SOLOPOS.COM - Ilustrasi hotel. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO – Sektor perhotelan di Solo tengah bersiap menghadapi dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang telah diputuskan pemerintah sejak Sabtu (3/9/2022). Biaya operasional hotel (operational cost) dinilai sangat bergantung pada harga BBM.

Perwakilan Humas Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo, Sistho A Srestho mengatakan sektor perhotelan dalam setengah tahun terakhir baru saja bangkit dari pandemi Covid-19. Ditambah lagi, dalam dua bulan terakhir beberapa event kelas dunia digelar di Kota Solo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sebab baru saja kemarin kita menikmati momen indah setelah pandemi namun sekarang sepertinya sektor pariwisata perhotelan akan berpotensi mendapat dampak sangat besar dari kenaikan BBM,” kata Sistho kepada Solopos.com, Sabtu (10/9/2022).

Ekspedisi Mudik 2024

Biaya pariwisata pun disinyalir juga ikut menyesuaikan kenaikan harga BBM. Bila jumlah wisatawan yang datang ke Solo menurun, otomatis akan memengaruhi tingkat keterisian kamar hotel atau okupansi.

Sistho mengatakan, ada dua dampak kenaikan BBM yang dirasakan oleh perhotelan. Yakni dampak internal dan eksternal. Dampak internal meliputi biaya operasional hotel yang berpotensi bengkak. Sementara dampak eksternal adalah dari sisi market.
“Dampak internal berkenaan dengan cost. BBM itu bisa dibilang faktor utama di sebuah industri. Saya rasa tidak ada industri yang tidak menggunakan BBM. Tidak ada sektor cost di hotel yang tidak terdampak dari kenaikan BBM,” kata dia.

Ia menambahkan, ada berbagai jenis biaya operasional di dalam usaha hotel. Di antaranya ada payroll tax employee benefit (PTEB), overhead cost yang meliputi biaya pemeliharaan, upah tenaga kerja, peralatan non-produksi, dan ketiga energy cost. Ketiga biaya ini dinilai akan memengaruhi room material cost.

“Ini tentu akan menaikkan cost room material. Apalagi hotel. Semuanya serba makanan. Kalau biaya transportasi naik, pengiriman barang sudah pasti naik,” imbuh dia.

Baca Juga: Pacu Inovasi Digital, Bank Mandiri Borong Penghargaan dari Alpha South East Asia

Sementara biaya energi dinilai juga akan membengkak karena tiap hotel pasti mempunyai alat transportasi. Konsumsi BBM kendaraan hotel otomatis akan naik seiring dengan kenaikan harga BBM.

“Operational cost pasti naik. Naiknya mengikuti harga bahan dasar, transportasi,” tutur dia.

Sementara dari sisi eksternal, Sistho menilai daya beli masayrakat akan menurun imbas kenaikan harga BBM bersubsidi. Mereka akan memperhitungkan ulang saat memilih untuk menginap di hotel atau pun berwisata. Bahkan PHRI Solo mencatat, pada September awal ini, okupansi hotel di Kota Solo sudah tampak menurun. Sistho mengatakan setidaknya 10 hingga 20 persen okupansi hotel di Solo pada September 2022.

“Kalau internal cost naik kita lhat eksternalnya. Naiknya BBM ini daya beli masyarakat akan terpengaruh. Faktanya September ini sepertinya mengalami penurunan tidak seperti Juli Agustus. Memang terlihat 10-20 persen menurun. Tapi kekhawatiran kita memang ini dampak [kenaikan BBM],” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya