SOLOPOS.COM - Irma Suratna Wulandari (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Pada era modern ini tantangan besar yang dihadapi manusia ialah kemajuan teknologi sekaligus dampak yang ditimbulkannya. Hal ini sejalan dengan arus globalisasi yang sangat cepat dan masif, bahkan telah mencakup hingga lapisan masyarakat kelas bawah.

Dunia hari ini telah masuk dalam era postmodern. Pada era postmodern, dampak nyata yang dapat dilihat yaitu kondisi masyarakat yang konsumtif. Kegiatan konsumtif yang terjadi mengalami perubahan, dari yang bertujuan memenuhi kebutuhan sehingga membawa manfaat berubah menjadi nilai tanda dan nilai simbol berbentuk status, prestise, serta gaya hidup.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ekspresi gaya, kemewahan, dan kehormatan menjadi orientasi yang ingin didapatkan manusia dalam era postmodern sehingga membuat seseorang menjalani gaya hidup serta perilaku konsumtif. Pemikiran mengutamakan efisiensi/kepraktisan mendapatkan sesuatu merupakan salah satu ciri kehidupan manusia postmodern.

Pembelian barang dengan harga tinggi dapat menaikkan strata sosial seseorang sehingga memberi kesan bahwa orang tersebut dalam kategori mampu, berhasil, dan sukses. Hal lain yang ingin didapatkan yaitu prestise, menjadi orang terpandang.

Sebuah penelitian yang dilakukan Universitas Chicago dan Biro Riset Ekonomi Nasional Amerika Serikat menyatakan bahwa kepemilikan iPhone dapat menjadi indikator seseorang berada dalam golongan lebih tinggi. Dapat disimpulkan bahwa merek gawai dapat menjadi lambang status sosial masyarakat.

Era postmodern erat kaitannya dengan perkembangan teknologi informasi. Saat ini perkembangan teknologi informasi sangat masif di tengah kehidupan masyarakat. Perkembangan tersebut ibarat dua mata pisau.

Mengapa demikian? Perkembangan teknologi yang semakin pesat memunculkan alat-alat canggih yang bisa memudahkan segala aktivitas sehari-hari.

Kemajuan teknologi juga bisa memberikan dampak pada tingkah laku individu maupun aspek budaya yang terus bergeser seiring dengan perkembangan teknologi. Konsumtif/konsumerisme dapat mengancam semua kalangan, termasuk kalangan generasi Z dan milenial.

Apa itu perilaku konsumtif/konsumerisme? Lalu, adakah dampak konsumerisme terhadap gaya hidup kaum generasi Z dan milenial saat ini? Jawaban pertanyaan ini dapat kita temukan setelah mengetahui fakta-fakta yang terjadi di masyarakat dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi dari perilaku konsumerisme.

Saat ini masyarakat Indonesia maupun masyarakat global atau masyarakat dunia tidak asing lagi dengan perilaku konsumtif yang biasa disebut konsumerisme.

Konsumerisme merupakan perilaku penghamburan uang dan pemubaziran barang-barang. Barang-barang dibeli bukan karena dibutuhkan, tetapi demi prestise, demi menunjang gaya hidup, demi meraih status sosial tertentu.

Konsumerisme sebagai gaya hidup yang boros (membelanjakan uang tanpa mempertimbangan skala prioritas) kini sudah dianggap menjadi suatu kebiasaan karena kecanduan yang ditimbulkan dari perilaku konsumerisme.

Salah satu penyebab maraknya perilaku konsumerisme yaitu faktor globalisasi yang sangat masif menckaup semua kalangan masyarakat. Kenyataan saat ini menunjukkan perubahan status sosial seseorang acapkali dihubungkan dengan peningkatan pendapatan seseorang. Perubahan status sosial yang melekat pada diri individu sering disebut dengan istilah ”naik kelas”.

Hal ini sejalan dengan anggapan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka daya beli terhadap sesuatu juga semakin dalam taraf yang tinggi/besar. Ketertarikan untuk memiliki sesuatu juga bukan lagi atas dasar pemenuhan akan kebutuhan pokok, tetapi lebih pada gaya hidup, pemerolehan status/kedudukan sosial di lingkungannya.

Supremasi kemewahan membuat semua orang berharap menjadi crazy rich sebagimana yang mereka saksikan di Instagram. Numbeo menyebut bahwa life quality index Indonesia pada tahun 2022 berada di posisi ke-4 dari enam negara di Asia Tenggara.

Hal tersebut tentu bisa menjadi penyebab maraknya gaya hidup konsumerisme di semua kalangan. Dilihat dari uraian di atas, ancaman gaya hidup konsumerisme harus disikapi dengan bijak dan konsisten oleh semua kalangan terutama generasi Z dan milenial.

Hal ini penting karena efek kecanduan dari perilaku konsumerisme dapat berakibat pada nafsu berbelanja yang berlebihan. Generasi milenial dan generasi Z perlu mempertimbangkan pengeluaran supaya bisa memiliki tabungan untuk masa masa depan.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 6 Desember 2022. Penulis adalah mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya