SOLOPOS.COM - Maestro gamelan Rahayu Supanggah--meninggal dunia pada 10 November2020--memainkan rebab di Garasi Benawa. (kemlu.go.id/Panji Vasco)

Solopos.com, SOLO — Penetapan gamelan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) oleh United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) ternyata bermula dari usulan seorang maestro gamelan Solo.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, usulan itu dicuatkan oleh maestro gamelan, mendiang Rahayu Supanggah pada 2014 lalu. Setelah melalui proses panjang, UNESCO akhirnya menetapkan gamelan sebagai WBTB pada Rabu (15/12/2021) di Paris, Prancis.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berdasarkan informasi yang diperoleh Solopos.com, setelah muncul usulan tersebut, pada 2016, atas permintaan Rektor ISI Solo kala itu, Prof Sri Rochana, mendiang Supanggah diminta membentuk tim penyusun naskah gamelan untuk dikompetisikan guna diajukan berkompetisi di UNESCO.

Baca Juga: Selamat! Gamelan Ditetapkan UNESCO Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

Anggota tim penyusun naskah gamelan sebagian besar dosen karawitan dan Etnomusikologi Institut Seni Indonesia (ISI) Solo yang juga dari komunitas Garasi Seni Benawa milik Rahayu Supanggah serta komunitas lain.

Pada April 2017, tim penyusun naskah gamelan tersebut berkompetisi dengan calon warisan budaya tak benda lain yang sudah terdaftar, yakni reog Ponorogo, kolintang dari Sulawesi Utara, tempe, dan seni lukis klasik dari Bali.

Pada Agustus 2018, gamelan ditetapkan mengikuti penominasian daftar Intangible Cultural Heritage (ICH) atau warisan budaya tak benda (WBTB) UNESCO. Pengumumannya disampaikan Mendikbud kala itu, Muhadjir Effendy, pada pembukaan International Gamelan Festival di Solo.

Baca Juga: Pendiri Ormas Tikus Pithi Hanata Baris Ngaku Tak Tahu Ramalan Jayabaya

Jadi Bagian Tim Besar Kemendikbud

Ketua panitia penyusun naskah gamelan, Hilman Farid, bersama tim dari berbagai direktorat dan ISI Solo bekerja sepenuhnya sampai kompetisi pada 2017.

Setelah diumumkan pada 2018, ISI Solo menjadi bagian tim besar Kemendikbud yang mengurus segala hal berkaitan dengan pengusulan gamelan sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO.

Hal ini menguatkan posisi Solo sebagai bagian dari Kota Gamelan yang dikukuhkan lewat beberapa hal:

Baca Juga: Gibran Dilapori Korban Pinjol di Solo, Tidak Utang Tapi Ditagih Terus

– Pada 2018 lalu Solo jadi tuan International Gamelan Festival dengan Gamelan Home Coming.
– Ada 73 kelompok gamelan pelajar dan masyarakat se-Soloraya, soft opening juga diikuti 19 kelompok dari luar negeri dan 42 kelompok dari dalam negeri.
– Peserta dari luar negeri ini antara lain Belanda, Singapura, Irlandia, Inggris, Malaysia, Australia, Jepang, Thailand, dan Hungaria.
– Peserta dari dalam negeri ada dari Bandung, Semarang, Yogyakarta, Bali, Flores, Jakarta, Surabaya, Kalimantan Selatan, Solo, Padang Panjang, Medan, Palu dan lain-lain.
– Solo melahirkan sejumlah maestro dan komposer gamelan. Ada maestro Rahayu Supanggah, komposer Peni Candra Rini, dan komposer Gondrong Gunarto.
– Ada pula empu karawitan yakni Mloyo Widodo dan empu Marto Pangrawit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya