SOLOPOS.COM - Yeni Mulati afifahafra@yahoo.com Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Pusat Forum Lingkar Pena

Yeni Mulati  afifahafra@yahoo.com  Sekretaris Jenderal  Badan Pengurus Pusat  Forum Lingkar Pena

Yeni Mulati
afifahafra@yahoo.com
Sekretaris Jenderal
Badan Pengurus Pusat
Forum Lingkar Pena

Pencanangan Pekan Kondom Nasional (PKN) 2013 yang diselenggarakan 1-7 Desember mengundang kontroversi. Konon kegiatan ini bertujuan menyosialisasikan penggunaan kondom demi mencegah penularan human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS) yang kian hari kian memprihatinkan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

PKN 2013 diselenggarakan bertepatan dengan Hari AIDS Sedunia yang diperingati setiap 1 Desember. Hari AIDS Sedunia merupakan bagian dari konsep pencegahan AIDS yang digagas dalam pertemuan menteri kesehatan sedunia pada 1988.

Hingga Juni 2013, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) mencatat 10.210 orang terinfeksi HIV dan 780 mengidap AIDS. Kondom disebut-sebut bisa mencegah penularan AIDS hingga 100 persen (Solopos, 1 Desember 2013).

Sepintas tujuan itu sangat mulia. Akan tetapi, jika dicermati ada hal yang cukup janggal dalam pelaksanaan Pekan Kondom Nasional 2013 ini. Salah satu yang tampak jelas adalah adanya bus operasional berwarna merah yang bertuliskan ”Pekan Kondom Nasional 2013”.

Yang mengherankan, di bus tersebut terdapat gambar seorang perempuan dengan pose seksi, dada terbuka, dan ekspresi wajah yang ”mengundang”. Yang juga menarik perhatian adalah simbol media sosial dari sebuah produsen kondom yang berada di atas gambar perempuan tersebut.

Dalam situs resmi produsen kondom itu, saya membaca bahwa PKN 2013 merupakan program kerja sama antara produsen kondom tersebut dengan KPAN. Dalam situs itu terdapat penjelasan bahwa kondom yang didistribusikan oleh lembaga tersebut merupakan kondom impor yang diproduksi di Thailand.

Di situs itu ada klaim pada 2012 distributor kondom tersebut telah berhasil memasarkan satu miliar kondom di Indonesia dengan berbagai merek.  Saya tidak antikondom. Dalam hal tertentu, untuk sasaran tertentu, kondom mungkin bermanfaat dan memang bisa membantu program pemerintah menanggulangi penularan AIDS.

Tetapi, sebagai warga negara yang menginginkan kebaikan bersama, saya memiliki catatan-catatan kritis seputar pelaksanaan PKN 2013 ini, yang semoga direspons oleh pihak terkait secara bijak. Pertama, saya memahami bahwa HIV/AIDS merupakan problem yang sangat sulit dipecahkan.

Sejak kali pertama ditemukan, AIDS telah memakan korban jutaan manusia di dunia ini. Mencegah penularan AIDS menjadi tugas berat pemerintahan mana pun. Namun, apakah betul sosialisasi kondom merupakan tindakan efektif untuk mencegah penularan AIDS?

Dalam situs www.aidsindonesia.or.id terdapat empat cara mencegah HIV/AIDS yang dikenal dengan ABCD, yaitu abstinence, tidak berhubungan seks (selibat); be faithful, selalu setia pada pasangan; condom, menggunakan kondom setiap hubungan seks berisiko; dan drugs, menjauhi narkoba.

Substansi ABCD itu sendiri masih mengundang kritik tersendiri. Abstinence dan be faithful kontradiktif dengan poin condom, khususnya pada hubungan seks berisiko. Mengapa harus ada alternatif hubungan seks berisiko jika jelas-jelas sudah ada poin A dan B?

Akan tetapi, karena pada faktanya kondom ternyata dapat mengurangi penularan HIV/AIDS, saya mencoba berkesimpulan bahwa poin condom mungkin merupakan solusi terakhir. Alternatif ini mungkin bisa terjadi jika kondisi memang sangat darurat, misalnya istri atau suami ternyata mengidap HIV/AIDS.

Akan tetapi, dalam PKN 2013 saya melihat pesan yang ingin disampaikan pemerintah terkesan bias. Pesan yang sampai ke masyarakat, “Tak apa-apa seks berisiko, tak apa-apa berzina, yang penting pakai kondom!”

Padahal, dalam konsep ABCD seperti tersebut di atas, pesan yang muncul adalah, “Gunakan kondom kalau sangat terpaksa, dan tetap dalam kesetiaan pada pasangan (be faithfull), tetapi sebaiknya jangan lakukan (abstinence).”

 

Menantang

Pesan yang bias itu muncul karena kampanye penggunaan kondom secara gencar ternyata justru menggunakan simbol-simbol yang ”menantang”. Secara logika, apa yang ada di benak Anda tatkala melihat gambar seorang perempuan dengan gaya sensual dipasang berjajar dengan tulisan PKN 2013?

Mengapa gambarnya tidak diubah dengan sosok pengidap AIDS yang kurus kering sehingga orang menjadi takut terinfeksi penyakit itu dan lebih berhati-hati? Kedua, pembagian kondom gratis pada PKN  2013 pada praktiknya ternyata tidak hanya kepada masyarakat yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, tetapi justru ke kampus-kampus, kepada mahasiswa yang belum menikah.

Hal tersebut justru membuka peluang mahasiswa untuk mempraktikkan penggunaan kondom dengan alasan tak mungkin berakibat hamil dengan penggunaan kondom tersebut. Pemerintah harus waspada dengan pembiasan tujuan, apalagi jika ditunggangi kepentingan untuk melariskan produk.

Kondom memang seakan-akan lebih laku dijual pada pasangan yang melakukan hubungan seks bukan pada ikatan pernikahan yang sah. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan partisipasi laki-laki untuk mengikuti KB masih rendah.

Persentase tertinggi pemakaian kondom hanya mencapai 1,3 persen, sedangkan vasektomi belum pernah mencapai satu persen sejak 1991. Dengan partisipasi yang sangat rendah, sementara salah satu pemasar kondom mengklaim telah memasarkan satu miliar kondom dalam satu tahun, tentu terbetik pertanyaan kritis: siapa sebenarnya pemakai kondom tersebut?

Daripada menjejali mahasiswa yang belum menikah dengan kondom, mengapa pemerintah tidak mengampanyekan pemakaian kondom kepada pihak yang tepat? Pihak yang tepat itu seperti para lelaki yang sudah menikah. Sosialisasi kepada pihak yang terap bisa dengan materi-materi iklan yang lebih santun, misalnya mengaitkan kondom dengan keluarga sakinah, dan bukannya dengan iklan perempuan berpose sensual.

Ketiga, mengapa Hari AIDS Sedunia selalu diikuti dengan pembagian kondom? Tidakkah ada kampanye lain yang menyiratkan alternatif lain khususnya abstinence dan be faithfull? Semoga pada Hari AIDS Sedunia tahun depan, yang diluncurkan pemerintah adalah Pekan Kesetiaan Nasional, dengan bus bergambar suami istri yang berbahagia dan membagikan brosur-brosur berisi indahnya kesetiaan.



Dalam karut-marut di segala sektor kehidupan yang membuat warga negara ini tercekam frustrasi, kita menunggu program-program pemerintah yang cerdas, dan bukan program yang justru membiakkan rasa khawatir seperti PKN 2013.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya