SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Harga BBM bersubsidi diklaim Pertamina masih merugikan.

Solopos.com, BANGGAI — Kompensasi yang diberikan pemerintah belum cukup menutupi kerugian Pertamina dalam penjualan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Pertamina pun harus memutar otak dan mencari jalan lain untuk menyelesaikannya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Dwi Soetjipto, mengatakan perseroan akan mengutamakan efisiensi dan pengembangan sektor hulu migas untuk mengompensasi kerugian akibat menjual BBM. Pasalnya, pemerintah kerap menetapkan harga BBM jenis premium dan solar di bawah harga keekonomian.

“Kami akan bekerja keras untuk efisiensi dan sebagainya. Berikutnya adalah mengembangkan sektor hulu agar dapat menutup dan mengompensasi kerugian dari hilir,” katanya di Banggai, Senin (3/8/2015).

Dwi Soetjipto menuturkan Pertamina akan selalu mengikuti keputusan pemerintah terkait penetapan harga BBM. Selain menggunakan harga keekonomian, pemerintah mempertimbangkan daya beli masyarakat dan kondisi perekonomian nasional dalam menetapkan harga jual BBM di dalam negeri.

Menurutnya, saat ini pihaknya terus membicarakan kemungkinan diterapkannya energy fund untuk mengakali perubahan harga BBM. Energy fund nantinya dikumpulkan dari selisih yang didapat saat harga keekonomian di bawah harga jual.

“Saat harga keekonomian di atas harga jual, dana ini bisa digunakan sebagai subsidi sehingga perubahan harga BBM tidak terlalu tajam,” ujarnya.

Dia mengatakan saat ini Malaysia menjadi salah satu negara yang menerapkan energy fund. Karena itu, harga BBM di negara tersebut tidak cepat berubah dengan tajam saat harga minyak dunia mengalami fluktuasi.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, mengatakan pemerintah tidak akan buru-buru menurunkan harga BBM jenis premium dan solar meskipun harga minyak dunia telah di bawah US$50 per barel. “Harga BBM tidak naik saat harga minyak mencapai US$60-US$70 per barel. Defisit Pertamina kan karena itu, makanya harus ditutupi dengan harga yang dibayar masyarakat,” ucapnya.

Sofyan Djalil menuturkan saat ini pemerintah tidak memiliki anggaran untuk menutupi kerugian Pertamina. Alasannya, saat ini subsidi untuk BBM jenis premium sudah dihapus dari APBN, dan subsidi untuk solar ditetapkan hanya Rp1.000 per liter.

Menurutnya, Pertamina harus diberikan kompensasi untuk menutup kerugiannya agar dapat terus berkembang. Apalagi saat ini perusahaan juga menanggung beban sebagai perusahaan penyalur public service obligation (PSO) untuk BBM dan bahan bakar gas.

Harga BBM jenis premium untuk wilayah penugasan di luar Jawa-Madura-Bali saat ini tetap Rp7.300 per liter, dan di wilayah Jawa-Madura-Bali tetap Rp 7.400 per liter. Sementara itu, harga BBM subsidi jenis solar Rp6.900 per liter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya