SOLOPOS.COM - Gunung Merapi meletus Senin (18/11/2013) pagi. (istimewa)

Harianjogja.com, JOGJA-Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Gatot Saptadi mengatakan, seusai letusan freatik, pihaknya telah bergerak cepat menuju dua desa yang ada di lereng Merapi, yakni Umbulharjo dan Glagahharjo. Di dua desa tersebut, petugas langsung melakukan mobilisasi massa, terutama anak-anak dan lanjut usia untuk mengungsi.

“Sementara untuk yang masih muda, mereka telah siap di jalur evakuasi. Sekarang kami tinggal memulihkan trauma mereka, terutama untuk anak-anak dan lanjut usia,” jelasnnya kepada wartawan, Senin (18/11/2013).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Gatot menyatakan, di beberapa daerah seperti desa Srunen, Glagaharjo, Umbulharjo semestinya sudah saatnya dikosongkan. Namun demikian, permasalahan itu dikembalikan lagi kepada masyarakat, karena masyarakat di tempat tersebut masih menginginkan tempat itu ditinggali.

“Dengan kondisi seperti itu, kami hanya bisa mengimbau kepada warga untuk selalu siap dan saling mengisi dalam penyelamatan,” harap dia.

Ekspedisi Mudik 2024

Sementara  Kepala BPPTKG Jogja, Subandriyo mengatakan letusan freatif terjadi pada pukul 4.53 WIB. Letusan itu membumbung setinggi 2 kilometer dari puncak  Merapi. Alhasil, material tersebut menyebabkan  hujan abu dan terbawa angin hingga 60 kilometer ke arah timur dari Merapi.

Dia mengungkapkan, letusan freatik bukan kali pertama terjadi, sebelumnya pada 23 Juli lalu sempat terjadi letusan yang sama. “Memang tidak ada gejala awal, letusan itu terjadi akibat meningkatnya tekanan uap air,” terang dia.

Meski demikian, Subandriyo menyatakan, jika kondisi Merapi tetap aktif normal. Alasannya, letusan itu tidak disertai dengan perubahan seismik, deformasi dan embusan gas.

Dia menyatakan, letusan freaktif itu juga disebabkan gempa tektonik 4,7 SR yang terjadi 97 kilometer di tenggara Ciamis. Gempa yang terjadi pada pukul 04.51 WIB itu dengan kedalaman 23 kilometer.

“Seismograf kami mencatat terjadi gempa tersebut. Ini juga menjadi salah satu pemicunya,” jelas dia.

Adapun Kepala Seksi Data dan informasi BMKG Jogja Toni Agus Wijaya menyatakan, selain gempa tektonik di Ciamis, jika curah hujan di DIY cukup tinggi. Bahkan, curah hujan tersebut masuk dalam kategori hujan lebat karena intesitas yang ada 50 mm per hari.

“Ini terjadi karena sepanjang garis Pulau Jawa terkena dampak gangguan cuaca. Ada pertemuan angin singkat selama sepekan,” papar dia.

Menurut dia, akibat gangguan cuaca tersebut, sampai Jumat mendatang cuaca di DIY cenderung berawan dan berpotensi hujan lebat. Untuk itu, BMKG berharap warga untuk bersiap siaga.

“Berbagai ancaman seperti banjir masih akan terjadi. Selama musim ini gangguan cuaca masih akan terjadi,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya