SOLOPOS.COM - Zoom Meeting Gerakan Nasional Literasi Digital Kota Solo, Rabu (1/9/2021). (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Kehidupan masyarakat modern saat ini semakin lekat dan tidak bisa dipisahkan dari teknologi informasi. Bahkan teknologi informasi bisa dibilang sangat mempengaruhi cara berpikir dan kehidupan masyarakat.

Namun sayangnya tidak semua informasi yang beredar melalui teknologi informasi seperti smartphone merupakan informasi yang benar dan objektif. Banyak berita palsu dan hoaks yang berseliweran di dunia maya sekarang ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu yang benar-benar harus diwaspadai masyarakat yaitu berita yang kebenarannya dikaburkan dengan metode framing. Tujuannya untuk menggiring pembacanya kepada persepsi yang diinginkan oleh penyebar informasi.

Baca Juga: Fakta Unik: Solo Belum Pernah Dipimpin Perempuan Meski Jumlah Pemilih Perempuan Lebih Banyak

Parahnya, belum semua pengguna ruang digital mempunyai kecakapan untuk menyaring berita-berita yang beredar. Sehingga sering ditemukan berita palsu, hoaks, dan berita yang kebenarannya dikaburkan lalu disebarkan lagi oleh netizen.

Hal itu disampaikan Dosen FISIP Universitas Budi Luhur Jakarta, Bambang Pujiyono, dalam Zoom Meeting Gerakan Nasional Literasi Digital Kota Solo bertema Bersama Lawan Kabar Bohong (Hoaks) pada Rabu (1/9/2021).

“Ada kebenaran yang dikaburkan, biasanya hal itu terjadi di dunia politik. Kebenaran tidak digamblangkan ke publik, tapi digiring ke informasi yang keliru. Biasanya oleh orang-orang yang pintar membuat narasi-narasi,” ujarnya.

Baca Juga: Ketemu Gibran, Muralis Solo Berharap Mural Dilegalkan dan Diberi Ruang

Menurut Bambang, metode sebaliknya juga kerap dilakukan, yaitu mengaburkan hal-hal yang salah dengan berbagai narasi. “Permainannya framing, mengonstruksi narasi-narasi di media, menyusunnya secara baik,” terangnya.

Kecakapan Digital

Bambang menekankan pentingnya kecakapan digital untuk menangkal berbagai berita palsu, hoaks, dan berita yang dikaburkan. Konkretnya dengan selalu mengecek kebenaran informasi dan sumber beritanya, tidak asal share informasi.

Menurutnya, untuk memerangi berita palsu dan hoaks tidak bisa hanya dilakukan pemerintah. Melainkan harus dengan partisipasi aktif masyarakat, organisasi masyarakat, guru, orang tua, aparat penegak hukum dan pemerintah daerah.

Baca Juga: Anggaran Defisit Rp92 Miliar, Pemkot Solo Potong Tambahan Penghasilan ASN

“Di ruang digital kita harus logis dan berpikiran kritis. Ada informasi dikritisi dulu. Tidak asal diterima dan disebarkan. Selalu cek dan ricek, dari mana sumber dan kebenarannya. Kita harus berani jadi terminal akhir berita hoaks,” katanya.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pemerintah terus mengembangkan infrastruktur digital agar ruang digital bisa dinikmati seluruh lapisan masyarakat. Tapi ia berpesan agar ruang digital dimanfaatkan dengan baik.

Terutama untuk kegiatan-kegiatan konstruktif dan produktif, seperti oleh para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Penuturan senada disampaikan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming. Ganjar berharap ruang digital tidak digunakan untuk menyebarkan berbagai berita bohong, dan untuk tindakan persekusi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya