SOLOPOS.COM - Ilustrasi kelapa sawit. (Antara/Syifa Yulinnas)

Solopos.com, JAKARTA—Pemerintah memprioritaskan penggunaan kelapa sawit untuk kebutuhan dalam negeri sejak 2020.

Kebijakan itu berdampak pada ekspor kelapa sawit yang berpotensi kehilangan Rp1.825 trilliun pada 2020-2025.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Potensi kehilangan devisa hingga ribuan triliun rupiah itu diungkap Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) dalam kajian berjudul Risiko Kebijakan Biodiesel dari Sudut Pandang Indikator Makroekonomi dan Lingkungan.

Kebijakan Biodisel

Kepala Tim Kajian Ekonomi Lingkungan LPEM FEB UI Alin Halimatussadiah mengatakan kebijakan biodiesel dari pemerintah yang progresif berdampak pada penghematan devisa yang tidak sesuai harapan.

Mengacu pada estimasi dari tiga skenario kebijakan biodiesel (B20, B30, dan B50), potensi kehilangan ekspor ekspor kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) terendah mencapai Rp782 triliun pada periode 2020-2025 yang berasal dari pelaksanaan kebijakan B20.

Baca Juga: Infrastruktur Ibu Kota Baru Dilanjut, akan Ada Landmark Tingginya Melebihi Monas 

“Proyeksi tertinggi terjadi ketika kebijakan B50 diterapkan, mencapai Rp1.825 trilliun pada periode yang sama,” ujarnya dalam keterangan resmi seperti dikutip Bisnis, Selasa (14/9/2021).

Selain akan mengganggu kinerja ekspor CPO, potensi kehilangan tersebut juga menjadi faktor yang harus diperhitungkan dalam melihat kembali jumlah penghematan bersih solar yang ditargetkan pemerintah.

Pada Juli 2020, data Buletin Statistik Perdagangan Internasional Ekspor Indonesia yang diterbitkan BPS menunjukkan nilai ekspor CPO sepanjang Januari-Juli 2020 mencapai US$2,7 miliar atau setara dengan Rp38,4 triliun.

Target Meleset

Sementara itu, untuk produk turunannya mencapai US$6,2 miliar atau setara dengan Rp88,3 triliun.

Kebijakan biodiesel yang agresif, menurutnya, akan mendorong penggunaan CPO yang semakin banyak di dalam negeri sehingga berpotensi menurunkan nilai ekspor CPO.

Saat kebijakan B20 ini pertama kali diluncurkan, pemerintah memperkirakan penghematan impor solar pada neraca berjalan akan mencapai Rp79,2 trilliun. Target tersebut meleset.

“Ternyata penghematan impor solar yang dilaporkan pada 2019 hanya mencapai Rp48,9 triliun,” jelasnya.

Baca Juga: Ribuan Paket Bansos Bergambar Puan Maharani Siap Dibagikan kepada Warga Solo 

Selain itu, pemerintah memperkirakan penghematan impor solar di tahun 2020 bisa mencapai Rp112,8 triliun akibat implementasi B30.

Namun, perkiraan tersebut belum memperhitungkan penurunan potensi ekspor kelapa sawit. Dari simulasi perhitungan berdasarkan skenario implementasi B30, akumulasi penghematan netto dari neraca berjalan yang dapat dicapai pada 2020 hingga 2025 sebesar Rp44 triliun.

Lebih Rendah

Dia menuturkan penghematan proyeksi bersihnya lebih rendah dari perkiraan pemerintah.

Menurutnya, penghematan impor solar yang dinarasikan pemerintah lebih besar dibandingkan dengan hasil proyeksi perhitungan dilakukan LPEM FEB UI pada periode yang sama.

“Kami mempertimbangkan perhitungan faktor hilangnya potensi ekspor kelapa sawit yang bisa menjadi devisa negara. Menurut kami, faktor ini perlu diperhitungkan pemerintah karena adanya proyeksi keterbatasan pasokan kelapa sawit untuk keperluan domestik,” jelasnya.

Semakin Tinggi

Alin menambahkan, dampak kebijakan biodiesel dalam neraca perdagangan pun sangat ditentukan oleh harga dari CPO dan solar di pasar dunia.

Apabila perbedaan harga CPO dengan harga solar semakin jauh, maka nilai ekonomi dari potensi kehilangan ekspor akan semakin tinggi dibandingkan penghematan impor solar.

“Akibatnya, neraca perdagangan tidak menjadi lebih baik, seperti yang diharapkan sebelumnya,” tambah Alin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya