SOLOPOS.COM - Gamelan Sekaten diusung dari Kompleks Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menuju Masjid Agung, Sabtu (2/11/2019). (Solopos-Mariyana Ricky P.D.)

Solopos.com, SOLO — Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo menjalankan tradisi syiar agama Islam dengan menabuh gamelan Sekaten di kompleks Masjid Agung Solo mulai Sabtu (1/10/2022). Sebanyak 1.000 orang akan mengikuti tradisi memindahkan gamelan dari Keraton Solo ke Masjid Agung Solo, akhir pekan ini.

Hal itu sesuai surat undangan liputan dari Keraton Solo yang diterima Solopos.com, Selasa (27/9/2022) siang. Surat itu ditandatangani Pengageng Parentah Keraton Solo KGPH Adipati Dipokusumo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pria yang akrab disapa Gusti Dipo itu menjelaskan Keraton Solo akan menyelenggarakan Hajad Dalem SISKS Pakoe Boewono XIII berupa rangkaian Hajad Dalem Pareden Garebeg Mulud Tahun Ehe 1956.

Acara bertajuk Miyosaken Kagungan Dalem Gongsa Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menuju Kagungan Dalem Masjid Agung Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat itu berlangsung Sabtu akhir pekan ini pukul 09.00 WIB.

Ada sebanyak lebih kurang 1.000 peserta yang mengikuti tradisi memindahkan gamelan pusaka untuk perayaan Sekaten dari Keraton menuju Masjid Agung Solo. Para peserta bakal menerapkan protokol kesehatan ketat selama mengikuti tradisi.

Baca Juga: Tak Melulu Komersial, Ini Daftar Ritual Sekaten di Keraton Solo

Sementara itu, Sekretaris Takmir Masjid Agung Solo, Abdul Basid Rochmad, mengatakan salah satu persiapan dalam Sekaten berupa revitalisasi Bangsal Pradonggo/Bangsal Sekati/Pagongan pada tahun ini.

Bangunan itu lah yang nantinya dipakai untuk meletakkan gamelan Sekaten yang akan dibunyikan nonstop selama sepekan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Gamelan Sekaten sebagai Upaya Menarik Masyarakat

Menurutnya, para ulama melakukan upaya  menarik  masyarakat ke masjid dengan menciptakan tradisi. Pada waktu itu, budaya Hindu dan adat gamelan melekat pada kalangan masyarakat.

“Gamelan tidak dihilangkan tapi dimanfaatkan sebagai media syiar Islam dan setiap tanggal lahirnya Nabi diadakan peringatan Sekaten,” katanya saat diwawancarai di kantornya, Kompleks Masjid Agung Solo, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Membaca Arti Simbol-Simbol Gunungan Jaler-Estri di Grebeg Maulud Sekaten Solo

Dia mengatakan para ulama memakai gamelan serta tembang macapat dalam syiar Islam. Tembang itu terinspirasi dari hadis serta Alquran sampai akhirnya masyarakat tertarik ke masjid.

“Datang ke masjid, kami memberikan pengajian, dibunyikan gamelan, diberikan pengajian, dibunyikan gamelan lagi. Akhirnya banyak yang bersyahadat. Makanya acara itu dinamakan syahadatain namun oleh masyarakat karena sulit mengucapkan syahadatain jadi sekaten,” ungkapnya.

Dia mengatakan warga ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menyaksikan tradisi membunyikan gamelan dan masyarakat masuk Islam. Proses itu menjadikan akulturasi budaya.

Ada dua set gamelan yang ditabuh selama sepekan dalam tradisi Sekaten di Keraton Solo. Dua gamelan itu yakni Kiai Guntur Sari yang merupakan peninggalan Raja Mataram Sultan Agung Hanyokrokusumo dan gamelan Kiai Guntur Madu yang merupakan peninggalan Paku Buwono (PB) IV.

Baca Juga: Sejarawan Solo Ungkap Makna Gunungan Sekaten sebagai Akulturasi Islam dan Hindu

Asal-Asul Gamelan Sekaten

Munculnya dua gamelan itu sebagai bagian tradisi Sekaten Solo tidak lepas dari fenomena penyebaran ajaran Islam di Jawa dan Nusantara pada era Wali Sanga. Mereka menggunakan musik gamelan yang menjadi hiburan masyarakat kala itu sebagai sarana agar ajaran Islam lebih mudah diterima masyarakat.

Dalam perayaan Sekaten, prosesi tabuh gamelan diawali dengan membawa dua set gamelan, Kyai Guntur Sari dan Kyai Guntur Madu, ke Bangsal Pradangga atau Pagongan kompleks Masjid Agung Solo.

Bangsal ini terletak simetris di sisi selatan dan utara halaman Masjid Agung. Gamelan Kyai Guntur Madu diletakkan di bangsal sisi selatan melambangkan syahadat tauhid dan Kyai Guntur Sari di bangsal utara melambangkan syahadat rasul.

Gamelan mulai ditabuh pada tanggal 5 Rabiul Awal setelah ada perintah dari Keraton Solo. Biasanya siang atau setelah waktu Asar. Saat gamelan ditabuh untuk kali pertama ini merupakan saat yang ditunggu-tunggu banyak orang.

Baca Juga: Ditabuh Nonstop Sepekan, Begini Asal Usul Sepasang Gamelan Sekaten Keraton Solo

Berdasarkan kepercayaan yang berkembang kala itu mereka yang mendengarkan gending gamelan Sekaten sambil nginang (menguyah kinang/daun sirih) akan awet muda. Ritual tabuh gamelan akan berakhir pada 12 Rabiul Awal yang merupakan tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya