SOLOPOS.COM - Keluarga almarhum pengusaha Akidi Tio menyumbangkan bantuan Rp2 triliun untuk penanganan Covid-19. (Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA–Masyarakat sedang dibuat gempar oleh kabar donasi Rp2 triliun untuk penanganan Covid-9 dari keluarga pengusaha Akidi Tio.

Belum jelas betul duduk perkaranya karena polisi tengah mengusutnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Namun psikolog klinis Anastasia Sari Dewi, founder pusat konsultasi Anastasia and Associate, mengingatkan, emosi dan sikap atas isu semacam ini  penting untuk dicermati lebih dulu sebelum diekspresikan ke media sosial.

Mengingat kasus ini belum ada kejelasan dengan informasi serba terbatas, ungkapan emosi yang tak berlandaskan fakta ilmiah justru bisa memicu kemarahan salah sasaran.

Baca juga: Ribuan Pedagang di 15 Pasar Tradisional Boyolali Jadi Sasaran Vaksinasi Covid-19 

Ia menyarankan, sebelum menyikapi isu ini, baiknya pahami dulu sebab-akibatnya secara logis dan mencermati perspektif.

“Kita melihatnya dari perspektif apa nih? Pengusaha? Masyarakat? Pihak yang dibantu? Yang membantu? Setiap perilaku orang itu, mereka punya landasan atau alasan tertentu yang membuat orang melakukan itu,” ujarnya pada detikcom, Selasa (3/8/2021).

“Sehingga tidak over generalisir, tidak terburu-buru menarik kesimpulan, tidak hanya menggunakan pendapat atau opini pribadi. Lebih selektif dalam menilai informasi, lebih berhati-hati dalam menarik kesimpulan. Di situ orang jauh lebih bisa memilih perilaku mana yang tepat, respons mana yang tepat,” lanjutnya.

Informasi simpang siur ditelan bulat-bulat, apa risikonya?

Baca Juga: Ada 170 Lokasi di Jateng Kena Penyekatan PPKM Darurat 

Di awal munculnya ‘kabar baik’ sumbangan Rp2 triliun, netizen berbondong-bondong menyampaikan ucapan bangga.

Namun seiring munculnya kabar dugaan penipuan, netizen berbalik menyampaikan ungkapan kesal.

Tak hanya soal dugaan prank, ada juga yang menyinggung latar bisnis hingga etnis pelaku.

Sari mengingatkan, kondisi inilah yang membuat sikap over generalisir amat penting untuk dihindari.

Salah Sasaran

Sebab jika marah salah sasaran, ungkapan masyarakat di media sosial bisa meluber pada aspek lain yang sebenarnya tak berkaitan dengan insiden tersebut.

“Kalau kita bicara sumabngan-sumbangan yang mungkin beberapa oknum juga suka melakukan penipuan dan itu muncul di media sosial. Ini bahaya kalau seseorang berpikirnya menjadi over generalisir terhadap kelompok tertentu. Disamaratakan padahal itu sifatnya oknum. Entah itu ke pengusahanya, atau mungkin etnisnya terkait SARA, ini bahaya. Yang ada nanti menimbulkan ketidaksenangan terhadap kelompok atau komunitas,” beber Sari.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya