Solopos.com, SOLO -- Muncul rumor Grab dan Gojek sedang dalam pembicaraan untuk bergabung alias merger. Meski isu belum terkonfirmasi, namun muncul indikasi bahwa mereka telah melakukan kesepakatan.
Alih-alih mengonfirmasi isu tersebut, Grab justru merilis kabar bahwa mereka meningkatkan pendanaan hingga $856 juta dalam dua tahap dari para investor di Jepang. Dilansir Techcrunch, pendanaan itu diberikan untuk mengembangkan lini bisnis terkait layanan pembayaran dan keuangan.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Baik Gojek maupun Grab, kepada Techcrunch.com, sama-sama membantah rumor merger tersebut. Namun sebuah sumber yang dekat dengan kedua perusahaan teknologi tersebut mengonfirmasi bahwa Grab dan Gojek telah membicarakan kemungkinan merger sejak 3,5 bulan lalu.
Viral Lagi, Rahmat Hs Sebut Banjir Jakarta Cuma Hari Libur karena Anies Baswedan
Menurut sumber tersebut, pembicaraan ini telah dimulai setelah pendiri dan CEO pertama Gojek, Nadiem Makarim, masuk dalam kabinet Jokowi-Maruf dan meninggalkan perusahaan.
Juru Bicara Gojek mengatakan tidak ada rencana untuk merger. Menurutnya, pemberitaan media yang menyebut adanya pembicaraan itu tidak akurat. Sedangkan perwakilan Grab, seperti dilansir Techcrunch.com, menyatakan perusahaan itu tidak mau berkomentar atas rumor itu.
Merger dinilai menjadi langkah yang paling memungkinkan untuk mengakhiri persaingan panas antara Grab dan Gojek di Asia Tenggara. Keduanya kini menjadi pemain utama layanan transportasi berbasis aplikasi online setelah mundurnya Uber dari Asia Tenggara.
Jadi Tersangka Jelang Pensiun, Pembina Pramuka SMPN 1 Turi Klaim Tak Setuju Susur Sungai
Dengan valuasi mencapai $14 miliar dan pendanaan dari Softbank, Uber, dan Didi Chuxing, Gram menjadi perusahaan ride hailing terbesar. Namun Grab menghadapi tantangan dari Gojek yang memiliki pendanaan tak kalah kuat. Gojek didanai oleh investor raksasa seperti Tencent, Google, Visa, dan lain-lain.