SOLOPOS.COM - Hening Parlan (Istimewa)

Gagasan Solopos, Selasa (28/6/2016), ditulis Hening Parlan. Penulis adalah pengurus Lembaga Penanggulangan Bencana PP Muhammadiyah.

Solopos.com, SOLO — Bencana selalu meninggalkan duka dan luka, demikian juga yang baru–baru ini terjadi di 16 Kabupaten di Jawa Tengah. Tanah, lahan, dan sungai tak lagi mampu menahan terpaan hujan deras.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Koban berjatuhan dan hingga Senin (23/6) lalu Badan nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban bencana banjir dan longsor di Jawa Tengah adalah 57 orang tewas, sembilan orang hilang, 22 orang luka-luka, 395 orang mengungsi, ratusan rumah roboh dan hancur,  serta miliaran rupiah kerugian ekonomi.

Perubahan iklim yang menyebabkan hujan deras terus-menerus, lahan tak sanggup menyimpan air, degradasi lingkungan yang makin lama makin buruk, serta kapasitas komunitas dan pemerintah yang belum memadai menyebabkan tingginya risiko akibat bencana yang terjadi.

Tentu saja ini tidak menafikan usaha Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah yang telah menetapkan visi dan misi untuk jangka waktu lima, yakni 2015–2020, yaitu masyarakat Jawa Tengah yang tangguh dalam penanggulangan bencana.

Visi tersebut dituangkan dalam lima program besar, yakni mengembangkan tata kelola penanggulangan bencana yang andal, memperkuat kapasitas kelembagaan penanggulangan bencana, memberdayakan masyarakat dalam penanggulangan bencana, membangun kerja sama antarpemangku kepentingan penanggulangan bencana,  serta pemanfaatan iImu pengetahuan dan teknologi untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Semua program tersebut didedikasikan untuk  mencapai masyarakat Jawa Tengah yang tangguh dalam penanggulangan bencana. Langkah baik ini tidak cukup manakala semua hal yang menjadi kebijakan pemerintah tidak bisa terinternalisasi di semua lini lintas sektor satuan kerja perangkat daerah (SKPD) serta komunitas.

Kebijakan sebagai payung dari berbagai langkah hendaknya diikuti dengan alokasi pendanaan yang cukup untuk implementasi serta kapasitas yang memadai sehingga implementasi di level tapak benar-benar terealisasi.

Komunitas adalah pusat dari energi sekaligus penerima risiko tertinggi atas segala yang terjadi. Karenanya jemaah atau komunitas adalah kunci dari dari gerakan masyarakat tangguh bencana.

Pemahaman menempatkan komunitas sebagai basis gerakan itu tidak hanya terbatas pada pengetahuan ancaman namun juga harus dilengkapi dengan segala pengetahuan, seperti pemetaan, perencanaan bersama, simulasi, geladi, sistem peringatan dini, dan lain sebagainya.

Membangun komunitas atau jemaah tidak sama dengan membangun proyek. Membangun komunitas adalah membangun manusia dengan segala human being di dalamnya. Laku ini tidak bisa dilepaskan dari kearifan lokal, kebiasaan, budaya, bahkan sejarahnya. Tanpa itu maka penguatan komunitas akan menjadi sia-sia.

Model komunitas ini beragam dan model yang paling kecil adalah kelompok/jemaah. Jemaah adalah sekumpulan keluarga dan individu yang disatukan kepentingan bersama untuk belajar dan membangun kebaikan.

Jemaah mempunyai potensi membangun gerakan karena mereka secara detail sangat memahami lingkungan tempat mereka tinggal,  mereka mempunyai mekanisme komunikasi, mempunyai cara melakukan fundraising atau pengumpulan dana, dan mempunyai cara untuk menyelesaikan masalah secara bersama.

Melihat segala kelebihan tersebut, sudah waktunya jemaah tangguh bencana dimulai untuk membangun gerakan pengurangan risiko yang lebih masif. Gerakan jemaah tanggug bencana ini secara siklus akan menguat atau melemah dengan ritme pendampingan.

Seperti layaknya seorang kiai di pondok pesantren atau ustaz di pengajian, dibutuhkan aktor yang mampu menjadi leader (pemimpin)  yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman penguatan komunitas (community empowering) serta pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penanggulangan bencana. [Baca selanjutnya: Peka]Peka

Jemaah juga merupakan model yang peka terhadap anak dan mempunyai perspektif gender yang kuat. Hal ini terlihat jelas ketika jemaah melibatkan dan meletakkan berbagai program untuk kelompok perempuan dan anak.

Soal keadilan, jemaah tidak perlu diragukan lagi. Mereka mempunyai akuntabilitas yang jauh lebih jernih dibanding komunitas apa pun dengan cara yang paling sederhana seperti memuat penjelasan kegiatan dalam papan pengumuman sampai pada cara-cara modern demi akuntabilitas.

Gerakan jemaah tangguh bencana semestinya didukung pemerintah. Sebagaimana John Twiqq, tokoh dunia untuk pengurangan risiko,  menyampaikan bahwa karakteristik masyarakat tahan bencana (2009) harus memiliki tiga bangunan, yakni pengurangan risiko, ketahanan, dan komunitas.

Kegiatan pengurangan risiko mengandung berbagai tindakan yang sistematis yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

Kegiatan ini berusaha mengurangi kerentanan terhadap bencana sekaligus menyiasati bahaya lingkungan serta bahaya lain yang memicunya. Penanggung jawabnya adalah pemerintah dengan melibatkan  komponen masyarakat lainnya.

Kegiatan ini adalah kegiatan yang membutuhkan waktu lama dan terorganisasi secara sistematis, bukan hanya kegiatan respons atau proyek yang sifatnya on-off. Ketahanan adalah kelentingan masyarakat, mereka mampu mengantisipasi, meminimalisasi, dan menyerap kekuatan destruktif melalui adaptasi, mengelola selama peristiwa bencana, dan memulihkan setelah sebuah peristiwa bencana.

Peristiwa bencana saat ini menandung pesan moral agar ke depan tidak terjadi lagi. Gerakan membangun jemaah bisa dimulai saat ini dengan membangun respons bencana, melakukan rehabilitasi maupun rekonstruksi.

Pada saat bersamaan mainstreaming dan penguatan pengurangan risiko dimulai bersama jemaah di setiap desa/kelurahan. Kini saatnya memulai gerakan jemaah tangguh bencana demi tercapainya masyarakat yang tangguh dan bisa mengurangi dan menghindari risiko bencana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya