SOLOPOS.COM - KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) (NU Online)

Solopos.com, SOLO—Presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dikenal sebagai tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Bahkan, Gus Dur pernah menjadi ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada periode 1984-1999.

Gus Dur juga merupakan cucu pendiri NU, KH Hasyim Asyari. Kelahiran Denanyar Jombang, Jawa Timur tersebut adalah putra dari pasangan KH Wahid Hasyim dan Solichah. KH Wahid Hasyim adalah pahlawan nasional yang pernah menjabat sebagai Menteri Negara dan juga pernah sebagai Menteri Agama pada era orde lama.  KH Wahid Hasyim juga pernah menjadi Ketum PBNU pada 1951–1954.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Meski demikian, Gus Dur mengaku sebagai orang Muhammadiyah yang ada di NU. Hal ini terkait dengan masa lalu Gus Dur yang pernah tinggal di Yogyakarta dan berguru dengan para tokoh Muhammadiyah.

Baca Juga: Sering Beda Awal Puasa dan Lebaran, Ini Perbedaan NU dan Muhammadiyah

“Saya juga mengaji kepada [tokoh Muhammadiyah] Kyai Maksum Abu Hasan, Mbah Hana, dan Pak Basyir,” kata Gus Dur berkunjung ke Masjid Gedhe Yogyakarta, Jumat (18/2/2000), seperti dilansir dari Suara Muhammadiyah.

Pak Basyir merupakan ayah dari KH Ahmad Azhar Basyir MA, ketua PP Muhammadiyah sebelum Muhammad Amien Rais, sedangkan Mbah Hana adalah Direktur Madrasah Mualimat Muhammadiyah Yogyakarta kala itu.

Karenanya, Gus Dur melihat NU dan Muhammadiyah sangat dekat sekali. Kalau ada yang bilang Muhammadiyah jauh dengan NU, apalagi bermusuhan, itu menurut Gus Dur, hanya mencari-cari saja. “Wong yang dipelajari saja bahannya sama kok,” tegasnya, tetapi kalau perbedaan penafsiran itu wajar-wajar saja menurutnya.

Baca Juga: Beda Awal Puasa, Ini Pesan Ramadan 1443 H Ketum PBNU dan Muhammadiyah

Gus Dur bercerita, sewaktu dulu Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta oleh KH Ahmad Dahlan, pendiri NU KH Hasyim Asy’ari bertanya siapa yang mendirikan Muhammadiyah. Ketika dijawab KH Ahmad Dahlan, kemudian ia minta penjelasan apakah Ahmad Dahlan yang sama-sama mengaji dengannya di Kyai Sholeh Darat Semarang. Setelah dibenarkan, tampak hatinya lega.

Penerus KH Hasyim Asy’ari, KH Bisri Syamsuri yang juga ahli fikih NU, ketika ada masalah tentang fikih, tidak segan-segan mengajak Abdurrahman Wahid pergi ke ulama Muhammadiyah. Waktu itu biasanya pergi ke rumah Mbah Hana.

Dalam diskusi sering mereka menjadi merah. Jika belum puas diskusi di Yogyakarta, kemudian KH Bisri Syamsyuri pergi ke Kroya, rumah Kyai Adqia. “Saya ya manut saja,” tandasnya.

Baca Juga: Awal Puasa Ramadan 2022 Tak Sama? Ini Beda Metode NU dan Muhammadiyah

Karena itu Gus Dur mengaku sering dijuluki orang  Muhammadiyah di NU. Sebaliknya KH Ahmad Azhar Basyir sering dijuluki orang NU di Muhammadiyah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya