SOLOPOS.COM - Pekerja mengoperasikan mesin pemanen kombinasi pada salah satu petak sawah di Desa Prawatan, Kecamatan Jogonalan, Selasa (30/3/2021). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Pemkab Klaten memastikan tak akan menerima impor beras. Soal harga gabah yang anjlok, Pemkab Klaten meminta para petani bisa melakukan sistem tunda jual.

Bupati Klaten, Sri Mulyani, meminta para petani tak perlu khawatir dengan santernya kabar polemik rencana impor beras. Dia menegaskan Klaten tidak akan pernah menerima impor beras.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Untuk Klaten tidak pernah impor beras. Klaten sudah surplus beras, sudah turah. Sehingga Klaten tidak akan pernah menerima impor beras,” kata Mulyani saat membuka Bintek Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu 2021 di Desa Prawatan, Kecamatan Jogonalan, Selasa (30/3/2021).

Baca Juga: Waduh, Ada Ganja Dijual Dalam Bentuk Saset, Pelajar Jadi Target

Sepanjang 2020, hasil produksi beras di Klaten mengalami surplus sebesar 141.000 ton. Meski belum genap setengah tahun, Mulyani memastikan Klaten sudah kembali mengalami surplus beras. “Pada 2021 ini sudah ada surplus beras sekitar 75.000 ton. Jadi kenapa harus impor?” kata dia.

Mulyani kembali menjelaskan pemkab segera mengeluarkan kebijakan ihwal kewajiban para ASN membeli beras dari para petani Klaten. Cara itu dilakukan agar beras hasil panen petani yang melimpah bisa terserap dan diharapkan bisa mendongkrak harga jual panen.

“Para petani mengalami penurunan harga jual hasil panen. Kami ada kebijakan untuk seluruh ASN saya instruksikan membeli beras dari petani Klaten. Regulasinya akan diatur dari OPD terkait. Jumlah ASN di Klaten ada 9.300 orang,” kata dia.

Panen Raya

Kepala Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Klaten, Widiyanti, mengatakan panen raya padi di Klaten terjadi pada Maret hingga Juni mendatang. Lantaran hal itu, hasil produksi beras di Kabupaten Bersinar tak perlu dikhawatirkan.

Soal harga gabah, Widiyanti mengakui harga gabah petani anjlok ketika musim panen raya tiba seperti saat ini. “Harga gabah turun hampir terjadi setiap tahun terutama saat Maret terjadi panen raya,” kata Widiyanti.

Widiyanti mengatakan hasil panen yang melimpah bisa diserap oleh Bulog dengan harga sesuai harga pembelian pemerintah (HPP). Namun, ada persyaratan yang harus dipenuhi terutama ihwal kadar air gabah.

“Saat penghujan seperti ini kadar air gabah hasil panen petani itu cukup tinggi, biasanya di atas 25 persen. Sementara, untuk bisa masuk ke Bulog maksimal kadar airnya 25 persen,” jelas dia.

Disinggung upaya yang bisa dilakukan petani agar tetap bisa mendapatkan untung, Widiyanti menjelaskan petani bisa melakukan sistem tunda jual. Gabah yang mereka panen dari sawah masing-masing tak langsung dijual ke penebas melainkan disimpan dan dikelola kemudian dijual kembali ketika harga gabah atau beras meningkat.

Baca Juga: Kronologi Tabrak Lari Tewaskan Warga Sragen Versi Polisi

Tetapi, hal itu tak bisa serta merta dilakukan lantaran tak semua petani memiliki tempat yang luas untuk menyimpan gabah dan tak memiliki lantai jemur. Untuk mengatasi kondisi itu, Widiyanti menjelaskan petani bisa memanfaatkan lumbung pangan yang ada di desa mereka untuk menerapkan tunda jual.

Pada lumbung yang ada di desa dan dikelola gabungan kelompok tani (Gapoktan) itu, petani bisa menitipkan gabah hasil panen mereka dan memanfaatkan lantai jemur yang ada untuk mengeringkan gabah. “Biasanya kan selain ada gudang di lumbung pangan itu ada lantai jemur,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya