SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Reuters/Olah Grafis: Is Ariyanto)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Reuters/Olah Grafis: Is Ariyanto)

BANDA ACEH – Sungguh bumi dan langit kondisi saat gempa bumi berkekuatan besar mengguncang kawasan utara Sumatra, khususnya Aceh, Rabu (11/4/2012), dengan situasi pada Desember 2004 silam. Kemarin, sirene melengking, tanda peringatan berbunyi dan masyarakat dengan sigap menjauhi kawasan pantai dan menuju ke tempat yang tinggi.

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

Kerusakan yang terjadi tak terlalu parah dan gelombang besar yang dikhawatirkan terjadi ternyata tak ada. Ini jelas tak seperti yang terjadi delapan tahun silam saat gelombang demi gelombang yang bak dinding air tinggi menyerbu ke daratan di 13 negara yang berbatasan dengan Samudera Hindia. Adanya sistem peringatan dan kesigapan masyarakat lari menghindar bisa berarti sistem peringatan dini berskala regional yang dibangun pascabencana tsunami 2004 “lulus ujian.” Sistem ini dibangun segera setelah musibah tsunami yang menewaskan total 230.000 orang di kawasan pantai Samudera Hindia, 170.000 orang di antaranya di Aceh dan Sumatra Utara.

Gempa yang terjadi tidak menyebabkan tsunami karena seperti dijelaskan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, pergeseran lempeng yang menyebabkan gempa itu bergerak horizontal.

Meski begitu masih ada yang perlu diperbaiki dalam sistem ini, khususnya yang terkait dengan masyarakat. “Pesan sederhananya, dalam kondisi darurat seperti ini, hampir tak mungkin membuat orang menghindar tepat pada waktunya,” ujar Keith Loveard, pimpinan analis risiko pada perusahaan jasa keamanan Concord Consulting di Jakarta. “Sistem peringatan dini tsunami berhasil pada titik tertentu … Meski kewaspadaan makin meningkat, khususnya dengan pengalaman tahun 2004, hal ini masih perlu ditingkatkan melalui pendidikan umum dan kampanye pemerintah,” ujarnya.

Rajiv Biswas, analis ekonomi bidang Asia-Pasifik di IHS Global Insight, menyatakan skala gempa bumi yang baru terjadi Rabu kemarin, yang terjadi setahun lebih sedikit dari musibah gempa dan tsunami yang melanda Jepang, menunjukkan kerentanan kondisi yang dihadapi banyak negara Asia. “Ini makin menegaskan pentingnya peningkatan kerja sama regional untuk memperkuat kemampuan manajemen tanggap darurat,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya