SOLOPOS.COM - Ilustrasi guru. (Solopos-dok)

Solopos.com, WONOGIRI — Kalangan guru tidak tetap atau GTT senior di Kabupaten Wonogiri berharap ujian kompetensi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja atau PPPK guru hanya untuk formalitas.

Mereka menilai sistem penilaian ujian kompetensi tahap I PPPK guru tak berpihak kepada GTT yang sudah lama mengabdi. GTT senior berpendapat sistem penilaian tak mengakomodasi masa kerja.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Soal ujian juga dianggap tak sesuai kondisi lapangan sehingga tak sesuai harapan. Akibatnya, banyak GTT senior yang kemungkinan besar tak lolos uji kompetensi tersebut.

Hal itu disampaikan sejumlah GTT senior peserta ujian kompetensi PPPK guru di Kabupaten Wonogiri yang merasa besar kemungkinan tidak lolos. Salah satunya Bibit Lilis Jarwanti, 45.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Baru 45%, Danrem Tetap Yakin Herd Immunity Wonogiri Bisa Terbentuk Oktober

GTT yang sudah mengajar di kelas III SDN 2 Sukomangu, Kecamatan Purwantoro, selama lebih dari 13 tahun itu menyebut masa pengabdian GTT senior tak mendapat ruang dalam penilaian ujian PPPK.

Ada nilai afirmasi, tetapi GTT senior memperoleh tambahan nilai afirmasi hanya dari elemen usia lebih dari 35 tahun. Alhasil, nilai afirmasi tak mampu mendongkrak nilai ujian secara signifikan.

Kompetensi Teknis

Materi uji kompetensi teknis pun tak sesuai kondisi lapangan. Mayoritas GTT senior mengajar di kelas bawah, yakni kelas I-III. Namun, soal ujian yang keluar justru materi pengajaran kelas atas, yakni IV-VI.

Sebelum ujian PPPK, GTT senior Wonogiri kebanyakan hanya mempelajari materi pengajaran kelas bawah, karena tak memungkinkan belajar materi pengajaran kelas atas yang tak diaplikasikan dalam rutinitas mengajar.

Baca Juga: Jhon Underground: Pemuda Wonogiri yang Punya Misi Mengenalkan Kampung Halaman lewat Media

Terlebih, GTT senior memiliki kendala internal karena faktor usia. “Materi pengajaran kelas bawah yang dipelajari saja sering lupa karena daya ingat sudah menurun. Idealnya materi ujian disesuaikan kondisi lapangan,” ulas Lilis saat dihubungi Solopos.com, Selasa (21/9/2021).

Menurut warga Dusun Gemawang RT 003/RW 001, Desa Nadi, Kecamatan Bulukerto, itu mestinya masa kerja/pengabdian minimal 10 tahun atau berusia lebih dari 40 tahun memiliki bobot nilai paling tinggi daripada elemen lain.

Dengan begitu GTT senior Wonogiri berpeluang besar lolos dalam ujian PPPK. Jika perlu, uji kompetensi bagi GTT senior hanya sebagai formalitas untuk memuluskan jalan menjadi PPPK.

Hal tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada GTT yang telah mengabdi lama dalam mencerdaskan anak bangsa. Selain itu, kalau toh GTT senior itu lolos menjadi PPPK tak lama lagi mereka pensiun karena sekarang kebanyakan sudah berusia lebih dari 40 tahun.

Baca Juga: PTM SMP dan SMA Sederajat di Wonogiri Mungkin Digelar Bareng 

Hanya Berharap Keajaiban

“Dulu kami dijanjikan mau diangkat menjadi PNS, tapi janji tinggalah janji. Sampai kami tua tidak ada realisasi. Ada PPPK pun penilaiannya tak memperhatikan pengabdian kami,” imbuh Lilis.

Lilis menyebut hanya keajaiban yang dapat membuatnya lolos ujian kompetensi PPPK guru di Wonogiri. Nilai uji kompetensi teknisnya diprediksi di bawah ambang batas (passing grade), sehingga bakal tak lolos ujian, meski nilai kompetensi manajerial-sosiokultural dan tes wawancara di atas ambang batas.

Lantaran pusing dalam mengerjakan soal uji kompetensi teknis Lilis enggan mengecek hasil akhirnya.
GTT senior lainnya, Lasmini, 48, mengatakan hal senada.

Guru kelas I dan II SDN 3 Biting, Kecamatan Purwantoro, Wonogiri, itu menyampaikan banyak rekan-rekannya sesama GTT senior yang berpendapat masa kerja/pengabdian tak dipertimbangkan dalam penilaian ujian kompetensi PPPK.

Baca Juga: Puluhan Kebakaran Terjadi di Wonogiri Tahun Ini, Mayoritas Penyebabnya Karena Ini

Alhasil, Lasmini dan rekan-rekannya tak lolos uji kompetensi teknis. Warga Desa Biting tersebut berharap pemerintah memudahkan langkah GTT senior dalam menggapai status PPPK sebagai bentuk penghargaan.

Langkah itu seperti dengan memasukkan elemen masa kerja GTT senior dalam nilai afirmasi. Ia meyakini jika hal itu terjadi tambahan nilai afirmasi dari masa kerja dapat mendongkrak nilai secara signifikan, sehingga peserta lolos uji kompetensi.

Persaingan Semakin Ketat

“Kalau penilaiannya tak berubah, saya dan teman-teman GTT senior lainnya tak lolos ujian. Kalau mau mengikuti ujian tahap II semakin kecil peluang kami lolos. Itu karena persaingan semakin ketat mengingat pesertanya ada guru serdik [besertifikat pendidik] dan usia mereka jauh lebih muda. Ujian tahap III juga ketat karena persaingannya antardaerah,” ulas Lasmini.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wonogiri, Yuli Bangun Nursanti, menginformasikan hasil akhir ujian kompetensi PPPK guru belum keluar. Nilai ujian masih diolah dengan nilai afirmasi.



Baca Juga: Waduh… 40% Peserta Tes SKD Wonogiri di LPPKS Karanganyar Tak Penuhi Passing Grade

Hasil akhir secara resmi akan diumumkan pada 24 September mendatang. Sesuai petunjuk teknis (juknis), peserta yang memiliki nilai di bawah ambang batas bakal tak lolos uji kompetensi.

Jika dalam kondisi itu peserta tak mendaftar untuk mengikuti ujian tahap II, peserta akan gagal menjadi PPPK guru. “Hasil resminya ditunggu 24 September saja,” katanya.

Sebagai informasi, uji kompetensi PPPK guru di Kabupaten Wonogiri diikuti 3.505 orang. Ujian digelar di sejumlah sekolahan pada 13-17 September 2021 lalu. GTT senior diprediksi banyak yang tak lolos ujian karena faktor tertentu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya