SOLOPOS.COM - Ilustrasi bunuh diri (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Solopos.com, SOLO — Sulistyanto, 30, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di rumahnya, Kampung Dadapan, RT 04/RW 013, Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Sabtu (29/3) siang.

Sebelum gantung diri, korban sempat meninggalkan rumah tanpa pamit selama dua hari. Dia baru kembali pada Sabtu dini hari sekitar pukul 02.00 WIB. Begitu sampai rumah, korban justru merusak perabotan rumah. Dia juga membakar pakaian yang tersimpan dalam lemari.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Setelah diberi tahu dia mengamuk di rumah, saya datang ke rumahnya pukul 05.30 WIB. Saya sudah berusaha menenangkan dia, tetapi dia terus saja mengeluarkan pakaian di lemari lalu membakarnya,” kata kakak kandung korban, Muji Lestari, 32, saat ditemui Espos di rumah duka.

Melihat adiknya terus mengamuk, Muji dan istri korban, Eny Sulistyowati, hendak memeriksakan Sulistyanto ke Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Solo. Keduanya lalu datang ke RSJD Solo untuk meminta bantuan penjemputan korban di rumah.

Namun sepulang dari RSJD, keduanya dikagetkan dengan temuan tubuh Sulistyanto yang sudah gantung diri menggunakan tali rafia di bawah blandar rumahnya. Seketika itu Muji berteriak minta tolong kepada para tetangga.

“Kejadiannya sekitar pukul 11.30 [WIB]. Saat tubuhnya diturunkan warga bersama-sama, dia masih hidup. Jantungnya masih berdetak kendati lidahnya sudah menjulur. Setelah diminumi air putih, saya lalu menelepon taksi untuk membawanya ke rumah sakit. Namun nyawanya sudah tidak bisa diselamatkan setelah saya menutup telepon,” jelas Muji.

Istri korban, Eny Sulistyowati, mengaku tidak tahu penyebab suaminya mengamuk. Sebelumnya suaminya tersebut memang kerap ngamuk tanpa alasan yang jelas. Karena merasa takut menjadi sasaran amukan suaminya, Eny membawa anaknya yang masih balita ke rumah orangtuanya yang kebetulan bersebelahan dengan rumahnya. “Saya tidak berani pulang ke rumah. Saya takut. Dia marah-marah tanpa sebab,” ujarnya seraya menyeka air matanya yang terus bercucuran.

Pihak keluarga tidak menghendaki jenazah korban divisum oleh polisi. Diduga korban nekat mengakhiri hidup sendiri lantaran mengalami gangguan jiwa. Jenazah lalu dimakamkan di permakaman umum kampung setempat.

Habis Ngamuk, Warga Sangkrah Gantung Diri

SOLO—Sulistyanto, 30, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di rumahnya, Kampung Dadapan, RT 04/RW 013, Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Sabtu (29/3) siang.

Informasi yang dihimpun Espos di lokasi kejadian menyebutkan sebelum gantung diri, korban sempat meninggalkan rumah tanpa pamit selama dua hari. Dia baru kembali pada Sabtu dini hari sekitar pukul 02.00 WIB. Begitu sampai rumah, korban justru merusak perabotan rumah. Dia juga membakar pakaian yang tersimpan dalam lemari. “Setelah diberi tahu dia mengamuk di rumah, saya datang ke rumahnya pukul 05.30 WIB. Saya sudah berusaha menenangkan dia, tetapi dia terus saja mengeluarkan pakaian di lemari lalu membakarnya,” kata kakak kandung korban, Muji Lestari, 32, saat ditemui Espos di rumah duka.

Melihat adiknya terus mengamuk, Muji dan istri korban, Eny Sulistyowati, hendak memeriksakan Sulistyanto ke Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Solo. Keduanya lalu datang ke RSJD Solo untuk meminta bantuan penjemputan korban di rumah. Namun sepulang dari RSJD, keduanya dikagetkan dengan temuan tubuh Sulistyanto yang sudah gantung diri menggunakan tali rafia di bawah blandar rumahnya. Seketika itu Muji berteriak minta tolong kepada para tetangga. “Kejadiannya sekitar pukul 11.30 [WIB]. Saat tubuhnya diturunkan warga bersama-sama, dia masih hidup. Jantungnya masih berdetak kendati lidahnya sudah menjulur. Setelah diminumi air putih, saya lalu menelepon taksi untuk membawanya ke rumah sakit. Namun nyawanya sudah tidak bisa diselamatkan setelah saya menutup telepon,” jelas Muji.

Istri korban, Eny Sulistyowati, mengaku tidak tahu penyebab suaminya mengamuk. Sebelumnya suaminya tersebut memang kerap ngamuk tanpa alasan yang jelas. Karena merasa takut menjadi sasaran amukan suaminya, Eny membawa anaknya yang masih balita ke rumah orangtuanya yang kebetulan bersebelahan dengan rumahnya. “Saya tidak berani pulang ke rumah. Saya takut. Dia marah-marah tanpa sebab,” ujarnya seraya menyeka air matanya yang terus bercucuran.

Pihak keluarga tidak menghendaki jenazah korban divisum oleh polisi. Diduga korban nekat mengakhiri hidup sendiri lantaran mengalami gangguan jiwa. Jenazah lalu dimakamkan di permakaman umum kampung setempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya