SOLOPOS.COM - Ganjar Pranowo (Antaranews.com)

Solopos.com, SEMARANG — Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru atau PPDB Jawa Tengah (Jateng) tahun 2022 diwarnai isu keterlibatan hacker atau peretas. Hal ini sering adanya kasus hilangnya nama calon peserta didik yang mendaftar PPDB Jateng 2022 di sejumlah sekolah.

Menanggapi isu tersebut, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, pun angkat bicara. Ia menyebut tidak ada keterlibatan hacker dalam pelaksanaan PPDB Jateng, melainkan kesalahan teknis dari satuan pendidikan dan calon peserta didik dalam membuat password akun yang digunakan untuk mendaftar sekolah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Setelah kita klarifikasi ternyata bukan hacker. Tapi ada satu sekolah yang password-nya dibuatin sama semua,” ujar Ganjar di kantornya, Rabu (6/7/2022).

Cara tersebut, dipilih oleh sejumlah sekolah untuk memudahkan orang tua dan calon peserta didik saat aktivasi akun. Hanya saja, pemilik akun sebenarnya atau CPD tidak langsung mengubah password.

Akibatnya, lanjut Ganjar, ada oknum yang memanfaatkan kesempatan tersebut untuk masuk ke akun calon peserta didik dan mengubah data yang telah dimasukkan.

Baca juga: Namanya Hilang Misterius, Pendaftar PPDB SMKN 9 Solo Ini Shock

“Ini ada data dari Telkom yang membantu kita, ternyata bisa kita trace dan dipastikan ternyata tidak ada hack tapi karena password ketahuan,” tegas Ganjar yang membantah keterlibatan hacker dalam PPDB Jateng 2022.

Evaluasi lain terkait kuota kosong di beberapa sekolah. Untuk temuan ini, Ganjar mengatakan akan menunggu sampai akhir proses PPDB yakni hari terakhir pendaftaran ulang pada Kamis (7/7/2022).

“Kita tunggu sampai besok apakah akan full mereka bisa masuk ke pendaftaran ulang, kalau tidak ada yang masuk ya saya sarankan diisi,” ujarnya.

Baca juga: Hampir Penuh, 33 Siswa Pasar Kliwon Daftar Kelas Virtual SMAN 2 Solo

Hasil pemetaan, kata Ganjar, masih banyak siswa kurang mampu yang belum mendapat sekolah. Opsinya, mereka akan diprioritaskan untuk mengisi kekosongan kuota tersebut.

Selain itu, dua sistem yang direncanakan sebagai solusi juga terus dimatangkan. Yakni menambah sekolah atau mengubah garis zonasi. Untuk itu, Ganjar meminta call center tetap aktif untuk menanggapi dan menjelaskan keluhan dari calon peserta didik.

“Evaluasinya sampai hari ini seperti itu maka saya minta agar call center masih hidup, sehingga nanti masyarakat yang merasa dirinya dirugikan kita bisa memberikan informasi yang benar,” tegas Ganjar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya