SOLOPOS.COM - Rempeyek Laron (Instagram/@lesehan.kulinerjogja)

Solopos.com,  SEMARANG Saat musim hujan tiba, kerap sekali muncul serangga kecil yang berterbangan dan selalu mengelilingi lampu penerang. Warga Jawa Tengah biasanya menyebut serangga itu sebagai laron. Siapa sangka serangga yang disebut dengan nama laron itu menjadi salah satu bahan untuk membuat peyek.

Hewan dengan nama ilmiah Macrotermes Gilvus ini justru dijadikan dengan sumber panganan oleh masyarakat di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Biasanya laron ini dipakai sebagai bahan makanan oleh masyarakat pedesaan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dihimpun dari berbagai sumber, Senin (8/11/2021), laron ini dijadikan berbagai macam panganan, salah satunya adalah peyek. Laron ini dipakai sebagai pengganti kacanga atau ikan teri yang biasa dijadikan topping rempeyek.

Baca Juga: Dieng Culture Festival Digelar Secara Hybrid, Ganjar Ungkap Kerinduan

Cara membuat rempeyek laron ini juga sama dengan rempeyek pada umumnya, yaitu tepung berasd diberi bumbu dari garam, bawang putih dan daun jeruk. Kemudian adonan tepung yang sudah dibumbuhi ini dicampur dengan laron yang sudah dibersihkan lalu digoreng hingga kering.

Asal usul makanan ini bermula saat  masa penjajahan di mana segala sumber daya alam diambil alih oleh penjajah saat itu dan rakyat tidak tahu harus mengkonsumsi apa. Akhirnya timbul inisiatif untuk menggunakan bahan makanan seadanya, salah satunya hewan laron yang mudah di dapat saat musim penghujan tiba.

Bagaimana orang-orang mengumpulkan laron untuk dimakan? Sederhana saja. Secara tradisional, biasa orang-orang akan meletakkan “dhian” alias lampu teplok di tengah baskom yang kosong maupun di samping baskom yang berisi air (meskipun zaman sekarang juga banyak yang sudah menggunakan lampu listrik).

Baca Juga: Uniknya Sarang Madu, Penganan Berbentuk Absurd Tapi Rasanya Lazis

Penerangan lain dimatikan supaya laron hanya berkumpul di satu lampu tersebut saja. Setelah laron-laron terkumpul, barulah laron-laron dipisahkan dari sayapnya kemudian diinteri (diletakkan di atas tampah, diputar-putar) dan setelah bersih laron tersebut dimasak.

Apa sih rasanya? Untuk orang pedesaan yang terbiasa mengonsumsi makanan ini pasti akan mengatakan kalau rasa peyek laron ini lezat dan gurih. Tapi, bagi yang belum terbiasa memakannya mungkin kita akan merasa jijik, tidak tega melihat tubuh lunaknya, atau bahkan tidak tahan dengan bau amis khas laron.

Lebih menarik lagi, ternyata laron dipercaya bergizi tinggi untuk tubuh. Dan memang hal tersebut adalah fakta. Laron memiliki kandungan protein tinggi, mencapai 65%. Kandungan asam aminonya pun komplet, disertai dengan vitamin B, asam olet, asam linoleat, dan lemak 31%. Ratu laron pun dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya