SOLOPOS.COM - Monyet ekor panjang (foto: libregraphics.asia)

Gagasan ini dimuat Solopos edisi Sabtu (9/9/2017). Esai ini karya Slamet Sukeri, polisi kehutanan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup yang bertugas di Seksi Konservasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah 1 Surakarta. Alamat e-mail penulis adalah slametsukeri30@gmail.com.

Solopos.com, SOLO — Monyet yang dikenal dalam masyarakat sebagai kera sering kali diidentifikasi sebagai satwa yang lucu, pintar, dan mudah bergaul dengan manusia sebagaimana kucing, anjing, dan burung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di balik kelucuannya ternyata monyet juga bisa menjadi ancaman yang membahayakan keselamatan manusia di sekitarnya, seperti yang terjadi di Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali, belum lama ini.

Berawal dari  laporan warga tentang serangan monyet di Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali, tepatnya di Desa Sendang, Desa Dologan, Desa Karangkepoh, Desa Bangkok, Desa Klari, ditambah Desa Kauman di Kecamatan Kemusu belum lama ini, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah segera mengambil langkah-langkah strategis dan terkoordinasi dengan berbagai pihak terkait.

Ekspedisi Mudik 2024

Dilaporkan bahwa warga Karanggede dan sekitarnya telah mengalami serangan monyet yang  pada waktu dilaporkan baru tercatat tiga orang digigit monyet, yaitu pada Februari 2017. Hingga saat terakhir monyet berhasil dilumpuhkan telah tercatat 13 orang korban dengan 14 kasus gigitan monyet sehingga harus dilarikan ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan yang serius.

Serangan monyet di Boyolali ini berbeda dengan kasus serangan monyet di perkampungan warga yang pernah terjadi di daerah-daerah lain. Di daerah-daerah lain seperti di Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, sekitar Bukit Seribu di Kabupaten Sukoharjo, dan di kawasan lereng gunung yang biasa diserang monyet, monyet-monyet biasanya berkoloni dalam kawanan yang terdiri atas 25 ekor hingga 30 ekor.

Kawanan monyet itu memang mempunyai habitat yang berdekatan dengan pemukiman warga. Sedangkan yang menjadi sasaran penyerangan adalah kebun buah dan hasil ladang warga. Pada kasus di Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali, monyet yang menyerang warga hanya dua ekor hingga tiga ekor dan tidak menyerang tanaman di ladang dan kebun buah.

Selanjutnya adalah: Monyet-monyet justru menyerang ayam, kambing, serta manusia…

Menyerang Ayam

Monyet-monyet itu justru menyerang ayam, kambing, serta manusia. Semua yang menjadi korban serangan monyet tersebut memiliki kesamaan, yaitu mengalami luka parah dan harus mendapatkan perhatian dan penanganan serius dari petugas medis

Kasus monyet ekor panjang atau sering Macaca fascicularis ini memang unik dibanding kasus-kasus monyet ekor panjang di daerah lain. Beberapa waktu lalu media-media luar negeri ikut meliput dan menyiarkannya, seperti Reuters, koran Jepang Asahi Shimbun, The Straits Times, Huffington Post, dan South China Morning Post.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang kasus serangan monyet ekor panjang di Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali, ada baiknya kita ketahui bahwa monyet berbeda dengan kera. Secara sederhana, kera dan monyet bisa dibedakan melalui ekornya.

Monyet memiliki ekor yang terlihat panjang. Tidak demikian halnya dengan kera. Kera memiliki ekor yang pendek. Secara fisik, kera dan monyet juga memiliki perbedaan selain perbedaan pada ekor. Beberapa perbedaan tersebut adalah pada pergerakan dan volume otaknya.

Ketika bergerak, kera didukung lengan yang cenderung lebih panjang dan bisa berjalan menggunakan kedua kakinya. Kera juga cenderung hidup di pohon (arboreal), sedangkan monyet cenderung berjalan menggunakan kedua kaki dan tangannya serta hidupnya semi-terestrial atau bisa tinggal di tanah maupun di pepohonan (kera lebih banyak hidup di pepohonan dibandingkan monyet).

Pada kasus monyet ekor panjang di Kecamatan Karanggede, upaya menangkap secara hidup-hidup sudah dilakukan dengan berbagai cara. Setelah menempuh perjuangan yang panjang, akhirnya monyet pertama berhasil dilumpuhkan pada Juni 2017 dan monyet kedua berhasil dilumpuhkan pada Agustus 2017.

Itu berkat kerja solid dari berbagai pihak seperti BKSDA, Kepolisian Sektor Karanggede, Komando Rayon Militer Karanggede, dan komunitas pemburu serta warga sekitar, termasuk kepala desa terdampak.  Ada dugaan monyet tersebut merupakan monyet yang telahg keluar dari habitat dan perilakunya sudah keluar dari perilaku monyet ekor panjang pada umumnya.

Monyet-monyet itu tidak menyukai buah dan serangga kecil yang sewajarnya menjadi makanan monyet ekor panjang. Besar kemungkinan monyet-monyet ekor panjang tersebut sebelumnya pernah dipiara seseorang dan mendapat perlakuan yang kurang normal sehingga menjadikan perilakunya berubah sama sekali.

Selanjutnya adalah: Penanganan kasus serangan monyet ekor panjang…

Penanganan Kasus

Penanganan kasus serangan monyet ekor panjang di Karanggede menjadi spesifik, tidak kaku mengikuti ketentuan, karena perilaku monyet yang sedemikian brutal dan di luar perilaku pakem. Upaya menangkap secara hidup-hidup dengan cara memasang beberapa monyet pancingan, memasang jaring-jaring jebakan, dan memasang jebakan dengan umpan ayam (ternak yang biasa dicurinya dari warga).

Semua upaya itu tidak berhasil. Upaya spesifik tersebut dengan menembak mati karena semakin lama tidak diatasi korban serangan semakin banyak. Patut disyukuri karena pada akhirnya serangan monyet di Karanggede berhasil teratasi.

Yang harus disayangkan adalah penanganannya harus dengan melumpuhkan bahkan menembak mati monyet-monyet tersebut karena kondisi faktual hanya member pilihan tindakan ini. Kasus serangan monyet tang tidak jamak ini sampai sekarang masih  dalam penelitian aparat Balai Besar Veteriner Wates di Daerah Istimewa Yogyakarta.



Penelitian untuk mengetahui lebih lanjut apakah ada yang perlu diwaspadai dari bangkai monyet ekor panjang di Kecamatan Karanggede itu. Satu hal yang perlu menjadi catatan bagi semua pihak adalah meskipun monyet dianggap sebagai satwa yang lucu, pintar, mudah dilatih, mungkin juga populasinya berkembang cukup pesat sehingga relatif mudah mendapatkannya, tetapi sangat tidak disarankan bagi siapa pun untuk tidak memelihara satwa ini.

Apalagi jika memperlakukannya dengan kejam. Pada masa depan monyet yang dipiara bisa menjadi ancaman bagi siapa pun, tidak hanya yang pernah memeliharanya saja, tetapi masyarakat umum lainnya akan ikut menanggung risiko yang sama.

Konflik antara manusia dan satwa liar terjadi akibat sejumlah interaksi negatif, baik langsung maupun tidak langsung, antara manusia dan satwa liar. Pada kondisi tertentu konflik tersebut dapat merugikan semua pihak yang berkonflik.

Kerugian yang umum terjadi akibat konflik antara lain kerusakan tanaman pertanian dan perkebunan serta pemangsaan ternak oleh satwa liar atau bahkan menimbulkan korban jiwa manusia. Tidak jarang satwa liar yang berkonflik dengan manusia mati akibat berbagai tindakan penanggulangan konflik yang dilakukan.

Jenis satwa liar yang sering berkonflik dengan manusia antara lain gajah, harimau, beruang, buaya, orang utan,  monyet ekor panjang, babi, dan beberapa spesies lainnya. Konflik manusia dan satwa liar merupakan permasalahan kompleks karena bukan hanya berhubungan dengan keselamatan manusia tetapi juga satwa itu sendiri.

Konflik yang terjadi seharusnya mendorong pemerintah dan para pihak terkait lebih bijaksana dalam memahami kehidupan satwa liar sehingga tindakan penanganan dan pencegahan serangan hewan kepada manusia dapat lebih optimal dan berdasarkan akar permasalahan konflik tersebut.

Satwa yang karena suatu sebab keluar dari habitat dan membahayakan kehidupan manusia harus digiring atau ditangkap dalam keadaan hidup untuk dikembalikan ke habitat atau apabila tidak memungkinkan untuk dilepaskan kembali ke habitat satwa yang dimaksud dikirim ke Lembaga Konservasi untuk dipelihara atau diambil tindakan lain yang diperlukan. Ini sesuai Pasal 26 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya