SOLOPOS.COM - Sukarelawan melakukan susur sungai di alur Kali Bagor wilayah Kecamatan Karangnongko, Kamis (15/9/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Kondisi alur Sungai Bagor-Sungai Ujung dari hulu hingga hilir dalam kondisi kritis. Terdapat sejumlah kerusakan tanggul, sedimentasi, mata air mati, hingga sampah.

Hal itu berdasarkan susur sungai yang dilakukan sekitar dua pekan lalu atau Kamis (15/9/2022). Susur sungai dimulai dari Desa Randulanang, Kecamatan Jatinom hingga di wilayah Desa Bogem, Kecamatan Bayat yang merupakan pertemuan alur sungai itu dengan Sungai Dengkeng.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Panjang ruas sungai yang disusuri sekitar 21,7 km. Susur sungai dibagi dalam tujuh tim dengan total personel sekitar 133 orang. Susur sungai melibatkan berbagai unsur, seperti BPBD, SAR, sejumlah OPD, sukarelawan, sekolah, serta swasta.

Susur sungai bertujuan mengenal secara langsung ekologi sungai. Tujuan lain, yakni memetakan potensi bahaya, ancaman, sekaligus potensi peluang ekonomis bagi masyarakat sekitar sungai. Pencegahan dini dan pengurangan risiko terhadap ancaman bencana.

Susur sungai dilakukan dengan cara berjalan kaki ke dalam sungai maupun di tebing sungai sesuai kondisi yang ada. Masing-masing tim melakukan pencatatan keadaan yang ditemukan disertai pengambilan gambar dan koordinat.

Baca Juga: Susur Sungai Sepanjang 30 Km di Klaten akan Dibukukan, Siapapun Bisa Mengakses

Tim juga mengambil sampel air di beberapa lokasi  guna diperiksa pada laboratorium untuk mengetahui baku mutu air sungai.

Berdasarkan data yang dihimpun, dari tujuh tim yang dibagi di setiap etape itu ditemukan sejumlah kerentanan, seperti penyempitan dan pendangkalan sungai. Di beberapa lokasi yang disusuri masing-masing tim ditemukan kondisi tebing longsor atau rusak.

Selain itu terdapat mata air yang mati seperti di Desa Randulanang akibat tertimbun material. Di Desa Karangnongko juga ditemukan mata air rusak/hilang. Di antara Dam Cuplikan-Jembatan Gondang juga ditemukan mata air rusak/hilang.

Sementara itu, ancaman yang ditemukan dari susur sungai didominasi temuan timbunan/tempat pembuangan sampah. Di samping itu ditemukan rumpun bambu yang menghalangi aliran air. Ditemukan pula bangunan di sepadan/tanggul sungai, alih fungsi lahan, serta pembuangan limbah.

Baca Juga: Besok, 140 Orang Susur Sungai di Klaten Sepanjang 30 Km

Kepala Pelaksana BPBD Klaten, Sri Winoto, mengatakan dari hasil susur sungai itu kondisi alur Sungai Bagor-Sungai Ujung masuk kategori kritis.

“Ada beberapa mata air yang tidak berfungsi karena ada kegiatan tertentu. Kemudian ada tanggul-tanggul sungai yang longsor. Terutama untuk temuan timbunan sampah di sepanjang aliran sungai itu yang cukup memprihatinkan,” jelas Winoto saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (29/9/2022).

Terkait kualitas air, Sri Winoto menjelaskan dari hasil pengecekan laboratorium oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dari sampel air yang diambil, kadar suhu dan pH masih berada pada ambang batas.

Sri Winoto menjelaskan hasil susur sungai dipaparkan ke camat dan kepala desa di sepanjang alur Sungai Bagor-Sungai Ujung.

Baca Juga: Duh! 400 Keluarga di 4 Dukuh Jambakan Klaten Langganan Krisis Air Bersih

“Harapannya dari hasil susur sungai ini bisa menjadi rujukan bagi OPD terkait, termasuk kecamatan dan desa menindaklanjuti sesuai kemampuan dan kewenangan,” kata dia.

Menindaklanjuti hasil susur sungai itu, Sri Winoto menjelaskan akan dilakukan bersih sungai secara serentak di sepanjang Sungai Bagor-Sungai Ujung dari wilayah hulu hingga hilir.

“Sasaran pembersihan terutama timbunan sampah yang ditemukan di beberapa lokasi sepanjang alur sungai tersebut,” katanya.

Sekretaris BPBD Klaten, Nur Tjahjono Suharto, mengatakan ditemukan banyak kerusakan di sepanjang alur Sungai Bagor-Sungai Ujung dari hulu hingga hilir. Dia memperkirakan kerusakan itu mencapai 60 persen hingga 70 persen dari total panjang alur sungai.

Baca Juga: Rawa Jombor Klaten Bermula dari Perkampungan yang Sering Tergenang Air

Kerusakan itu terjadi lantaran faktor alam juga bisa disebabkan faktor manusia.

“Ada sedimentasi, pohon atau tanaman menutupi sungai. Kemudian mohon maaf, ada perilaku membuang sampah. Ini bisa menjadi ancaman ketika terjadi hujan deras. Kondisinya yang butuh perhatian serius, sekitar 60 persen sampai 70 persen dari total total panjang alur sungai dari hulu hingga hilir,” kata Nur.

Nur menjelaskan untuk menangani kerentanan serta ancaman di sepanjang alur sungai tak bisa dilakukan secara parsial.



“Oleh karena itu dirunut semuanya sehingga bisa diketahui apa dan di mana kerusakan-kerusakan yang membuat aliran air tidak lancar. Selain itu, sebenarnya juga ada potensi yang bisa digali menjadi wisata,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya