SOLOPOS.COM - Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, mengakui praktik perdagangan dan tingginya tingkat konsumsi daging anjing tidak selaras dengan upaya branding yang dibangun Kota Solo sebagai kota budaya dan tujuan wisata.

Ia pun kini sedang berpikir keras untuk mencari jalan keluar atas persoalan jual beli dan konsumsi daging anjing di wilayahnya. Di satu sisi ia berkomitmen segera membuat aturan sebagai respons atas fenomena konsumsi daging anjing yang tinggi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tapi di sisi lain dia menyadari tidak bisa serta merta melarang praktik perdagangan, penjagalan, hingga konsumsi daging anjing di Solo. Harus ada solusi atas kebijakan yang akan diambilnya.

“Yang jelas bukan cuma regulasi. Ini pelaku-pelakunya dikemanakan, jalan keluarnya bagaimana. Ini perlu kita pikirkan lagi,” ujarnya saat diwawancarai wartawan di Loji Gandrung Solo, Rabu (14/9/2022).

Gibran mengakui persoalan tingginya konsumsi daging anjing menjadi salah satu materi pembicaraan dalam pertemuan dengan pengurus PKS di Loji Gandrung pada Rabu itu. Padahal anjing bukan kategori makanan atau layak dikonsumsi.

Baca Juga: 3 Pedagang Satai Gukguk di Solo Sempat Beralih Pekerjaan, tapi Balik Lagi

Hal itu juga tidak selaras dengan branding Solo yang sedang getol diangkat. Disinggung apakah memungkinkan untuk membuat Peraturan Wali Kota Solo yang melarang konsumsi daging anjing, Gibran mengamini.

Termasuk kemungkinan dengan Surat Edaran (SE) Wali Kota Solo. Tapi persoalan tingginya konsumsi daging anjing di Solo menurutnya tidak akan selesai hanya dengan melarang.

“Tidak segampang, oh tidak boleh. Perlu dipikirkan alternatifnya seperti apa. Tidak semudah oh jualan ayam saja. Tidak semudah itu,” katanya.

Baca Juga: Pimpinan DPRD Solo Dukung Gibran Bikin Perda Larangan Perdagangan Daging Anjing

Temui DMFI

Gibran menjelaskan tingginya konsumsi daging anjing kontraproduktif dengan banyaknya event yang digelar di Kota Bengawan. Dia menyatakan kebiasaan mengonsumsi daging anjing harus diubah seiring semakin banyaknya event nasional dan internasional.

Apalagi Solo sedang di-branding sebagai kota budaya yang modern, dengan sering menjadi tuan rumah event-event. “Ini branding-nya kurang baik untuk Solo. Tapi nanti akan kami carikan solusinya untuk para pedagang. Tadi saya sudah dikasih banyak masukan teman-teman PKS. Nanti kami segera tindak lanjuti,” urainya.

Gibran juga mengatakan niatnya untuk bertemu dengan aktivis dari koalisi Dog Meat Free Indonesia (DMFI). Ia pun kembali menegaskan akan melarang jual beli dan konsumsi daging anjing lebih karena pertimbangan branding Solo ke depan.

Baca Juga: Bengawan Solo Tercemar Limbah Penjagalan Anjing, DMFI akan Temui Direksi PDAM

Hal itu karena daging anjing bukan sesuatu yang layak untuk dikonsumsi. Apalagi belakangan branding Solo sangat gencar. “Ini bukan sesuatu yang layak untuk dikonsumsi. Solo sekarang yang marketing-nya sangat gencar, exposure-nya sangat gencar di medsos, di mana pun, untuk masalah konsumsi daging anjing tidak selaras dengan branding yang digencarkan,” terangnya.

Seperti diketahui, masalah maraknya praktik perdagangan dan konsumsi daging anjing di Solo terus menjadi sorotan terutama dari kalangan pencinta hewan piaraan tersebut. DMFI adalah salah satu pihak yang terus getol mengajak pemerintah daerah agar melarang praktik tersebut.

Bahkan baru-baru ini, DMFI mengungkapkan hasil investigasi yang menyebut limbah pemotongan daging anjing di rumah-rumah jagal dibuang ke sungai yang muaranya di Bengawan Solo. Hal ini tentu bisa membahayakan ekosistem sungai dan kesehata masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya