SOLOPOS.COM - Ilustrasi prostitusi (JIBI/Solopos/Dok)

Solopos.com, SOLO — Aksi Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, yang tancap gas perangi praktik prostitusi menarik perhatian sejumlah kalangan.

Pada beberapa kesempatan, baik wawancara langsung dengan wartawan maupun saat menjawab komentar-komentar di media sosial, Gibran mengungkapkan tekadnya membasmi praktik prostitusi. Terutama prostitusi online.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada sisi lain, prostitusi online itu sebenarnya merupakan bagian dari praktik yang lebih besar dan nyata ada di Kota Solo. Praktik prostitusi ini juga harus Gibran perangi sebagai pemimpin Solo.

Baca Juga: Dari Pembangunan Disneyland Hingga Sriwedari Solo, Gibran Diserang Serangkaian Hoaks

Bicara tentang prostitusi, beberapa kawasan Kota Solo sudah puluhan tahun dikenal sebagai surganya lelaki hidung belang. Salah satunya kawasan Kestalan, Banjarsari, yang sudah terkenal di kancah nasional.

Tentunya tidak akan mudah untuk menghilangkan praktik prostitusi di kawasan dekat Stasiun Solo Balapan itu. Lebih sulit lagi mengubah image atau stigma yang telanjur berkembang menjadi kawasan prostitusi legendaris.

Membuktikan Diri

Saking legendarisnya kawasan itu, meski telah berperiode-periode kepemimpinan berganti, aktivitas prostitusi di Kestalan tetap ada. Hingga saat ini, di awal kepemimpinannya, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menyatakan tekad untuk perangi prostitusi.

Baca Juga: Tinggalkan Istri Dan 2 Anak, Sekdes Serenan Klaten Yang Bunuh Diri Dimakamkan Malam Ini

Jika Gibran ingin membuktikan diri mampu mewujudkan tekadnya memerangi prostitusi, menangani kawasan Kestalan bisa menjadi tantangan berat. Meski dilakukan sembunyi-sembunyi untuk menghindari razia, faktanya praktik prostitusi di kawasan Kestalan itu masih ada.

Solopos.com sempat menelusuri kawasan prostitusi di Kestalan tepatnya di Jl Natuna Gang I, beberapa wkatu lalu. Ketika itu Sabtu malam, Solopos.com ditemani seorang kawan dan berpura-pura sebagai tamu.

Saat itu,m ada lelaki paruh baya yang mendatangi Solopos.com di ujung gang. Lelaki itu menyapa sembari menanyakan keperluan. Sejurus kemudian ia mengantar Solopos.com berkeliling dari satu hotel ke hotel lainnya. Di hotel-hotel itu sudah banyak wanita pekerja seks komersial (PSK) menunggu.

Baca Juga: Kisah Pilu Alfian Pelajar SMK Klaten, 2 Tangannya Diamputasi Gara-Gara Kecelakaan Saat PKL

Regenerasi

Berpakaian terbuka dan berdandan menor, usia mereka kisaran 30 tahun hingga 40 tahun. Dari lelaki yang mengantar itu, Solopos.com jadi tahu tarif para PSK itu Rp150.000 sudah termasuk tempat menginap.

Selain perempuan-perempuan di dalam hotel, ada PSK lain yang mangkal di pinggir Jl Natuna Gang I. Perempuan yang usianya terlihat lebih muda dari para PSK dalam hotel itu duduk di jok sepeda motor sembari menunggu tamu.

Baca Juga: Tinggalkan Istri Dan 2 Anak, Sekdes Serenan Klaten Yang Bunuh Diri Dimakamkan Malam Ini

Perempuan yang rambutnya dicat pirang tersebut mengenakan celana hotpant. Kepala Solopos.com ia memasang tarif Rp200.000 untuk layanan yang sudah termasuk tempatnya. Ia berkukuh pada angka itu ketika ditawar.

Bila dilihat dari usianya, perempuan itu bisa dibilang merupakan generasi baru PSK di kawasan Kestalan. Artinya, regenerasi PSK di Kestalan terus berlanjut. Lalu mampukah Gibran memutus regenerasi itu? Mengakomodasi agar mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, dan mewujudkan kawasan Solo yang bebas dari prostitusi?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya