SOLOPOS.COM - Ridha al Qadri, Alumnus Kajian Budaya dan Media Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Dosen Luar Biasa di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia

Ridha al Qadri, Alumnus Kajian Budaya dan Media Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Dosen Luar Biasa di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia

Tahun 2012 menjadi fase baru  dalam hubungan teknologi dan manusia. Perkembangan smart technology telah meluaskan dimensi teknologi hingga melampaui batas-batas lama dalam interaksi dengan manusia. Smart technology, yang merujuk berbagai alat dan mesin ”cerdas”, mengubah  model interaksi yang sebelumnya berpola searah atas perintah fisik manusia terhadap teknologi menjadi interaksi timbal balik.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Entah sejak kapan dan siapa pionernya, istilah smart telah banyak dilabelkan pada televisi, mobil, telepon seluler, gadget, kamera, gelang cerdas, jam cerdas dan seterusnya. Alat-alat dan mesin itu diciptakan secanggih mungkin sehingga interaksi antara manusia dan teknologi bisa melalui kontrol suara, kontrol gerak, medan listrik tubuh, pengenalan wajah dan lainnya.

Pola interaksi di antara keduanya kemudian berubah drastis: teknologi tak lagi hanya diperintah manusia, tapi teknologi sanggup memerintah dan memperingatkan penggunanya. Hal lain yang perlu dicatat: interaksi teknologi terhadap manusia tak hanya soal teknis, tapi bisa menjangkau kondisi tubuh dan emosi penggunanya. Alat-alat dan mesin-mesin sudah berevolusi dan merambah dimensi-dimensi emosi, jasmani dan afeksi.

Salah satu contoh mutakhir, beberapa mobil canggih, seperti Ford Focuz, telah dilengkapi sensor yang sanggup mengenali kondisi emosi pengendara. Sistem di dalam mobil akan mengolah data perubahan wajah pengendara ke dalam sistem memori data, yang kemudian dapat mengenali kondisi pengendara yang sedang marah, senang, stres atau bahagia. Sistem kemudian menyampaikan atau melakukan tindakan terbaik agar pengemudi tetap aman dan nyaman.

Fenomena tersebut telah menggeser berbagai asumsi dasar tentang kultur teknologi. Pandangan lama tentang kebudayaan sebagai hal-hal kognitif atau segala nilai dan keyakinan tak terindra yang bernaung dalam nalar bergeser menjadi segala sesuatu yang dialami, intim dan menjangkau tubuh dan pancaindra. Tubuh kemudian menjadi situs budaya paling kompleks dalam relasi manusia, teknologi dan lingkungan alam.

Dari akar sejarahnya, teknologi berasal dari bahasa Yunani techne yang berarti ”seni”, yakni bentuk aplikatif atas pengetahuan untuk memproduksi alam menurut kebutuhan dan gagasan manusia. Secara fungsional, teknologi kemudian menjadi perpanjangan dari segala teknik pada diri manusia untuk mengelola lingkungan alam. Asumsi ini meletakkan teknologi sebagai produk untuk mengaplikasikan pengetahuan yang kemudian diproduksi dan dikendalikan oleh manusia.

Dengan kata lain, teknologi membantu tubuh manusia. Teknologi komputer meluaskan fungsi tangan dalam menulis, mobil meluaskan fungsi kaki dalam berjalan. Gambaran seperti itu, meminjam istilah Chris Shilling dalam The Body in Culture, Technology and Society (2005: 176), mewakili tipe tubuh sebagai sumber teknologi (body as a source of technology). Sebagai perpanjangan dari tubuh manusia,  teknologi ikut serta mengubah manusia yang awalnya hanya bagian dari alam menjadi sanggup mengintervensi, mengelola, mendominasi dan menaklukkan alam.

Di samping memperpanjang kapasitas tubuh manusia, teknologi justru memugar (restore) fungsi-fungsi tubuh manusia. Konsep ”memugar” lebih dekat dengan makna-makna seperti membenahi, memermak, memperbaiki, merenovasi atau memperbarui. Konsep ini mengandaikan teknologi menyempurnakan berbagai kekurangan atau ketidakmampuan tubuh manusia ketika berinteraksi dengan lingkungan alam.

Dengan begitu, teknologi tidak hanya memperpanjang fungsi tubuh dalam relasi manusia dengan lingkungan, tapi juga membenahi sifat-sifat alamiah tubuh manusia yang lemah: mobil memungkinkan manusia bergerak cepat 200 km/jam meski tak mungkin dilakukan dengan ke dua kaki.

 

Kontrol Kesadaran

Smart technologies menjangkau lebih jauh kekurangan-kekurangan tubuh manusia dalam berinteraksi dengan alam dan lingkungan. Sistem smart car mampu melihat secara simultan hal-hal yang tak dapat dijangkau mata, telinga atau seluruh tubuh manusia. Hal itu terjadi ketika sistem mobil sanggup ”melihat” jarak bahaya dengan mobil, bangunan atau lingkungan di sekitar mobil yang sedang melaju. Sistem akselerasi mobil beroperasi di luar batas jangkauan kesadaran tubuh pengendara.

Bahkan smart car mampu lebih canggih dalam hal kontrol kesadaran, seperti teknologi otomotif Ford Focuz yang dapat mematikan ponsel dan mengambil alih operasionalisasi menyetir jika pengemudi tampak sedang stres. Mobil ini sanggup pula memonitor biometrics pengemudi, yakni semacam gejala-gejala fisik dan biologis dari gerak dan suhu tubuh. Mobil pintar ini bahkan memberi informasi kesehatan untuk menekankan respons intuitif pengendara.

Dari gambaran ini, konsep teknologi yang dulu diangap perpanjangan dan ”memugar” tubuh manusia diperluas lagi dengan adanya teknologi-teknologi cerdas. Kita dapat melihat lagi, yakni pada Agustus 2012, perusahaan teknologi komunikasi Apple telah mematenkan telepon seluler  (ponsel) yang diklaim memiliki ”perasaan”.

Apple merevolusi persepsi, kognisi dan cara-cara manusia menggunakan teknologi komunikasi. Ponsel produksi Apple secara otomatis dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa perintah langsung dari penggunanya: mematikan layar dan suara ketika di bioskop, mengubah sistem ke mode tidur ketika berada di kamar tidur.

Di samping Apple, sebuah temuan aplikasi smartphone dilakukan para peneliti di Northwestern University yang memperkenalkan Mobilyze sebagai alat terapi untuk membantu orang yang memiliki gejala depresi. Aplikasi tersebut sanggup mendeteksi dan mengingatkan  gejala depresi pengguna sejak awal, mengawasi suasana hati yang menjurus stres. Sistem tersebut kemudian menawarkan berbagai aktivitas pada pengguna untuk menghindari depresi.

Tak bisa disangkal lagi, sekarang kita dihadapkan pada fenomena kecerdasan ponsel, televisi pintar, mobil dan berbagai jenis smart technologies lainnya, di antaranya: layar sentuh, layar mengidentifikasi ketukan, pendeteksi aktivitas listrik otak, layar pendeteksi gerak mata, sensor perubahan wajah dan lingkungan. Dengan demikian, teknologi sudah bergerak lebih jauh. Teknologi bukan lagi sebatas alat bantu bagi manusia untuk mengelola lingkungan alam, tapi kesadaran manusia sendiri yang akan dikelola oleh teknologi.

Sebuah pengelolaan teknologis terhadap kesadaran dan tubuh manusia, sekali lagi meminjam istilah Chris Shilling, adalah merujuk perlakuan ”tubuh sebagai lokasi teknologi” (body as location for technology). Gejala ini sebenarnya sudah dimulai sejak produk-produk teknologi dispesifikasi untuk jenis kelamin laki-laki atau perempuan, seperti alat cukur jenggot. Di samping itu, ada beberapa teknologi untuk penderita organ tubuh yang lemah atau cacat. Contoh-contoh inilah yang membuka jalan menuju asumsi akan aktivitas teknologi yang sanggup mengelola tubuh dan kesadaran manusia.

Secara garis besar kita bisa mencatat pergeseran relasi teknologi dan manusia: teknologi sebagai alat bantu manusia, teknologi melengkapi fungsi tubuh manusia, hingga teknologi mengelola kesadaran dan tubuh manusia. Di samping memenuhi kebutuhan dan tujuan manusia, smart technologies memungkinkan manusia mengalihkan kontrol atas situasi diri dan lingkungannya.

Kontrol yang dulunya diarahkan dari diri manusia keluar, menjadi dialihkan secara timbal balik dari teknologi mengawasi diri dan lingkungan manusia. Inilah suatu praktik kontrol kesadaran yang tak lagi dibebankan pada diri manusia, melainkan ditanggung pula oleh sistem pintar. Untuk beberapa tahun ke depan, di tengah dunia yang makin padat, sibuk dan kompleks, barangkali kontrol kesadaran kita terhadap tubuh sepenuhnya diambil alih oleh teknologi-teknologi yang lebih cerdas. Mungkin. Dan kita menjadi objek teknologi. (ridhaalqadri@gmail.com)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya