SOLOPOS.COM - Lahan pertanian di kaki Gunung Sinabung tak produktif akibat erupsi (Dok. Solopos.com)

Solopos.com, MEDAN — Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatra Utara, mengakibatkan kerugian lebih dari Rp40 miliar yang diderita oleh petani di kaki gunung tersebut.

Erupsi Gunung Sinabung yang telah berlangsung sejak pertengahan September 2013 lalu, belum kunjung reda. Para petani terpaksa mengungsi untuk menghindari bahaya letusan gunung api itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Dinas Pertanian Sumut Muhammad Roem memperkirakan kerugian para petani terutama akibat rusaknya tanaman hortikultura di kaki Gunung Sinabung mencapai lebih dari Rp40 miliar. Kerugian itu akibat rusaknya tanaman dan tidak adanya panen.

Petani Kabupaten Karo selama ini menjadi pemasok utama sayur dan buah untuk Medan dan wilayah lain di provinsi Sumut. Berkurangnya pasokan sayur dan buah asal Karo telah mengakibatkan harga di Medan dan Sumut meroket.

“Kerugian total petani di Sinabung ada sekitar lebih dari Rp40 miliar sampai saat ini,” ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (3/12/2013).

Menurutnya, wilayah yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung terdiri dari 11 kecamatan dengan luas mencapai 30.000 hektar. Diperkirakan sebanyak 1.357 hektar tanaman hortikultura milik petani mengalami puso.

Untuk mengantisipasi kerugian yang terus membengkak, Dia mengungkapkan Dinas Pertanian Sumut terus berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian Kabupaten Karo.

Saat ini tengah dilakukan pendataan secara lebih rinci kerugian yang ditimbulkan oleh erupsi Gunung Sinabung. Sebagian lahan pertanian yang mengalami kerusakan diakibatkan oleh lahar dingin, abu vulkanik, hingga ditinggalkan oleh pemiliknya untuk mengungsi.

Dia mengakui hingga saat ini belum mengeluarkan anggaran untuk membantu para petani tersebut. Pasalnya, Dia menegaskan anggaran bantuan untuk petani dari Dinas Pertanian Sumut dan Kementan akan dikeluarkan pasca-erupsi pada 2014 mendatang.

Kementerian Pertanian, sambungnya, saat ini tengah menggodok Peraturan Menteri Pertanian terkait kriteria lahan pertanian yang tergolong mengalami puso akibat erupsi. Nantinya, Permentan tersebut akan menjadi acuan bagi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk memberikan ganti rugi.

“Sekarang kami sifatnya inventarisasi kalau sudah ada Permentan tersebut, tim akan turun dari provinsi dan kabupaten untuk melakukan pendataan,” paparnya.

Roem memperkirakan masa pemulihan bagi lahan pertanian yang terkena dampak erupsi sekitar 3 bulan. Proses pemulihan juga akan bertahap karena petani tersebut harus memulai lagi dari awal.

Sementara itu Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sumut Tetty Erlina Lubis mengatakan hewan ternak pada radius 5 Km atau di 3 kecamatan terus dipantau. Sebagian besar ternak tersebut telah dijual oleh pemiliknya akibat kesulitan pemeliharaan.

“Sebagian besar juga dipindahkan karena masalahnya kekurangan pakan akibat terkena abu vulkanik,” paparnya.

Sejauh ini Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sudah membantu mengevakuasi 5.642 ekor hewan di Kabupaten Karo untuk menghindari kerugian peternak dan termasuk keamanan stok hewan pasca meletusnya Gunung Sinabung.

Hewan yang dievakuasi dari area rawan bencana itu terdiri dari sapi potong sebanyak 2.962 ekor, kerbau 714 ekor, kambing 1.496 ekor dan 452 ekor unggas yang tersebar di Kecamatan terdekat Gunung Sinabung yakni Namanteran, Tiganderket dan Kecamatan Payung.

BNPB melaporkan hingga saat ini jumlah pengungsi dari 22 desa telah mencapai 17.281 jiwa (5.813 KK), yang tersebar di 31 pos penampungan. Terdapat sekitar 248 jiwa pengungsi di Losd Desa Telaga, Kabupaten Langkat. Sedangkan 30 pos penampungan lain berada di Kabupaten Karo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya