SOLOPOS.COM - Ilustrasi teknologi global positioning system (GPS) (JIBI/Dok)

Solopos.com, SOLO – Aksi pencurian mobil mewah jenis Rubicon di Sukoharjo, Oktober lalu, menarik perhatian. Jaringan aksi pencurian melancarkan aksi dengan bantuan pemasangan perangkat Global Positioning System (GPS), sebenarnya kapan teknologi ini hadir?

Teknologi GPS sangat umum digunakan orang untuk membantu kelancaran aktivitas. Pengguna teknologi ini bisa lebih mudah menemukan koordinat lokasi yang dicari. Perangkat GPS yang ditanam di beberapa benda bergerak, termasuk mobil, juga menjadi warna manfaat teknologi ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Banyak orang yang kini bergantung pada teknologi tersebut. Salah satunya adalah pengguna jasa maupun penyedia jasa ojek online maupun jasa kurir. Namun bisa jadi tim penemu teknologi ini bakal nangis jika GPS disalahgunakan termasuk dalam kasus pencurian mobil mewah yang barus saja diungkap Polda Jawa Tengah.

Baca Juga: Kasus Rubicon Sukoharjo: Waspada! Maling Mobil Pakai Cara Pasang GPS

Mengutip gpsworld.com, perjalanan teknologi tersebut berawal pada Jumat, 4 Oktober 1957. Uni Soviet saat itu mengirim bola logam seukuran bola pantai ke orbit.

Bola logam yang kemudian disebut sputnik itu berbunyi bip setiap detik selama 21 hari. Bunyi bip itu terdengar dengan bantuan efek doppler. Dengan demikian, pergerakan satelit kecil Sputnik itu terdeteksi dan memudahkan para ilmuwan menunjukkan lokasi secara tepat.

Teknologi tersebut menjadi dasar sistem navigasi satelit pertama. Karena sebelum itu tercetus, para ilmuwan mulai berpikir kebalikannya yakni lokasi pengamat terrestrial bisa diturunkan dari orbit satelit tunggal yang diketahui.

Baca Juga: Teknologi Tak Dapat Gantikan Peran Guru dalam Mendidik

Dinamkia keilmuan tentang sistem navigasi terjadi. Sistem Satelit Navigasi Angkat Laut (NNSS) pada 1965 membangun transit armada kapal selam rudal balistik polaris. Sistem itu beroperasi pada konstelasi kecil kurang dari lima menit satelit yang mengorbit di kutub.

Kurang dari satu jam, sistem tersebut bisa mendeteksi posisi satelit di orbit secara tepat.akurasi dua puluh meter didapat dengan bantuan sinyal terenkripsi khusus. Dan para ilmuwan sepakat masalah akurasi menjadi sebuah tantangan.

Masalah ini dipecahkan oleh dua satelit Timation yang diluncurkan pada tahun 1967 dan 1969 untuk menyiarkan sinyal referensi waktu. Pada dasarnya, satelit Timation adalah kronometer berbasis ruang angkasa. Misi tersebut menghasilkan sistem kerja penerima survey Doppler yang dinamai georeceiver sukses meningkatkan akurasi lokasi, meski butuh berjam-jam mencapai presisi sub-meter.

Baca Juga: Masjidil Haram Difoto dari Luar Angkasa Oleh Astronaut Jepang

Pada tahun 1973, dua temuan NNSS dan Timation tadi menjadi satu sistem satelit. Namanya menjadi NavStar-Global Positioning System. Adopsi dua sistem itu diluncurkan pada 1978 dan mencapai konstelasi penuh 24 satelit GPS pada 1993.

Upaya itu menjadi fase penting dlaam sejarah teknologi GPS. Saat itu juga negara seperti Rusia, Eropa, Cina, India, dan Jepang mulai menciptakan konstelasi mereka sendiri. Semua sistem yang dikombinasikan dengan GPS membentuk sistem satelit navigasi global (GNSS), yang berjumlah lebih dari 120 satelit.

Kesuksesan teknologi GPS membuat penghargaan Queen Elizabeth Award for Engineering diberikan untuk empat pengembang program GPS, tepatnya pada Februari 2019. Dan pada 12 Februari 2020, Presiden Donald Trump memberi perintah eksekutif untuk mengakui nilai posisi, navigasi dan waktu (PNT) sebagai infrastruktur tak terlihat dari masyarakat modern.

Baca Juga: Jreng.. Nih 2 Fitur Baru dari WhatsApp

Kemudian pada 1 Juli 2020, Kapten “Sully” Sullenberger menyatakan bagaimana GPS telah menjadi bagian universal dari setiap aspek kehidupan kita termasuk transaksi keuangan, transportasi, pertanian, operasi penyelamatan, survei, dan konstruksi.

Terhitung sejak saat itu hingga 2020, gpsworld.com mencatat lebih dari 2.600 satelit meningkatkan kehidupan terrestrial. Peran teknologi antariksa disebut mereka menunjang kebutuhan komunikasi, lokasi dan pemahaman yang lebih baik. Para ilmuwan penemu teknologi tersebut kemudian mendapat julukan Anak Bintang.

Bisa dibayangkan jika kemajuan teknologi yang ditelurkan para Anak Bintang disalahgunakan pihak tak bertanggungjawab, sebagaimana kasus pencurian mobil Rubicon di Sukoharjo yang disebut polisi menggunakan teknologi GPS. Tentu kejadian tersebut menjadi kabar buruk bagi mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya