SOLOPOS.COM - Selamat Bin Rana Wijaya, 69, calon haji kelahiran Banyumas menyasar sampai ke Jedah setelah menyelesaikan tawaf di Masjidil Haram, Mekah, Minggu (29/9/2013). (Kemenag.go.id)

Solopos.com, JEDAH — Selamat Bin Rana Wijaya, 69, calon haji dari embarkasi Medan, Sumatra Selatan, menyasar sampai ke Jedah setelah menyelesaikan tawaf, Minggu (29/9/2013). Selamat yang memiliki kebun sawit di Labuhan Batu, Sumatra Utara itu kehilangan jejak anak dan menantunya setelah menyelesaikan tujuh putaran mengeliling Kakbah.

Sebagai anggota kloter 15 embarkasi Medan (MES/15) yang baru tiba di Mekah, Sabtu (28/9/2013) pukul 23.30 waktu setempat, Mbah Selamat menurut catatan laman resmi Kementerian Agama, Kemenag.go.id, ditempatkan di Sektor 2, daerah Mahbas Jin.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Minggu pagi itu, Mbah Selamat bersama rombongannya pergi ke Masjidil Haram untuk melaksanakan ibadah umrah. Sesampai di Masjidil Haram, sekitar pukul 07.30, Mbah Selamat pun melaksanakan ibadah tawaf. “Setelah berputar 5 kali, saya kok kehilangan teman-teman saya, semuanya tidak ada. Tapi saya memutuskan untuk meneruskan tawafnya,” kisah Mbah Selamat penuh semangat.

“Putaran ke-6, saya juga tidak melihat rombongan saya. Putaran ke-7 apalagi, semuanya sudah tidak ada,” tutur Mbah Selamat yang akhirnya memutuskan untuk memutari Kakbah sekali lagi guna mencari rombongannya. Nihil, Mbah Selamat pun memutuskan untuk keluar dari arena Kakbah. Tetapi bukan juga untuk melakukan sai. Di tengah kebingungannya mencari anggota rombongan, Pak Selamat keluar Masjidil Haram.

Sembari duduk-duduk di halaman depan Bab Malik Abdul Aziz Masjidil Haram, Mbah Selamat celingak-celinguk mencari rombonganya. Tetap tidak menemukan apa yang dicarinya. “Sekitar jam 12 siang, saya turun ke terowongan,” tutur Mbah Selamat.

Diduga, terowongan yang dimaksud adalah Bab Bilal, tempat pemberhentian bus dan taksi. “Taksi, saya mau ke asrama haji,” kata Mbah Selamat.

Pria kelahiran Banyumas ini memang terbilang mempunyai nyali tinggi, meski tidak di negeri sendiri. Dia bercerita kalau supir taksi itu kemudian menawarinya ke Jedah. “Asrama haji itu di Jedah? Berapa ongkosnya?” tanya Mbah Selamat yang membayangkan pemondokan tempat tidurnya semalam adalah asrama haji.

Supir taksi mengiyakan sambil mengatakan bahwa ongkosnya adalah 15 Riyal. Mbah Selamat pun meluncur ke Jedah, tempat yang baru semalam dia tinggalkan, sekitar 74 km jaraknya dari Masjidil Haram, Mekah. Dia sampai di Jedah sekitar pukul 13.00.

“Saya bayar 15 riyal (sekitar Rp45.000) dan diturunkan di pasar. Dari pasar saya ketemu orang Indonesia dan diantar ke sini. Tidak bayar,” jelas Selamat sambil menikmati jeruk ketika ditemui awak Media Center Haji (MCH) di Kantor Urusan Haji Indonesia (KUHI) di Jedah.

Selamat yang menunggu lima tahun untuk bisa berhaji, diterima Pengendali Teknis Keamanan Jamah Haji Indonesia Abu Haris di Kantor KUHI. Setelah didata dan beristirahat, Selamat yang menbawa kunci kamar penginapannya kemudian diantar Kepala Bidang Pengamanan Haji Kasmudi ke Mekah.

Menurut Kasmudi, Mbah Selamat diturunkan oleh supir taksi di Cornesy, salah satu supermarket di Jedah. Setelah membayar ongkos taksi dan keluar mobil, Mbah Selamat baru sadar kalau dia tidak berada di daerah pemondokannya. Mbah Selamat merasa asing dengan daerah yang baru saja dijejakinya.

Mbah Selamat mengaku bingung. Untung, tidak lama kemudian ada seorang mukimin Indonesi yang mendekatinya. Kata Kasmudi, sang mukimin merasa aneh di Jedah ada orang mengenakan pakaian ihram dan menduganya sebagai calon haji yang tersesat.

Setelah mengobrol sebentar, mukimin itu pun berkesimpulan bahwa Mbah Selamat tersesat. Dia pun mengantarkan Mbah Selamat ke KUHI di Jedah dan dipertemukan dengan Kasmudi.

Setelah menanyakan beberapa hal, Kasmudi tahu bahwa Mbah Selamat adalah calon haji Indonesia dari Kloter 15 Embarkasi Medan (MES/15). Kasmudi pun kemudian berinisiatif mengantarkan Mbah Selamat ke Mekah, tepatnya di Sektor 2 daerah Mahbas Jin.

Dari hasil bincang-bincang dengan Mbah Selamat, Kasmudi juga tahu kalau Mbah Selamat ternyata membawa kunci kamar. Terbayang oleh Kasmudi kalau teman-teman kamar Mbah Selamat tentu bukan hanya resah memikirkan keberadaan Mbah Selamat tetapi juga bingung karena kamar mereka terkunci.

Tepat pukul 15.00, Mbah Selamat yang diantar Kasmudi sampai di Kantor PPIH Sektor 2 Daerah Kerja Mekah. Kepada awak MCH Kemenag, Mbah Selamat berkisah tentang pengalaman yang baru saja dialaminya dengan penuh semangat, tanpa menunjukan rasa lelah ataupun khawatir.

“Tabah aku, tebal imanku,” kata Mbah Selamat penuh bangga meski baru saja kesasar.

“Bapakku kasih nama aku Selamat. Jadi biar diterkam harimau pun, aku tetap Selamat,” tuturnya disambut tawa awak MCH.

Mbah Selamat juga bercerita bahwa dirinya berangkat haji bersama anak dan menantunya. Sebagian uang hasil penjualan 18 ekor sapinya seharga Rp120juta, digunakannya untuk membayar biaya perjalanan ibadah haji (BPIH). Kini, mimpi yang dirangkai sejak tahun 1970-an itu menjadi nyata, Mbah Selamat bertamu di Baitullah, menjadi dluyufur-rahman bersama jutaan calon haji lainnya.

“Karena belum sempurna ibadah umrahnya, mohon agar disampaikan kepada pembimbingnya untuk mendampingi Mbah Selamat agar menyempurnakan ibadahnya,” pesan Kasmudi sembari mengembalikan Mbah Selamat kepada Kepala Sektor 2, Abdullah bin Abdurrahim.

Oleh Abdullah, Mbah Selamat diantar ke pemondokannya, dipertemukan dengan anak, menantu, dan sahabat yang sudah menunggu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya