SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SUKOHARJO-Pedagang bawang di pasar darurat sukoharjo menggelar demo karena harga kedua komoditas itu belakangan ini fluktuatif tak menentu. Pedagang mengaku omzetnya turun akibat naik anjloknya harga yang tak terkendali.

Beberapa pedagang di pasar darurat, Sabar, Suratmi dan Bowo, Selasa (19/3/2013), menyatakan, harga bawang merah di pasar tersebut kini turun menjadi Rp35.000 per kilogram sedangkan harga bawang putih juga turun menjadi Rp45.000/kg hingga Rp50.000/kg. Harga itu jauh dibandingkan kondisi sebulan lalu bahwa harga bawang putih mencapai Rp75.000/kg hingga Rp80.000/kg dan harga bawang merah senilai Rp50.000/kg.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Aksi berlangsung sekitar pukul 13.10 WIB. Beberapa poster dibentangkan di depan dagangannya. Di antaranya berbunyi,”bawang meradang masakan jadi masam,” “bawang meroket rakyat koret-koret,” “bawang naik masakan hambar.” Dua pedagang menyindir peran pemerintah yang dinilai lambat dengan menawarkan bawang merah dan bawang putih secara berkeliling.

Ekspedisi Mudik 2024

“Harga naik tak menentu mengakibatkan pembeli sedikit. Hanya menanyakan harga tapi tak membeli,” ujar Suratmi, 49.

Diakuinya, harga bawang merah dan bawang putih mulai Selasa turun. “Saya kulakan di Pasar Legi, Solo sudah turun Rp2.000/kg. Sekarang saya menjual bawang merah senilai Rp35.000/kg dan bawang putih senilai Rp45.000/kg hingga Rp50.000/kg. Harga turun sekitar Rp15.000/kg jika dibanding sehari sebelumnya.”

Hal senada dikatakan Sabar. Menurut Sabar, naiknya harga bawang yang tak terkendali mengakibatkan pedagang kecil merugi. Pasalnya, setelah kulakan tak laku. “Padahal bulan ini musim orang punya hajat. Biasanya orang punya hajat selalu membeli bawang merah dan bawang putih banyak. Bisa sekitar 10 kg tetapi sekarang hanya beli 1 kg hingga 2 kg.”

Agar kerugian tak besar keduanya kulakan sesuai kebutuhan atau menguranginya. “Biasanya kulakan 40 kg akan habis selama tiga hari tetapi mulai sebulan terakhir kulakan hanya 10 kg namun habis tiga hari,” ujar Suratmi.

Kedua berharap, pemerintah membuat kebijakan yang menguntungkan pedagang kecil. “Pemerintah hendaknya membuat area komoditas. Seperti bawang tak hanya ditanam di Brebes atau daerah pegunungan tetapi di hampir semua kabupaten/kota sehingga tak terpancang impor.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya