SOLOPOS.COM - Ilustrasi kebaya tradisional. (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Kebaya kerap digunakan dalam perayaan hari bersejarah bagi masyarakat Indonesia, yakni Hari Kartini pada 21 April setiap tahunnya.

Busana khas Indonesia satu ini menjadi pakaian wajib ketika peringatan Hari Kartini digelar. Kebaya dipercaya sebagai lambang emansipasi perempuan Indonesia melalui representasi yang menghubungkan kebaya dengan tokoh kebangkitan perempuan Indonesia yaitu Raden Ajeng (R.A.) Kartini. Itu sebabnya, kebaya selau dipakai dalam setiap acara peringatan Hari Kartini yang dilaksanakan setiap 21 April.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kebaya sendiri pernah didaftarkan sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO oleh empat negara, yakni Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand. Sementara itu, Indonesia sendiri tidak ikut dalam rombongan empat negara tersebut untuk mendaftarkan kebaya ke UNESCO.

Mengutip sejarah kebaya yang identik dalam perayaan Hari Kartini di lama resmi Universitas Medan Area, pada zaman dahulu, kebaya hanya dikenakan golongan keluarga pemerintah di Pulau Jawa sebelum 1600. Saat zaman penjajahan Belanda, perempuan Eropa juga mengenakan kebaya sebagai pakaian resmi.

Tak hanya Indonesia, pakaian tradisional kebaya juga dikenal di Malaysia yang terbuat dari kain kasa yang dipadupadankan dengan kain sarung, batik, atau kain tradisional lainnya. Menurut Universitas Medan Area, kebaya dipercaya berasal dari Arab. Orang Arab membawa baju kebaya, yang dikenal sebagai abaya ke Tanah Air sejak ratusan tahun yang lalu. Kemudian, mulai dikenali hingga ke Melaka, Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi.

Denys Lombard dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya (1996), kebaya berasal dari bahasa Arab ‘Kaba’ yang berarti ‘pakaian’ dan diperkenalkan lewat bahasa Portugis ketika mereka mendarat di Asia Tenggara. Kata kebaya memiliki arti sebagai jenis pakaian (atasan/blus) pertama yang dipakai perempuan Indonesia pada kurun waktu abad ke-15 atau ke-16 Masehi.

Setelah berlakunya asimilasi budaya yang berlangsung selama ratusan tahun, pakaian itu diterima oleh penduduk setempat. Berdasarkan cerita sejarahnya, kebaya juga mirip dengan pakaian “nyonya kebaya” yang diciptakan pertama kali oleh peranakan dari Malaka. Mereka mengenakannya dengan sarung dan kasut cantik bermanik-manik yang disebut “kasut manek”.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya