Peristiwa ini terjadi ketika bus tingkat masih menjadi sarana transportasi dan rekreasi yang murah meriah bagi masyarakat Solo kalangan kelas bawah puluhan tahun silam.
Promosi Nusantara Open 2023: Diinisiasi Prabowo, STY Hadir dan Hadiah yang Fantastis
Malam Minggu, Jon Koplo bersama istrinya, Lady Cempluk, anak mbarep Gendhuk Nicole dan si bungsu Tom Gembus ingin bus-busan menikmati suasana Solo di waktu malam.
Dari rumah di kawasan Punggawan, mereka berjalan kaki untuk nyegat bus di Sriwedari. Tak lama berselang, bus yang dinanti pun datang dari arah Timur (waktu itu Jl Slamet Riyadi masih dua arah). Jon Koplo sekeluarga langsung mengambil tempat di lantai atas paling depan untuk menikmati perjalanan.
Sampai di Kartasura, Bus berbalik arah. Jon Koplo sekeluarga masih berada di tempat dan bayar karcis lagi untuk melanjutkan piknik mereka. Benar-benar hiburan yang murah meriah.
Sampai di Palur, kondektur di lantai bawah berteriak, “Palur… Paluuurrr…!” Semua penumpang turun. Namun tidak bagi keluarga Jon Koplo. Mereka ingin balik lagi untuk turun di Sriwedari.
Bus berjalan lagi ke arah Utara, lalu belok ke kanan dan masuk ke semacam terminal karena di sana banyak bus tingkat yang berhenti dan tidak balik arah. Namun anehnya, Jon Koplo sekeluarga tetap mbegegeg duduk manis sampai ada petugas yang naik ke atas dan bertanya, ”Kalian mau turun di mana?”
“Turun di Sriwedari, Pak,” jawab Jon Koplo.
“Bus ini sudah masuk garasi, jadi tidak ke Barat lagi,” terang petugas.
“Lha terus kalau mau ke Solo gimana?”
“Bapak cari omprengan di Palur saja.”
Maka berjalanlah Jon Koplo sambil menggendong Tom Gembus dalam kegelapan malam bersama istri dan anaknya.
Akhirnya mereka dapat omprengan juga meskipun harus berdesakan dengan bakul Pasar Legi. Itu pun harus tambah ongkos karena rutenya lebih ke Selatan lewat Bank Indonesia ke Barat sampai Mangkunegaran, terus disambung becak ke Punggawan.
Oalah, maunya murah meriah malah jadi susah.
Dikirimkan ke JIBI/SOLOPOS
Oleh Winarno PS
Jl Dr Supomo Solo