SOLOPOS.COM - Webinar bertema “Climate Change Challenge: Preparing for Indonesia’s Green and Sustainable Future”, diselenggarakan UI, Jumat (11/6/2021). (Tangkapan layar)

Solopos.com, JAKARTA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyampaikan bahwa saat ini dunia dihadapkan pada ancaman yang sama seperti pandemic covid-19, yaitu perubahan iklim.

Hal tersebut disampaikan Sri Mulyani dalam webinar bertema “Climate Change Challenge: Preparing for Indonesia’s Green and Sustainable Future”, yang diselenggarakan Direktorat Inovasi dan Science Techno Park (DISTP) Universitas Indonesia (UI), Jumat (11/6/2021).

Promosi Makin Lengkap, Begini Cara Investasi Emas lewat BRImo

Menurutnya, perubahan iklim adalah persoalan global, sehingga setiap negara harus menyiapkan dan ikut berkontribusi. Indonesia sebagai negara besar, juga turut diminta berperan aktif di dunia internasional. Untuk meminta komitmen negara-negara tetangga dan negara-negara maju dalam memenuhi konsekuensi sumber daya yang dibutuhkan. Terutama melakukan transformasi dari high carbon menjadi low carbon atau bahkan zero carbon emission.

Baca juga: Erick Thohir Angkat Doni Monardo Jadi Komisaris Utama Inalum, Ini Tugasnya

Dikatakan Menkeu, beberapa sektor memiliki peranan penting dalam perubahan iklim. Seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui deforestasi yang telah membuahkan hasil positif. Dengan mendapatkan dana kompensasi dari penurunan CO2 dari deforestasi. Termasuk juga pekerjaan rumah bidang energi terbarukan dengan target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025.

Kemudian isu lingkungan hidup termasuk di dalamnya mengenai penurunan emisi karbon dan komitmen Perjanjian Paris merupakan agenda prioritas nomor enam dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

“Salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan emisi CO2. Adalah dengan mendorong pemanfaatan potensi energi baru terbarukan menjadi sumber tenaga listrik,” jelas Menkeu Sri Mulyani.

Baca juga: Megawati Resmi Sandang Gelar Profesor dari Unhan karena Tacit Knowledge, Apa Itu?

Sumberdaya Energi

Direktur Utama PT Geo Dipa Energi (Persero), Riki Firmandha Ibrahim mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan sumberdaya energi. Tidak hanya memiliki sumberdaya Migas dan batubara, tetapi juga geothermal yang terbanyak potensinya di dunia. Baik low enthalpy, medium enthalpy dan high enthalpy.

Ke depan, sumberdaya Migas dan Batubara semestinya dapat dipergunakan dengan nilai tambah yang lebih strategis dan tinggi nilainya, tidak untuk pembangkit listrik.

“Titahnya, Indonesia pantas untuk menjadi Geothermal Center of Excellence. Di mana SDM, pabrikan, supply chain seperti drilling dan pipa-pipa layak di miliki di Indonesia. Bahkan Indonesia dapat ekspor produk tersebut ke luar negeri yang mengembangkan Geothermal. Tidak seperti saat ini,” kata Riki.

Baca juga: Solopos Hari Ini: Tak Adil dan Berisiko

Namun demikian, untuk mewujudkan hal tersebut, tentu diperlukan peran Pemerintah. Salah satu alasannya adalah harga listrik energi terbarukan yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan batubara. Atau saat ini dengan harga listrik PLTS/tenaga surya.

Lebih lanjut, Riki menjelaskan bahwa dalam mendukung upaya pemerintah untuk derisking eksplorasi. Mendorong secara langsung ekonomi lokal, mendorong terciptanya Carbon Credit. Juga investasi dan jasa dalam negeri.

Termasuk mengurangi impor energi yang sekaligus membantu pemerintah dalam menggung biaya lingkungan (avoided cost). Membangun geothermal smallscale project di Indonesia Timur dan daerah isolated (lainnya yang tidak terjangkau dengan jaringan transmisi PLN) untuk Demand Creation.

Kemudian mendorong program pemerintah Renewable Energy Based Industrial Development (REBID) dan Renewable Energy Based Economic Development (REBED). Serta merealisasikan target pengurangan emisi sampai tahun 2050 sebagaimana Perjanjian Paris (COP21). Untuk itu diperlukan adanya GeoDipa sebagai satu-satunya BUMN yang fokus dalam pengembangan Energi Terbarukan Panas Bumi/Geothermal.

Baca juga: Ini Dasar Jasa Pendidikan Dikenai Pajak...

Penyediaan Listrik

Visi Misi GeoDipa sejalan dengan apa yang diupayakan oleh Kementerian Keuangan. Antara lain mendukung program pemerintah dalam penyediaan listrik yang aman dan ramah lingkungan. Menciptakan keekonomian nasional yang berkeadilan melalui penugasan di sektor energi terbarukan geothermal/panas bumi.

Sebagai BUMN dan SMV Kementerian Keuangan, GeoDipa melaksanakan penugasan untuk merealisasikan target Rencana Umum Energi Nasional. Sebagaimana amanat Perpres 22 tahun 2017, yaitu target PLTP 7.2 GW pada tahun 2025 (sekitar 16% dari total target EBT). Serta target PLTP 17.5 GW pada tahun 2050 (sekitar 10% dari total target EBT).

Sementara dalam program sinergi lintas SMV yang dilakukan oleh GeoDipa. Antara lain, Realisasi Pembiayaan Infra Struktur sektor Panas Bumi dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) Persero. Pelaksanaan Penjaminan dengan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) Perserountuk direct landing proyek PLTP D2P2 dengan ADB.

Baca juga: Jangan Mudah Tergiur, Investasi Bodong Sering Pakai Jasa Tokoh hingga Selebritas

Juga Derisking Eksplorasi (melaksanakan eksplorasi langsung, Government Drilling dan penugasan eksplorasi BUMN). Serta ikut mensosialisasikan fasilitas KPBU seperti Project Development Facility (PDF), Viability Gap Fund (VGF), dan Penjaminan Pemerintah melalui PT PII.

Riki menjelaskan kebutuhan listrik nasional sesuai target Dirjen Energi Baru Terbarukan (EBKTE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) adalah sekitar 8.000 MW. Sementara saat ini baru terealisasikan sekitar 2.100 MW. Untuk mencapai target tersebut, tidak mungkin hanya mengandalkan peran dari GeoDipa dan IPP. Namun juga perlu dukungan pemerintah yang lebih besar lagi melalui BUMN GeoDipa dalam derisking pengusahaan.

“Dalam mengurangi kadar emisi karbon dunia melalui PLTP di Indonesia menjadi penting. Karena total penurunan Emisi GRK nasional yang akan diberikan oleh GeoDipa dalam Road Map perusahaan untuk 1.000 MW PLTP baru menyumbangkan sekitar 130 Juta Ton CO2 emisi. Saat ini GeoDipa masih menyumbangkan sekitar 5 Juta Ton CO2 emisi. Dan apabila 8.000 MW PLTP terjadi di Indonesia berarti Indonesia akan menyumbangkan 8 x 130 atau sekitar 1.040 Juta Ton CO2 emisi setiap tahunnya,” ujar Riki.



 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya