID Food, serta sektor swasta bersinergi peningkatan pendistribusian dan penjualan produk pangan lokal alternatif terkait dengan harga gandum tinggi.

Hal itu untuk mengantisipasi potensi kenaikan harga gandum dunia yang dapat berpengaruh pada kenaikan harga pangan dalam negeri seperti roti dan mi.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi menjelaskan kenaikan harga gandum yang dapat mengakibatkan naiknya harga mi dan roti di dalam negeri merupakan alarm peringatan untuk memperkuat kembali komitmen penganekaragaman konsumsi pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal.

Saat ini sumber pangan lokal sudah tersedia dimana-mana bahkan aneka olahan pangan sudah banyak dijual baik melalui onsite maupun online.

“Kita perlu mendorong masyarakat untuk mengonsumsi olahan pangan lokal tersebut. Sangat disayangkan apabila produk pangan lokal tidak terserap, sudah diolah dan tersedia tapi belum dimanfaatkan secara optimal. Aneka pangan lokal baik juga bagi kesehatan, karena minim gluten,” ujarnya dalam siaran pers, Rabu (20/7/2022).

Baca Juga: Singkong dan Sagu Bisa Gantikan Gandum, Selera Jadi Penghambat

Untuk percepatan penyerapan, imbuh dia, diperlukan penguatan sektor hilir agar berbagai produk pangan lokal alternatif tersebut mampu diserap secara optimal dan memberikan kebermanfaatan ekonomi bagi para penggeraknya.

“Dukungan pola konsumsi dan bisnis sangat diperlukan, melalui saluran distribusi dan fasilitasi bagi pengembangan produk pangan baru. Untuk itu, NFA mendorong pelaku usaha baik BUMN Perum Bulog dan Holding Pangan ID FOOD, serta sektor swasta melakukan sinergi peningkatan pendistribusian dan penjualan produk pangan lokal alternatif,” jelas dia.

Arief mengatakan substitusi seperti inilah yang perlu terus dilakukan, sehingga bukan hanya menjaga ketersediaan bahan pangan, melainkan juga menghemat devisa negara.

“Jika kita bisa melakukan substitusi pangan yang berbahan baku gandum seperti terigu menjadi tepung beras dan singkong sebanyak 10% saja, itu telah sama dengan saving Rp2,4 triliun per tahun,” tutur Arief.

Selain itu, dengan adanya substitusi tersebut, perekonomian domestik juga akan terus bergerak sehingga industri pengolahan pangan lokal bisa terus berkembang.

Arief menegaskan salah satu konsen NFA adalah meningkatkan keterjangkauan pangan bagi seluruh masyarakat melalui stabilisasi pasokan dan harga pangan serta keanekaragaman konsumsi pangan.

“Upaya peningkatan keanekaragaman pangan tersebut dijalankan melalui Kedeputian Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Tanaman Pangan Badan Pangan Nasional. Kita dorong konsumsi pangan yang memenuhi standar beragam, bergizi seimbang dan aman,” ujar Arief.

Berita telah tayang di Bisnis.com berjudul Harga Gandum Tinggi, Ini Arahan Buat BUMN dan Sektor Swasta

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya