SOLOPOS.COM - Buku Habis Gelap Terbitlah Terang karya J.H. Abendanon (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Kartini bukan satu-satunya pahlawan bagi kemerdekaan Indonesia. Sangat banyak perempuan yang punya jasa bagi negara namun nama mereka tak setenar Kartini.

Salah satu sebab ketenaran Kartini adalah karena dia berjuang dengan tulisan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satu sastrawan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer pernah menulis, “Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

Ketenaran Kartini berkat jasa rekan penanya yang juga Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda, Mr. J.H. Abendanon dan istrinya, Rosa.

J.H. Abendanon menerbitkan surat-surat korespondensinya dengan Kartini menjadi sebuah buku berjudul Door Duisternis Tot Licht, yang dalam bahasa Indonesia berarti Habis Gelap Terbitlah Terang.

Baca Juga: Kartini, Pahlawan Nasional Pembela Perempuan yang Tak Berumur Panjang

Buku itu diterbitkan Abendanon tujuh tahun setelah meninggalnya Kartini yang berusia muda 25 tahun pada 17 September 1904 di Rembang. Kartini meninggal seusai melahirkan sang anak.

Bagaimana isi buku Habis Gelap Terbitlah Terang yang legendaris bagi perjuangan kaum perempuan Indonesia itu? Berikut rangkuman Solopos.com dari berbagai sumber, Senin (18/4/2022).

Habis Gelap Terbitlah Terang merupakan buku kumpulan surat yang ditulis oleh Kartini untuk beberapa sahabatnya di beberapa negara di Eropa, khususnya kepada J.H. Abendanon dan istrinya.

Setelah Kartini wafat, J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa.

Abendanon memberi judul bukunya, Door Duisternis tot Licht. Arti harfiah bahasa Belanda itu adalah “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”.

Buku kumpulan surat Kartini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.

Baca Juga: Kata Mutiara dan Ucapan Selamat Hari Kartini 2022 yang Kekinian

Secara ringkas, buku tersebut menceritakan perjalanan hidup seorang pahlawan perempuan bernama R.A Kartini, dan surat-suratnya yang ia tujukan kepada sahabat-sahabatnya.

Isi dari surat-surat itu tentang cita-cita Kartini untuk memajukan kaum perempuan di Hindia Belanda.

Salah satu kutipan surat Kartini yang terkenal adalah “Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata ‘Aku tiada dapat!’ melenyapkan rasa berani. Kalimat “Aku mau!” membuat kita mudah mendaki puncak gunung.”

Kemampuannya membaca dalam bahasa Belanda membuat Kartini banyak mendapat wawasan dari buku-buku.

Mantan siswi Europese Lagere School (ELS) itu melahap banyak buku-buku terkenal, di antaranya Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus hingga buku-buku karya Augusta de Witt.

Baca Juga: Atraksi Peselancar Putri dengan Berkebaya Sambut Hari Kartini di Bali

Hampir setiap waktu Kartini juga membaca koran dan majalah dari Eropa. Persinggungan dengan dunia literasi Belanda itu membuat pikiran Kartini muda terbuka lebar.

Ia rajin menulis dan bersinggungan dengan kaum feminis di Belanda melalui surat. Yang paling intens adalah saat dirinya berkorespondensi dengan karibnya asal Belanda, Rosa Abendanon.

Rosa bukan sekadar teman melainkan juga pendukung Kartini untuk memajukan kaum perempuan Indonesia.

“Dan biarpun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan merasa berbahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan Bumiputra merdeka dan berdiri sendiri,” tulis Kartini dalam salah satu suratnya kepada Rosa, yang juga akhirnya dimuat dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang.

Sayangnya, R.A Kartini tak berumur panjang. Pembela perempuan Indonesia itu meninggal dunia pada 17 September 1904 di Rembang saat baru menginjak usia 25 tahun.



Ia meninggal seusai melahirkan anak pertama sekaligus terakhirnya.

Baca Juga: Sekolah di Sragen Ini Peringati Hari Kartini dengan Bagi-Bagi Takjil

Melalui surat-surat yang dibukukan J.H. Abendanon itulah bangsa Indonesia mengetahui tentang pemikiran putri pasangan Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M.A. Ngasirah itu.

Pada 1922, Balai Pustaka berinisiasi untuk menerbitkan buku berjudul Door Duisternis tot Licht tersebut dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Terbitan edisi selanjutnya terjadi pada 1938. Armijn Pane, seorang sastrawan Pujangga Baru membagi buku Habis Gelap Terbitlah Terang menjadi lima bab pembahasan. Pada versi ini, buku ini dicetak sebanyak sebelas kali.

Surat-surat Kartini yang berbahasa Belanda juga diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Agnes L. Symmers. Bahkan, surat-surat tersebut juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan Sunda.

Pikiran-pikiran Kartini menyebar, dibaca, dipelajari hingga menginsipirasi perempuan pribumi yang kala itu dianggap lemah dan tak berdaya menjadi lebih terbuka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya