SOLOPOS.COM - Sartono, 58, seniman tunanetra pembikin patung dari kertas bekas di Kampung Sekalekan, Kelurahan Klaten, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Sabtu (5/6/2021). Lantaran diterpa kesulitan ekonomi menyusul tak adanya orang yang berpesan dibikinkan patung, Sartono harus turun ke jalan menjadi seorang pengamen. (Solopos/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN - Sartono, 58, seniman tunanetra pembikin patung dari kertas bekas di Kampung Sekalekan, Kelurahan Klaten, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten mengaku sangat terpukul sejak munculnya pandemi Covid-19.

Lantaran diterpa kesulitan ekonomi menyusul tak adanya orang yang berpesan dibikinkan patung, Sartono harus turun ke jalan sebagai seorang pengamen di pinggir Jl. Pemuda Klaten, setiap malam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sartono dikenal sebagai seniman tunanetra di Klaten sejak beberapa dekade terakhir. Hal yang sering membikin takjub banyak orang, Sartono yang merupakan seorang tunanetra itu mampu membikin patung hanya dengan meraba objek yang akan dibikinnya atau pun hanya mengandalkan imajinasinya sebagai seorang seniman.

Baca Juga: Pasukan Penebalan Satgas Covid-19 Diapelkan di Blora

Ekspedisi Mudik 2024

Bahan baku yang biasa dibutuhkan Sartono saat membuat patung, yakni kertas bekas. Hal itu seperti kertas bekas semen, kertas koran, kertas dumpling. Bahan lainnya berupa bambu dan lem tepung kanji.

Seluruh proses pembuatan patung dikerjakan sendiri. Khusus pengecatan, Sartono masih perlu membutuhkan bantuan orang lain. Hasil karya Sartono biasanya dijual di pasaran mulai Rp10.000-Rp250.000 per patung. Hal itu tergantung dari besar dan kecilnya patung.

Saat kondisi normal (sebelum muncul pandemi Covid-19), Sartono biasanya bisa membikin minimal satu patung ukuran besar hingga 15 patung (ukuran kecil). Satu patung ukuran besar, biasanya membutuhkan waktu hingga satu bulan.

Hasil karya Sartono sudah sampai ke Bali dan berbagai daerah di Klaten. Bahkan di tahun 2006, terdapat wisatawan asing asal Jepang yang sebenarnya ingin membeli hasil karyanya. Sayangnya, Sartono dengan warga Jepang itu sempat terkendala komunikasi/bahasa. Sehingga, warga Jepang hanya memberikan uang kepada Sartono senilai Rp100.000.

"Saat belajar membikin patung, semuanya kendala bagi saya. Mulai dari membuat anatomi dan lainnya. Bagi saya, kendala itu tantangan yang harus dihadapi," katanya.

Di tengah pandemi Covid-19, Sartono pun terpaksa harus menelan pil pahit. Dirinya tak dapat berkarya secara optimal karena tidak adanya orang yang memesan hasil karyanya. Sepanjang pandemi Covid-19, Sartono sama sekali tak melayani pembelian patung.

Hal itu mengakibatkan kondisi perekonomian keluarganya kian terpuruk. Sartono saat ini tinggal bersama seorang istri yang menjadi pembantu rumah tangga dan seorang anak yang juga mengalami keterbelakangan mental.

"Guna memenuhi kebutuhan ekonomi, akhirnya saya harus keluar setiap malam, mulai habis Salat Isya hingga pukul 21.00 WIB. Saya mengamen bersama istri di pinggir jalan sini (Jl. Pemuda Klaten). Hasil mengamen itu tidak tentu. Pernah juga, saya hanya memperoleh uang Rp10.000. Saya berharap, pandemi Covid-19 segera berakhir agar saya bisa berkarya lagi. Ada yang membeli karya saya lagi," katanya.

Baca Juga: Ketenger Banyumas Suguhkan Pemandangan Perdesaan Swiss

Sartono mengatakan kali terakhir karya patung yang dibikinnya di tengah pandemi Covid-19, yakni patung seorang tentara Angkatan Darat (AD). Hal itu dilakukan karena Sartono diam-diam menaruh rasa hormat terhadap tetangganya yang menjadi seorang tentara hingga berpangkat Mayjen.

"Saya punya tetangga. Namanya Pak Topik. Saya salut dengan beliau. Orangnya itu tidak menonjolkan diri. Makanya, saya bikin patung tentara ini. Saya bikin habis Lebaran kemarin [masih diselesaikan hingga saat ini]. Saya bikin patung ini karena saya kagum dengan tetangga saya tadi. Saya pun sebenarnya tak tahu seperti apa tetangga saya itu [kondisi fisik]. Tapi, saat kecil dulu, saya pernah mainan patung seorang tentara. Kira-kira gambarannya pake helm dan bawa senjata. Maka, saya bikin sesuai ingatan saya sejak kecil itu," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya