SOLOPOS.COM - Kholilurrohman, Dosen di Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Surakarta

Kholilurrohman,   Dosen di Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Surakarta

Kholilurrohman, Dosen di Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Surakarta

Meskipun warga Muhammadiyah mengawali puasa Ramadan pada 9 Juli 2013 (Selasa), berbeda dengan ketepapan pemerintah bahwa awal Ramadan bertepatan 10 Juli 2013 (Rabu),  tampaknya umat Islam mampu menyikapi perbedaan yang nyaris setiap tahun dan belum diketahui kapan dapat diselesaikan itu secara dewasa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal ini dapat dilihat dari tidak begitu tajamnya perbedaan ditingkat akar rumput sebagaimana tahun-tahun yang lalu. Apalagi, untuk penetapan Idul Fitri antara Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama dan pemerintah diperkirakan sama. Artinya, jika Muhammadiyah menetapkan Ramadan 30 hari, non-Muhammadiyah menetapkan Ramadan 29 hari, dapat dipastikan Idul Fitri dijalani bersamaan.

Ekspedisi Mudik 2024

Apa sebenarnya yang harus diijtihadkan dalam menjalani Ramadan sebagaimana dikatakan Ramadan sebagai madrasah ruhaniah (sekolah spiritual) karena awalnya rahmat, tengahnya ampunan, dan akhinya pembebasan dari siksa api neraka? Awal Ramadan tidak akan menjadi sesuatu yang serius karena setiap organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam memiliki cara tersendiri dalam menentukan awal bulan bulan Kamariah (baca: penanggalan berdasarkan peredaran bulan).

Katakanlah sampai berbeda pun, mereka tetap masih berlandaskan ijtihad para pemimpin ormas Islam yang mumpuni  di bidang keilmuannya. Justru yang menarik adalah bolehkah seseorang atau sekelompok orang yang berbeda pendapat menggunakan masjid sebagai ekspresi perbedaan pendapat itu? Diakui atau tidak, secara legal formal di Indonesia sebuah masjid yang diwakafkan butuh nadhir (saksi/payung), umumnya di Indonesia dipayungi ormas Islam. Meskipun ada juga yang mengatasnamakan jemaah, seperti masyarakat sebuah rukun tetangga (RT)/rukun warga (RW).

Misalnya, sebuah masjid didirikan kalangan Muhammadiyah dan dipayungi Persyarikatan Muhammadiyah, boleh atau tidak jika di dalam masyarakat sekitar masjid itu itu ada jemaah Nahdlatul Ulama yang akan melaksanakan salat Tarawih 20 rakaat dan tiga rakaat salat Witir? Atau sebaliknya, ketika penentuan awal Ramadan berbeda, bolehkah jaeaah Muhammadiyah mengadakan salat Tarawih pada Senin malam di masjid yang didirikan jemaah Nahdlatul Ulama?

Inilah yang perlu diberi ruang sebagai ijtihad Ramadan dari para takmir masjid. Andaikan para takmir masjid mengizinkan siapa pun melaksanakan ibadah sesuai dengan mazhabnya, takmir masjid sudah menyemai demokrasi di masjidnya. Mengapa? Harapan untuk menyemai demokrasi ala Islam hanya di masjid. Di luar itu masih sebuah utopia. Apa yang disampaikan di dunia maya kadang berbeda dengan apa yang nyata terjadi di masyarakat riil.

Di dunia maya dikatakan toleransi dan silaturahmi masyarakat bagus dan meningkat signifikan setiap tahun. Nyatanya, tidak sedikit takmir masjid yang bersikap arogan sehingga siapa pun yang berbeda dengan mazhabnya ”diusir” dari masjid yang dikelolanya. Atau, minimal setiap khotbah Jumat menyentil ormas lain yang tidak sepaham. Padahal, selagi ia Islam, selagi ia mengakui Allah sebagai Tuhannya, Muhammad sebagai rasulnya-Nya, dan menjalankan ritual ibadah seperti yang diajarkan imam mazhab, seharusnya siapa pun boleh melakukan ibadah di masjid manapun dan milik siapa pun.

Masjid dibangun hakikatnya atas landasan ketakwaan, bukan nafsu. Dan masjid bukanlah milik takmir, tapi milik Allah karena itu disebut baitullah (rumah Allah). Mendesain masjid yang demokratis bisa dilakukan oleh takmir yang mencoba mengelola perbedaan dalam penerapan paham imam mazhab, dan ini tentu bisa disosialisasikan dan dibuat kesepatan atau nota kesepahaman yang ditempel di dinding masjid.

 

 

Reformasi

Misalnya, sebuah masjid menerapkan cara salat Tarawih tiga model. Pertama, Tarawih yang dilakukan dengan delapan rakaat dengan sistem dua rakaat salam dan tiga rakaat salat Witir secara berturut-turut. Kedua, Tarawih dengan delapan rakaat dengan sistem empat rakaat salam dan tiga rakaat Witir secara berturut-turut. Ketiga, Tarawih dengan 20 rakaat dengan sistem dua rakaat salam dan tiga rakaat Witir hanya saja sistemnya dua rakaat salam ditambah satu rakaat salam.

Manajemen waktu pelaksanaan dapat dikompromikan kalau masih sama-sama dua rakaat salam. Yang mengambil paket mazhab 20 rakaat bisa ikut menjadi makmum kepada imam yang mengambil delapan rakaat. Setelah itu, kekurangannya dapat ditambah oleh jemaah yang mengambil paket mazhab 20 rakaat. Atau, imamnya diberikan kepada yang paket mazhab 20 rakaat dan setelah selesai yang paket mazhab delapan rakaat dapat melanjutkan salat Witir sendiri di rumah atau menunggu yang paket mazhab 20 rakaat karena notabene masjid milik jemaah Nahdlatul Ulama.

Kalau hal ini dapat dilakukan dengan baik, masjid akan terlihat indah dengan desain menu acara/kegiatan selama Ramadan yang mengakomodasi keragaman pemahaman. Hampir mirip dengan realitas misalnya para sesepuh yang mungkin karena usianya dan dulu waktu belajar mengaji tidak memiliki suara atau lagu yang  bagus, maka para sesepuh dapat diposisikan sebagai imam Duhur dan Asar. Sedangkan para generasi muda yang berbekal belajar mengaji secara lebih terprogram dan memiliki kualitas suara bagus dapat didhapuk menjadi imam Magrib, Isya, dan Subuh. Ini penting agar suasana ibadah yang sifatnya kolosal (jemaah) dipimpin oleh mereka yang memiliki kualitas keilmuan yang mantap.

Siapakah yang berkewajiban melakukan reformasi ijtihad di  kalangan takmir masjid? Tentu melalui ormas Islam. Melalui ormas hal ini akan menjadi efektif. Tugas ormas Islam adalah mendidik dan mengajarkan bagaimana menjadi takmir masjid yang tidak sekadar mengatur jalannya peribadatan tetapi juga melakukan ijtihad-ijtihad setiap kali ada perubahan dan dinamika di lingkungan masyarakatnya. Misalnya, takmir masjid mengetahui siapa yang berafiliasi ke Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Majlis Tafsir Alquran (MTA), Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Syiah, Sunni, dan lain-lainnya.

Melalui model seperti itu, takmir masjid akan peduli bagaimana model dakwah di masjidnya agar pas dan mengena sasarannya. Jangan sampai takmir masjid hanya bertugas mengatur siapa yang aza, ikamah, imam, dan khotib saja. Lebih jauh, takmir masjid harus mampu ikut serta dalam pemberdayaan intelektual keagamaan, ekonomi, dan kesalehan sosial jemaahnya. Bila tidak, wujudnya seperti sekarang: masjid hanya megah di gedung, tetapi minim konsep dan kegiatan keumatan.

 

Ihsan Sosial

Buah dari keimanan dan keislaman adalah keihsanan. Ihsan merujuk keliteratur sering didefinisikan sebagai beribadah seolah-olah melihat Tuhan, andaikan tidak mampu berlaku demikian, maka yakinlah bahwa Tuhan melihat aktivitas ibadah yang dilakukan. Tentu berdampak sosial bila ihsan diwujudkan dalam bentuk riil di lingkungan masing-masing.

Seseorang merasa kurang lengkap dalam hidupnya bila dalam satu hari tidak melakukan kesalehan sosial, seperti menyapa tetangga, menjenguk tetangga yang sedang sakit/kesusahan, membantu ikut serta melepaskan beban penderitaan sesama, menanam pohon, membuang sampah pada tempatnya atau bahkan membakarnya, dan lain-lainnya.

Kesalehan sosial dapat diijtihadi sebagai wujud ihsan yang selama ini masih berpusat pada diri (self), belum menjadi perkhidmatan di tengah masyarakat. Dalam Hadis Qudsi Rasulullah Muhammad S.A.W menegaskan: Allah akan menolong kerepotan dan kesulitan seseorang bila seseorang itu mau menolong kerepotan dan kesulitan sesamanya.

Akhirnya, Ramadan yang terkadang awal atau akhirnya antara satu ormas Islam dengan ormas Islam lainnya berbeda, tidak menjadikan silaturahmi yang merupakan wujud dari keihsanan sosial terputus. Justru perbedaan itu akan menjadikan Islam yang warna-warni laksana pelangi menampakkan keindahan bagi umat agama lain. Kepada umat agama lain saja terkadang kita bisa mengamalkan toleransi, mengapa dengan sesama umat Islam justru terkadang saling membenci? Na’udzubillah. (abumadani@yahoo.com)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya