SOLOPOS.COM - Panahan tradisional gaya Mataraman (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Panahan tradisional gaya Mataraman (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

SLEMAN—Panahan Tradisional Mataraman dinilai masih asing bagi sebagian masyarakat. Padahal lomba ini sudah digelar Kraton Yogyakarta sejak 1943.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Atlet panahan tradisional Mataraman asal Sleman, Rudi menilai, penyebab ketidaktahuan masyarakat umum terkait olahraga ini karena jarangnya media yang mengekspose kegiatan seni tradisi ini.

Laki-laki yang sudah dua tahun menekuni olahraga panahan tradisional gaya Mataraman itu menuturkan, ketertarikannya berawal dari cara memanah yang unik dan tidak terkesan agresif seperti olahraga panahan pada umumnya.

“Filosofi Jawa yang santai dan adem ayem terlihat dalam cara memanah sembari duduk bersila,” ujarnya saat ditemui Harian Jogja dalam lomba panahan atau Jemparingan Gaya Mataraman di Lapangan Denggung, Minggu (13/5) pagi.

Menurutnya, kegiatan yang diadakan Pemkab Sleman dalam rangka memperingati HUT Sleman ke-96 dapat menjadi salah satu ajang sosialisasi olahraga ini.

Ketua Umum Pengurus Cabang Perpani Kabupaten Sleman, Sapto Winarno menjelaskan, selama ini orang kebanyakan mengenal olah raga panahan hanya sebatas yang dilombakan dalam festival olah raga berkelas seperti PON, SEA Games, ASEAN Games, atau bahkan Olimpiade. “Jarang kita mengenal seni memanah tradisional,” tuturnya.(ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya